Pemaparanmateri berisi penjelasan mengenai ecoprint, yaitu sebuah teknik mencetak suatu motif pada media cetak (umumnya kain) dengan pewarnaan alami dari bagian-bagian tanaman seperti daun, bunga, dan batang yang mengandung pigmen warna. Dijelaskan pula cara-cara memilih kain dan tanaman untuk ecoprint.

MALANG - Ecoprint merupakan salah satu jenis teknik mencetak yang dapat dijadikan alternatif untuk mengurangi kerusakan lingkungan serta ekosistem akibat limbah kimia pabrik tekstil. Teknik itu pula yang dilakukan oleh dosen Universitas Muhammadiyah Malang UMM, Wehandaka Pancapalaga. Bersama lima mahasiswa Fakultas Pertanian Pertenakan FPP, dia mengembangkan ecoprint dengan memanfaatkan mangrove. Menariknya, mereka bisa menciptakan berbagai produk seperti tas, pakaian, hingga sepatu dari teknik pewarnaan ini muncul pada 2019 saat melakukan uji coba terhadap penelitian yang sudah dilakukan. Sebagaimana diketahui, mangrove bisa dijadikan zat pewarna alami untuk ecoprint. "Sebab itu, penelitian yang dilakukan sangat rinci, mulai dari pemilihan bahan hingga proses produksi. Hal itu berefek pada produk yang bagus dan bermanfaat bagi masyarakat," kata hasil dari ekstrak mangrove tidak mudah luntur sehingga bagus untuk pewarna. Adapun sistem yang digunakan melalui mesin pengukus atau steam yang yang tingkat panasnya lebih terjamin. Dengan demikian, warna yang dihasilkan juga lebih merata. Kemudian suhu yang digunakan ada pada rentang 75 derajat celsius dan dikukus selama dua jam. Apabila suhu yang digunakan terlalu tinggi, kulit yang digunakan untuk ecoprint akan rusak. Sementara itu, kalau suhunya terlalu rendah, warna daun dan bunga tidak akan bisa melekat pada kulit. Wehandaka mengatakan, pihaknya sangat serius mendalami penelitian, termasuk mengenai pemilihan jenis mordan. Pihaknya telah mencoba berbagai cara mulai dari mordan tawas, kapur, dan tunjung. Hasilnya, mordan tawas memberikan hasil yang lebih maksimal dan cocok dengan bahan alami yang digunakan. Sementara itu, kulit yang digunakan untuk teknik ini adalah domba samak jenis crust. Pemilihan ini tak lepas dari kelebihannya yang lebih lentur dan tidak mudah luntur. Menurut dia, saat ini penelitian ecoprint timnya sedang proses didaftarkan untuk paten sederhana. Namun sembari menunggu, pihaknya juga mengabadikannya dalam beberapa event seperti program matching fund bersama UMKM Bululawang Malang. Hasilnya, masyarakat sangat antusias untuk memproduksi ecoprint tersebut karena di Desa Bululawang banyak perajin kulit yang masih monoton menggunakan warna hitam bersama tim berharap agar penelitian mengenai ecoprint dapat diterima baik oleh masyarakat. Mereka memiliki tujuan untuk membantu pengrajin kulit agar bisa lebih kreatif. "Utamanya dalam hal warna, teknik, dan cara yang lebih ramah lingkungan," jelas dia. Selanjutnya, dia sedang mencoba mengombinasikan antara ecoprint dan ukiran. Ini bertujuan agar hasil akhirnya akan seperti daun yang nampak timbul. Dengan demikian, akan semakin terlihat menarik dan bagus. Hasilpencetakan ecoprint ini sangat bervariasi sesuai dengan jenis tanaman, bagian tanaman yang digunakan, lama pengolahan, kondisi pH, kualitas air, kandungan mineral dalam air, metode pengolahan, jenis serat (selulosa, sintetis atau protein) dan lainnya (Lestari, 2017). Eco printing merupakan salah satu teknik perwarnaan dan pemberian motif pada kain dengan bahan-bahan alami yang ramah lingkungan. Bahan tersebut berasal dari tumbuhan seperti kulit batang pohon, daun, bunga atau bagian tumbuhan lainnya yang mengandung pigmen warna. Bagian tumbuhan yang sering digunakan untuk ecoprint diantaranya yaitu daun jati, daun kelor, daun jarak dan lain sebagainya. Sumber bahan-bahan alami dalam pembuatan kain ecoprint menghasilkan warna dan corak yang berbeda meskipun menggunakan jenis daun atau bunga dari tumbuhan yang sama. Hal ini dikarenakan beberapa faktor dan salah satunya adalah teknik eco printing yang digunakan. Jika dilihat dari cara printing atau pembuatan motifnya, teknik eco printing dapat dibedakan menjadi 3 jenis yaitua. Teknik Pounding DipukulSumber printing merupakan teknik pembuatan motif pada kain dengan cara dipukul. Proses pengerjaan kain ecoprint dengan teknik pounding ini sangat sederhana sehingga banyak yang menggunakan cara ini untuk membuat kain ecoprint. Teknik pounding printing dilakukan dengan meletakkan beberapa bunga atau daun di atas kain, kemudian memukulnya menggunakan menghasilkan hasil eco print yang maksimal, berikut beberapa kain yang akan diwarnai, kertas untuk alas, palu, tawas serta beberapa bagian tumbuhan yang mengandung pigmen-pigmen kertas diatas permukaan lantai untuk melindungi kain agar tidak kotor, kemudian letakkan kain bagian tumbuhan yang telah disiapkan di atas kain dan di tata sedemikian rupa supaya menghasilkan motif yang indah. Tutup dengan sisa kain tersebut atau bisa dengan kain pukul-pukul dibagian kain yang terdapat bunga atau daun supaya mengeluarkan warna secara selesai memukul, biarkan selama 15 menit kemudian kain baru bisa dibuka dan dibersihkan dari daun atau bunga yang menempel. Diamkan kain tersebut selama 2-3 hari supaya warna meresap dengan dibilang pada air yang telah dicampur tawas tanpa perlu diperas langsung kering, kain direndam lagi dengan air tawas selama satu jam agar warna tidak luntur saat dicuci. Sampai disini produk ecoprint sudah siap Teknik Steaming DikukusSumber dengan namanya, untuk menghasilkan jejak daun atau bunga pada teknik steaming pengukusan ini dilakukan dengan cara mengukus lembaran kain yang sudah ditempeli berbagai ornamen tumbuhan. Untuk membuat kain eco printing dengan teknik steaming atau pengukusan, ikuti langkah-langkah berikut iniSiapkan kain polos yang akan di warnai, kemudian celupkan kedalam air yang sudah dicampur cuka dengan perbandingan 3 kain tersebut ke permukaan yang rata, lalu letakkan beberapa helai daun atau bunga di atas potongan bahan kain tersebut secara yakin dengan motif yang akan dibuat, kemudian lipat kain menjadi dua bagian sama sepotong pipa kecil dibagian bawah kain kemudian gulung secara perlahan supaya desain yang dibuat tidak rusak. Lilitkan benang atau tali di sepanjang gulungan kain untuk menahan posisinya agar tidak gulungan kain tersebut selama dua jam agar pigmen pada tumbuhan keluar secara sempurna dan menghasilkan warna yang kain yang telah dikukus dan lepas ikatan tali atau benang yang terdapat pada kain tersebut. Bahan kain yang telah diwarnai tersebut siap Teknik Fermentasi DaunSumber kedua jenis teknik diatas, eco printing juga bisa dilakukan dengan menggunakan teknik fermentasi daun. Berikut beberapa langkahnyaKumpulkan daun, bunga atau bagian tumbuhan lainnya yang mengandung pigmen pewarna alami kemudian rendam di air cuka supaya warna dari bagian tumbuhan tersebut bisa terlihat dengan direndam beberapa saat, daun atau bunga ditata diatas permukaan kain yang telah dibentangkan dipermukaan yang rata kemudian ditutup dan dipukul dengan palu atau benda lihat hasilnya dan kain ecoprint pun siap sederhana bukan? Nah, untuk sahabat bahankain yang ingin mencoba ketiga teknik tersebut, tapi belum menemukan jenis bahan kain yang cocok, Sahabat bisa melihat koleksi kain kami Disini ya. Dapatkan beragam pilihan kain mori dan putihan berkualitas dengan harga termurah hanya di Untuk kebutuhan ecoprint Kalo masih belom yakin dengan pilihannya, Sahabat bisa langsung hubungi customer service kami via whatsapp yaa. Follow juga intagram kami di bahankaincom untuk update produk terbaru, tips serta info seputar dunia tekstil lainnya. Ada testimoni juga lho Sobat. KAIN MORI PRIMA 2 BCMau belanja via shopee dan tokopedia juga bisa banget nih, langsung klik aja link di bawah ini yaa. PemanfaatanBahan Alami Untuk Pembuatan Ecoprint (Irmayanti, dkk.) 44 Gambar 1. Penggunaan Daun dan Bunga sebagai bahan alami pembuatan ecoprint Sumber: Saptutyningsih, dkk, 2019 Pada dasarnya, ecoprint telah dikenal sejak dulu, namun ecoprint mengalami peningkatan pesat pada saat ini karena dianggap memiliki nilai ekonomis dan mudah
– Tau gak sih bahwa ada teknik selain membatik yang bisa membuat pola dan warna kain secara alami? Teknik itu adalah ecoprint, sebuah teknik pewarna alam yang memanfaatkan bahan alami yang ada disekitar kita seperti daun, bunga, batang, dan bagian tumbuhan yang ecoprint ini tergolong sebuah teknik pewarnaan kain yang unik karena tidak bisa diulang dan menggunakan bahan baku alami yang tentunya lebih ramah lingkungan. Keunikan ecoprint ini terletak pada hasil akhir yang tidak akan sama satu dengan lainnya mesti sudah menggunakan jenis daun yang sama jadi bisa dikatakan lebih eksklusif. Jenis daun yang populer digunakan ecoprint antara kain Jati, Jarak, Ketapang, dan bunga. Secara sederhana proses pembuatan ecoprint ini dengan teknik menyerap pigmen dari tumbuh-tumbuhan untuk membuat sebuah pola dan warna yang unik sehingga kain akan terlihat berbeda dan eksotis. Karena untuk warna dan motif diambil dari tumbuh-tumbuhan maka bahan kain yang digunakan untuk teknik ecoprint ini menggunakan bahan kain yang mudah menyerap warna seperti bahan katun, linen, sutera dan rayon. Setiap jenis kain yang digunakan juga akan mempengaruhi hasil dari proses ecoprint, seperti bahan sutera warna akan lebih tajam dibanding jenis bahan satu teknik yang paling mudah adalah dengan cara memukul-mukul daun yang sudah disusun sedemikian rupa sampai mengeluarkan pikmen warna alami getah dari daun tersebut. Langkah selanjutnya dilakukan perebusan kain agar warna lebih mengikat kekain dan bisa juga untuk pewarnaan kain. Langkah selanjutnya dilakukan proses Fiksasi dengan menggunakan tawas, tunjung, kapur, cuka bahkan terlihat proses yang ribet dan panjang, kain ecoprint ini bisa mensajikan sebuah warna dan pola kain yang eksklusif dan unik. Teknik ecoprint ini kini tengah berkembang pesat di Indonesia, teknik ini juga sudah lama populer di luar negeri seperti Eropa dan ecoprint kini banyak digunakan untuk pembuatan scaft yang biasa menggunakan kain katun sari, kain paris dan sutera, totebag ecoprint dari bahan blacu, dan berbagai fashion tertarik bereksperimen dengan teknik ecoprint? Hubungi menyediakan berbagai bahan kain untuk kebutuhan ecoprint, mulai dari bahan sutera, kain katun sari, kain paris dan berbagai jenis kain katun yang cocok diaplikasikan untuk ecoprint.
Bahanbaku kain yang digunakan dalam pembuatan ecoprint adalah berasal dari serat alami selulosa (katun, rami) atau protein (sutra, wol). Beberapa jenis katun yaitu primissima, prima, paris, rayon ataupun kombinasinya, dan jenis sutra T54, T56 ataupun kombinasi sutra rayon adalah bahan baku kain yang banyak digunakan untuk ecoprint.
- Ecoprint merupakan teknik mencetak kain motif ramah lingkungan yang mulai banyak dikenal di Indonesia. Bahan yang digunakan untuk menggunakan ecoprint ini pada dasarnya sama dengan teknik cetak harus menyiapkan media cetaknya, pewarna, dan bahan untuk menghasilkan motif cetakan yang diinginkan. Meski terlihat sederhana, ada beberapa hal yang harus diperhatikan saat membuat ecoprint, terlebih bila baru pertama kali. Mahyal Aini, pemilik usaha Hand Made Soap Bukit Lawang sekaligus ecoprint membagikan lima tips membuat ecoprint sendiri di rumah, seperti berikut ini. 1. Pakai katun atau sutra Jenis kain katun dan sutra paling direkomendasikan Aini bila ingin menghasilkan cetakan yang rapi. Sebab, dua jenis kain tersebut sangat halus sehingga membuat hasil cetakannya sempurna, baik warna maupun teksturnya. Baca juga Cegah Luntur, Begini Mencuci dan Menyetrika Kain Batik Tulis Jangan Salah, Ini Cara Benar Menyimpan Kain Batik Tulis 2. Boleh pakai media selain kain Tak harus kain, Aini juga merekomendasikan alat ecoprint lainnya, bisa kamu ikuti saat membuat karya ini di rumah. Beberapa media untuk ecoprint yang disarankan Aini adalah kertas, gelas tanah liat, dan kulit untuk sepatu atau tas. Menurutnya, selama alat tersebut masih ramah lingkungan dan bisa dicetak, tak masalah bila digunakan untuk membuat ecoprint. 3. Gunakan tumbuhan bertekstur halus shutterstock/Ericko Banen Wijanarko Ilustrasi kain dengan teknik cetak ecoprint. Bagian tumbuhan berupa daun, ranting, dan bunga, paling sering digunakan untuk menghasilkan motif demikian, Aini mengatakan, tidak semua tanaman bisa dipakai untuk membuat ecoprint. "Tekstur daun yang bagus biasanya lembut. Kalau ada bulu biasanya gak bisa, tetapi balik lagi eksperimen, selama ini saya gak bisa buatnya, kalau coba method lain mungkin bisa," kata Aini saat ditemui dalam rangka Familiarization Trip Ekowisata oleh DESMA Center, proyek pembangunan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia pada Jumat 23/9/2022. 4. Jangan biarkan kain mengering Baik kertas maupun kain, media ecoprint akan ditutup kain sebelum digulung dan dikukus untuk mengeluarkan warna alami. Kain yang digunakan harus direndam air kapur sirih terlebih dulu. Bila menggunakan pewarna, bisa direndam dengan pewarna alami selama 30 menit. Penting untuk memerhatikan tekstur kain sebagai penutup medianya. Jangan menggunakan kain yang terlalu kering. Setelah direndam, cukup peras dan biarkan sebentar, lalu taruh di bagian atas kain atau kertas yang digunakan. Bila tekstur kain terlalu kering, pewarna alami dan warna yang dihasilkan kain sulit untuk keluar. Baca juga Tips Merawat dan Memilih Kain Ulos, Tidak Bisa Sembarangan Ternyata, Lidah Buaya Bisa Dijadikan Bahan Kain, Ini Manfaatnya 5. Bungkus kain dengan plastik Pengukusan menjadi proses akhir membuat ecoprint. Selain kukusannya harus panas, kain atau kertas juga harus diikat dan dialasi plastik terlebih dulu. "Gulungnya usahakan jangan terlalu kencang. Dikasih tali, diikat, dan dikukus selama dua jam. Nanti warnanya keluar," ujar Aini. "Setelah diikat harus dikasih plastik lagi karena pas pengukusan uap air akan menetes dan melebar ke mana-mana," tambahnya. Baca juga Tampil Gaya dengan Tas Kulit Berhias Kain Tenun, Mau? Keindahan Kain Nusa Tenggara dalam Gaya Resort Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram " News Update", caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Banyakberbagai cara untuk membuat motif pada kain, salah satunya dengan menggunakan teknik ecoprint. Pada umumnya, bahan yang digunakan dalam pewarnaan ecoprint berasal dari tanaman, antara lain yaitu daun, bunga, kulit kayu, dan bagian tanaman lainnya yang memiliki corak dan warna yang khas. Sehingga proses ecoprint pada kulit jenis
› Nusantara›Daun Jati hingga Teh, Khazanah... Para pembuat ”ecoprint” di Daerah Istimewa Yogyakarta mengeksplorasi beragam tanaman di sekitar mereka untuk berkreasi. Aneka jenis daun, bunga, kayu, dan kulit buah dimanfaatkan untuk menghasilkan karya ”ecoprint”. Para pegiat ecoprint di Daerah Istimewa Yogyakarta mengeksplorasi beragam tanaman di sekitar mereka untuk berkreasi. Aneka jenis daun, bunga, kayu, dan kulit buah dimanfaatkan menghasilkan karya ecoprint yang penuh gaya. Riset terus dilakukan untuk menambah khazanah pewarna FIRDAUS Anggota komunitas Shero menunjukkan daun jati yang biasa digunakan untuk memberi motif dan warna pada kain dengan teknik ecoprint, Jumat 13/8/2021, di sekretariat kelompok itu di Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Shero merupakan komunitas beranggotakan para ibu di Dlingo yang aktif memproduksi karya fashion dengan teknik Fandayati 40 menunjukkan pohon jati yang di halaman sebuah rumah di Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta DIY. Dia lalu memetik dua helai daun pohon tersebut. ”Pohon jati memang banyak ditemukan di Dlingo. Daun jati ini sering kami pakai untuk membuat ecoprint,” katanya, Jumat 13/8/2021 sore. Inggit merupakan anggota komunitas Shero yang beranggotakan 20 perempuan dari enam desa di Kecamatan Dlingo. Komunitas Shero—kependekan dari She is a Hero—aktif memproduksi karya mode dengan teknik ecoprint. Ecoprint merupakan teknik memberi motif dan warna pada kain, kulit, kertas, atau medium lain dengan bahan-bahan Inggit, Shero terbentuk sejak 2018 setelah ada pelatihan membuat ecoprint untuk para ibu di Dlingo. Setelah pelatihan itu, mereka mulai aktif memproduksi karya ecoprint dengan memanfaatkan berbagai jenis tanaman di lingkungan sekitar. Selain daun jati, ada banyak jenis daun lain di Dlingo yang dimanfaatkan untuk memberi motif pada kain dengan teknik juga ”Ecoprint”, Mencetak Kain dengan Motif AlamiKOMPAS/HARIS FIRDAUS Anggota komunitas Shero memetik daun jati yang biasa digunakan untuk memberi motif dan warna pada kain dengan teknik ecoprint, Jumat 13/8/2021, di sekretariat kelompok itu di Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa jenis daun itu, misalnya, ialah daun jenitri, lanang, jarak kepyar, jarak wulung, kenikir, kelengkeng, hingga daun columbus atau wedusan. Selain itu, para anggota Shero juga memanfaatkan aneka jenis bunga, seperti bunga waru, bunga ketul, dan bunga pewarnaan kain, para anggota Shero juga memanfaatkan bahan-bahan alami, misalnya kayu tegeran, kulit kayu tingi, kulit buah jolawe, kayu jambal, dan kulit kayu mahoni. Sebagian tanaman yang dipakai untuk ecoprint itu tumbuh secara alami di Dlingo, tetapi ada juga yang sengaja tanaman yang dipakai untuk ecoprint itu tumbuh secara alami di Dlingo, tetapi ada juga yang sengaja itu, anggota Shero kadang juga memanfaatkan limbah kayu dari usaha mebel di Dlingo untuk membuat ecoprint. ”Di kawasan Dlingo kan banyak pembuat mebel yang memakai kayu mahoni sehingga limbahnya banyak. Jadi, kami tinggal minta ke perajin mebel,” ujar menuturkan, ada tiga jenis teknik ecoprint yang dipraktikkan oleh komunitas tersebut. Tiga teknik itu adalah teknik ecoprint dasar, medium, dan botanical spring. Dalam teknik dasar, kain hanya diberi motif dengan daun atau bunga, tetapi tidak diwarnai sehingga dasar kain tetap berwarna FIRDAUS Perbandingan daun jati yang masih segar dengan motif daun jati yang dicetak pada kain primisima dengan teknik ecoprint. Kain ecoprint itu merupakan karya anggota komunitas Shero yang beranggotakan para ibu di Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Foto diambil pada Jumat 13/8/2021.Sementara itu, dalam teknik medium, kain tak hanya diberi motif, tetapi juga diberi pewarna dengan bahan-bahan alam. Adapun dalam teknik botanical spring, dilakukan mordanting dengan bahan dan cara khusus sehingga menghasilkan motif daun atau bunga yang lebih jelas dan sempurna. Mordanting merupakan proses menyiapkan kain agar bisa menerima zat pewarna dengan Shero lainnya, Koni’ah 43, menjelaskan, proses pembuatan karya ecoprint sering memberi kejutan karena hasilnya tak terduga. Hal ini karena hasil pewarnaan dengan teknik ecoprint sering kali tidak sama meskipun menggunakan bahan pewarna alam dan teknik pewarnaan yang itu terjadi karena hasil pewarnaan dengan bahan alam dari tanaman dipengaruhi banyak hal, seperti usia tanaman dan lokasi tanaman tumbuh. ”Mau pakai daun jati terus pun, warna yang dihasilkan bisa berbeda-beda,” ujar Koni’ juga Rancak Jejak DedaunanKOMPAS/HARIS FIRDAUS Perbandingan daun jati yang masih segar dengan motif daun jati yang dicetak pada kain sifon dengan teknik ecoprint. Kain ecoprint itu merupakan karya anggota komunitas Shero yang beranggotakan para ibu di Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Foto diambil pada Jumat 13/8/2021.Hasil pewarnaan itu juga bisa dipengaruhi jenis kain dan bahan yang dipakai untuk mordanting. Koni’ah mencontohkan, pembuatan ecoprint dengan daun jati pada kain katun primisima menghasilkan motif daun dengan warna ungu. Sementara itu, produksi ecoprint dengan daun jati di kain sifon menghasilkan motif daun berwarna wanagamaPengalaman para anggota Shero di Dlingo menunjukkan, ada banyak jenis tanaman di Indonesia yang bisa dimanfaatkan untuk membuat karya ecoprint yang ciamik. Potensi besar pengembangan ecoprint dengan tanaman lokal itu turut didukung pelbagai riset, salah satunya Universitas Gadjah Mada UGM, Yogyakarta, melalui tim Departemen Teknologi Hasil Hutan Fakultas 126 jenis daun itu, 90-100 daun di antaranya bisa menghasilkan warna sehingga berpotensi digunakan untuk membuat bulan lalu, tim Departemen Teknologi Hasil Hutan UGM melakukan penelitian di Hutan Wanagama, Kabupaten Gunung Kidul, DIY, untuk mengidentifikasi tanaman-tanaman di hutan tersebut yang berpotensi dijadikan bahan pembuatan ecoprint. Wanagama merupakan hutan yang dikelola oleh Fakultas Kehutanan UGM dengan status kawasan hutan dengan tujuan khusus. Hutan itu memiliki luas 622,25 Departemen Teknologi Hasil Hutan UGM Rini Pujiarti mengatakan, ada 126 jenis daun yang telah diteliti oleh tim tersebut. Dari 126 jenis daun itu, 90-100 daun di antaranya bisa menghasilkan warna sehingga berpotensi digunakan untuk membuat ecoprint. ”Kami baru melakukan penelitian awal. Hasil penelitian ini belum dipublikasikan, kami baru menyusun untuk publikasinya,” FIRDAUS Anggota komunitas Shero menunjukkan daun columbus atau wedusan yang biasa digunakan untuk memberi motif dan warna pada kain dengan teknik ecoprint, Jumat 13/8/2021, di sekretariat kelompok itu di Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa memaparkan, berdasarkan penelitian itu, beberapa jenis daun di Wanagama yang bisa digunakan untuk ecoprint, misalnya, daun jati, eukaliptus, suplir, sonokeling, kaliandra, mindi, kersen, dan soka jawa. ”Setiap daun itu kami uji coba di laboratorium dengan teknik ecoprint yang dikukus. Lalu, kami lihat mana yang mengeluarkan warna dan mana yang tidak,” selanjutnya, Fakultas Kehutanan UGM juga akan melakukan penelitian lebih lanjut guna mengetahui ketahanan warna masing-masing daun. Mereka juga berencana meneliti potensi pemanfaatan daun yang telah mengering untuk membuat karya ecoprint. ”Ada mahasiswa saya yang akan meneliti untuk membandingkan daun basah dan daun kering seperti apa,” tutur daun kering bisa dipakai untuk ecoprint, Rini berharap, masyarakat bisa lebih banyak memanfaatkan daun yang telah mengering untuk pembuatan ecoprint. Dengan begitu, penggunaan daun segar untuk ecoprint bisa dikurangi. ”Harapannya, kalau misalnya daun kering bisa digunakan untuk ecoprint, masyarakat enggak perlu ambil daun-daun segar dari pohon,” juga Misteri Keindahan pada Lembaran Kain ”Ecoprint”KOMPAS/HARIS FIRDAUS Perbandingan daun columbus atau wedusan yang masih segar dengan motif daun columbus yang dicetak pada kain dengan teknik ecoprint. Kain ecoprint itu merupakan karya anggota komunitas Shero yang beranggotakan para ibu di Dlingo. Foto diambil pada Jumat 13/8/2021.Dosen Departemen Teknologi Hasil Hutan UGM Vendy Eko Prasetyo menyatakan, penelitian itu merupakan bagian dari kegiatan pengabdian masyarakat yang dilaksanakan Departemen Teknologi Hasil Hutan UGM. Dalam kegiatan itu, tim Departemen Teknologi Hasil Hutan UGM ingin mengajak masyarakat yang tinggal di sekitar Hutan Wanagama mengembangkan produk ecoprint dengan memanfaatkan aneka jenis tanaman di pengembangan ecoprint bisa berjalan baik, dilakukan penelitian untuk mengidentifikasi tanaman-tanaman di Wanagama yang cocok untuk membuat ecoprint. Selain itu, tim Departemen Teknologi Hasil Hutan UGM juga bekerja sama dengan salah satu produsen ecoprint ternama di Yogyakarta untuk melatih masyarakat sekitar Wanagama membuat Vendy, kegiatan pengabdian masyarakat itu akan berlangsung selama tiga tahun, yakni 2021-2023. Dengan kegiatan itu, masyarakat sekitar Hutan Wanagama diharapkan bisa mendapatkan manfaat dari pengolahan hasil hutan tanpa harus merusak lingkungan. ”Kami ingin mengembangkan strategi pengolahan hasil hutan yang bisa bermanfaat besar bagi masyarakat sekitar,” juga Eksplorasi Flora dalam ”Ecoprint”KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO Kain ecoprint yang dibuat dengan menggunakan daun Jenitri di tempat usaha Mergangsan, Yogyakarta, Minggu 22/8/2021. Kain ecoprint dibuat dengan memanfaatkan beraneka daun untuk membentuk pola untuk pewarnaUji coba pembuatan ecoprint dengan pewarna alam juga dilakukan kelompok usaha di Kampung Karangkajen, Kelurahan Brontokusuman, Kecamatan Mergangsan, Kota Yogyakarta. merupakan kelompok usaha yang bergerak di bidang pembuatan ecoprint. Kelompok itu beranggotakan sejumlah warga Karangkajen yang sebagian besar merupakan ibu-ibu rumah beberapa waktu terakhir, para anggota melakukan uji coba pewarnaan kain dengan daun teh. Salah seorang anggota Rubi Utami 42, menuturkan, pihaknya sedang membuat katalog warna alam menggunakan teh. Katalog warna teh itu diharapkan bisa menjadi acuan pembuatan karya ecoprint bagi pihak lain. ”Referensi katalog warna dari teh itu, kan, belum ada. Makanya, kami bikin katalog ini,” INDRA RIATMOKO Perbandingan kain ecoprint yang dibuat menggunakan daun truja dengan daun truja segar di tempat usaha Kampung Karangkajen, Kelurahan Brontokusuman, Kecamatan Mergangsan, Kota Yogyakarta, Minggu 22/8/2021.Untuk membuat katalog tersebut, para anggota melakukan uji coba menggunakan sejumlah produk teh seduh yang dijual di pasaran dan biasa dikonsumsi oleh masyarakat. Merek teh seduh yang dipakai itu adalah Teh Gopek, Teh Pecut, Teh Dandang, Teh Poci Emas, dan Teh itu, mereka juga memakai daun teh dari Kebun Teh Nglinggo di Kabupaten Kulon Progo, DIY. “Kami memakai teh dari Kebun Teh Nglinggo juga karena itu satu-satunya kebun teh di DIY,” tutur karena itu, ada enam jenis teh yang digunakan oleh para anggota dalam pembuatan katalog tersebut. Enam jenis teh itu kemudian diuji coba menjadi pewarna di enam jenis kain, yakni kain primisima, kain doby, kain katun Jepang, kain katun sutra, kain rayon, dan kain INDRA RIATMOKO Perbandingan kain ecoprint yang dibuat menggunakan daun jenitri dengan daun jenitri segar di tempat usaha Kampung Karangkajen, Kelurahan Brontokusuman, Kecamatan Mergangsan, Kota Yogyakarta, Minggu 22/8/2021.Berdasarkan uji coba itu, setiap jenis teh ternyata menghasilkan karakter warna berbeda. Bahkan, satu produk teh juga akan menghasilkan karakter warna berbeda jika kain yang dipakai mencontohkan, hasil pewarnaan dengan Teh Gopek di kain primisima akan berbeda dengan pewarnaan Teh Gopek di kain viscose. Oleh karena itu, hasil uji coba yang dilakukan para anggota ternyata menghasilkan variasi warna yang sangat dan uji coba para pegiat ecoprint kian menguatkan kesimpulan bahwa Indonesia memiliki bahan alami yang sangat kaya untuk mendukung pengembangan pewarna alam. Pekerjaan rumah tersisa untuk meningkatkan kualitas produk dan pemahaman masyarakat agar produk-produk mode ramah lingkungan bisa semakin diterima pasar. EditorGregorius Magnus Finesso
C Butuh modal yang sangat besar untuk membuat kerajinan ecoprint. D. Kerajinan batik biasanya menghasilkan limbah, termasuk ecoprint. Jawaban: Kerajinan batik ecoprint memiliki keistimewaan dibanding teknik lain (B) 6. Pernyataan berikut menjelaskan tentang keunggulan-keunggulan batik ecoprint dibanding batik cap atau cetak pada umumnya.
Alhamdulillah, segala puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat, taufik, dan hidayah, serta segala karuniaNya sehingga penulis mampu menyelesaikan buku berjudul "Pemanfaatan Tumbuhan sebagai Motif pada Ecoprint" akhirnya dapat diselesaikan dengan baik. Buku ini adalah koleksi catatan perjalanan yang dilakukan mulai dari tugas akhir pada tahun 2022 yang lalu. Penulis terinspirasi dari banyak jenis-jenis tumbuhan yang ada di sekitar lingkungan kehidupan kita tentunya memberikan ide pada pembuatan motif ecoprint. Ecoprint hanya menggunakan bahan alam dalam pembuatan motifnya dan memiliki kesan yang menarik dan unik untuk pecinta fashion dengan beragam jenis motif yang dihasilkannya. Motif yanng ditimbulkan pada ecoprint ini berasal dari beberapa bagian tumbuhan seperti daun, tangkai, bunga, buah, dan kulit batang sehingga tidak menimbulkan limbah yang dapat mencemari lingkungan dan saat ini pelestariannya juga terus meningkat seiring bertambahnya peminat. Penulis menyadari bahwa tulisan buku ini memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan ke arah yang lebih baik bagi penulis. Buku ini diharapkan dapat memberikan gambaran terkait ecoprint sebagai produk ramah lingkungan. Semoga buku ini dapat bermanfaat, menambah wawasan dan ilmu - uploaded by Henri HenriAuthor contentAll figure content in this area was uploaded by Henri HenriContent may be subject to copyright. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free PEMANFAATAN TUMBUHANSEBAGAI MOTIF PADAEcoprint Sanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-UndangRepublik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta1. Hak Cipta adalah hak eksklusif pencipta yang mbul secara otomas berdasarkan prinsip deklaraf setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 1 ayat [1].2. Pencipta atau Pemegang Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 memiliki hak ekonomi untuk melakukan a. Penerbitan ciptaan; b. Penggandaan ciptaan dalam segala bentuknya; c. Penerjemahan ciptaan; d. Pengadaptasian, pengaransemenan, atau pentransformasian ciptaan; e. pendistribusian ciptaan atau salinannya; f. Pertunjukan Ciptaan; g. Pengumuman ciptaan; h. Komunikasi ciptaan; dan i. Penyewaan ciptaan. Pasal 9 ayat [1].3. Seap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang. Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat 1 huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau huruf g untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 empat tahun dan/atau pidana denda paling banyak satu miliar rupiah. Pasal 113 ayat [3].4. Seap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat 3 yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 sepuluh tahun dan/atau pidana denda paling banyak empat miliar rupiah. Pasal 113 ayat [4]. Neli SulastriHenriDian AkbariniPEMANFAATAN TUMBUHANSEBAGAI MOTIF PADAEcoprint PEMANFAATAN TUMBUHAN SEBAGAI MOTIF PADA ECOPRINT© Neli Sulastri, + 124 halaman; 15,5 x 23 978-623-261-552-6Hak cipta dilindungi oleh me ngutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apa pun juga tanpa izin tertulis dari I, Februari 2023Penulis Neli Sulastri Henri Dian AkbariniEditor HanitaSampul BagusLayout SatrioDiterbitkan olehPenerbit Samudra Biru Anggota IKAPIJln. Jomblangan Gg. Ontoseno RT 12/30Banguntapan Bantul DI YogyakartaEmail admin 0812-2607-5872 vPRAKATAAlhamdulillah, segala puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat, taufik, dan hidayah, serta segala karunia-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan buku berjudul Pemanfaatan Tumbuhan sebagai Motif pada Ecoprint akhirnya dapat diselesaikan dengan ini adalah koleksi catatan perjalanan yang dilakukan mulai dari tugas akhir pada tahun 2022 yang lalu. Penulis terinspirasi dari banyak jenis-jenis tumbuhan yang ada di sekitar lingkungan kehidupan kita tentunya memberikan ide pada pembuatan motif ecoprint. Ecoprint hanya menggunakan bahan alam dalam pembuatan motifnya dan memiliki kesan yang menarik dan unik untuk pecinta fashion dengan beragam jenis motif yang dihasilkannya. Motif yanng ditimbulkan pada ecoprint ini berasal dari beberapa bagian tumbuhan seperti daun, tangkai, bunga, buah, dan kulit batang sehingga tidak menimbulkan limbah yang dapat mencemari lingkungan dan saat ini pelestariannya juga terus meningkat seiring bertambahnya peminat. Penulis menyadari bahwa tulisan buku ini memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan ke arah vi Pemanfaatan Tumbuhan sebagai Motif pada Ecoprintyang lebih baik bagi penulis. Buku ini diharapkan dapat memberikan gambaran terkait ecoprint sebagai produk ramah lingkungan. Semoga buku ini dapat bermanfaat, menambah wawasan dan ilmu pengetahuan. Bangka, 28 Januari 2023Penulis viiDAFTAR ISIPRAKATA .................................................................................vDAFTAR ISI ............................................................................. viiBAB I PENDAHULUAN ..........................................................1A. Mordan Kain ...................................................................... 6B. Pembuatan Motif Ecoprint ................................................ 6C. Fiksasi ................................................................................. 8BAB II TEKNOLOGI PEWARNAAN TEKSTIL .........................9A. Zat Warna pada Pembuatan Motif ................................. 9B. Etnobotani ........................................................................ 10C. Ecoprint .............................................................................11D. Jenis Kain .......................................................................... 13E. Motif .................................................................................. 14BAB III TUMBUHAN SEBAGAI MOTIF ECOPRINT .................. 17A. Tumbuhan yang Dimanfaatkan sebagai Motif pada Ecoprint Bangka ............................................................... 18B. Pemanfaatan Tumbuhan sebagai Motif pada Ecoprint Bangka Berdasarkan Bagian Tumbuhan yang Digunakan dan Cara/Teknik yang Dilakukan .. 39 viii Pemanfaatan Tumbuhan sebagai Motif pada EcoprintC. Teknik Ecoprint yang Digunakan .................................. 39D. Keanekaragaman Jenis Tumbuhan pada Motif Ecoprint ............................................................................. 44E. Bagian Tumbuhan yang Dimanfaatkan ....................... 45F. Media yang Digunakan .................................................. 46G. Teknik Pembuatan Ecoprint ........................................... 47H. Karakteristik Tumbuhan pada Motif Ecoprint ............ 48I. Produk Ecoprint ............................................................... 99J. Upaya Pelestarian Ecoprint Bangka ............................ 100BAB IV PENUTUP ............................................................... 103A. Simpulan ........................................................................ 103B. Saran ............................................................................... 103DAFTAR PUSTAKA ............................................................... 105LAMPIRAN .............................................................................117PROFIL PENULIS ...................................................................123 1BAB IPENDAHULUANIndonesia merupakan negara yang dikenal kaya akan keanekaragaman alam dan daerah. Suku dan bahasa serta seni budaya yang bersifat turun-temurun dari generasi ke generasi dan terus berkembang dari waktu ke waktu. Pakaian adat yang digunakan dalam acara maupun hari-hari tertentu, menampilkan corak dan ciri khas suatu daerah, menjadi salah satu budaya Indonesia yang masih terjaga dan terus dilestarikan. Selain pakaian adat, kebutuhan pakaian sehari-hari masyarakat Indonesia terus meningkat, seiring dengan perkembangan pesat bidang teknologi dan juga zaman. Budaya Fashion melekat dengan penampilan dan gaya keseharian. Fashion juga menjadi sebuah alat komunikasi seseorang untuk menyampaikan identitasnya Hendariningrum & Susilo, 2018. Industri tekstil di Indonesia terus bertambah, mengikuti tren, mode, dan minat pasar baik lokal maupun global. Industri tekstil menjadi salah satu industri terbesar dengan tingkat pertumbuhan yang terus meningkat, khususnya di Pulau Jawa Riyardi, et al, 2015. Seiring dengan pertumbuhannya, beberapa industri tekstil memiliki permasalahan pada proses akhir produksinya yakni dalam pengelolaan limbah cair tekstil yang dapat mencemari dan merugikan lingkungan. Semakin meningkat produksi tekstil, maka semakin banyak limbah yang dihasilkan, dan akan semakin buruk dampaknya bagi lingkungan. 2Pemanfaatan Tumbuhan sebagai Motif pada EcoprintLimbah merupakan permasalahan serius di Indonesia yang selalu dihadapi namun selalu bertambah seiring waktu, baik dilihat dari sisi volume maupun jenisnya, dengan konsentrasi dan kualitas tertentu yang dapat menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan dan kesehatan manusia Sausan, et al, 2021. Pencemaran lingkungan akibat limbah tekstil yang dihasilkan dari berbagai proses produksi, terutama pencemaran oleh limbah cair dari bahan pewarna dan penyempurnaan tekstil yang mengandung sisa bahan kimia. Selain itu, limbah cair sisa bahan kimia juga dihasilkan dari proses pembuatan dan pencetakan motif pada kain yang menggunakan teknologi print atau printing Enrico, 2019.Zat pewarna sebagai bahan pencetak motif pada industri tekstil umumnya terbuat dari zat organik non-biodegradable yang dapat terurai dengan sinar UV akan tetapi membutuhkan waktu yang cukup lama sehingga lebih mudah dan cepat terakumulasi pada tanah dan perairan Sitanggang, 2017. Secara umum, zat pewarna tekstil dan batik tergolong dalam dua jenis yaitu zat pewarna alami dan zat pewarna sintetis, namun seiring teknologi, industri tekstil justru lebih mengutamakan pewarna sintetis Rohayati, 2017. Industri tekstil terus bertambah, akan tetapi pengelolaan limbah pada beberapa industri tekstil hingga saat ini masih belum maksimal, dikarenakan beberapa faktor seperti kurang berkembangnya teknologi yang fokus terhadap pengelolaan limbah dan bahaya dari efek samping pengolahan limbah itu sendiri, hingga kurangnya kesadaran masyarakat akan bahaya limbah tekstil terhadap lingkungan di Indonesia Enrico, 2019.Pengelolaan masalah limbah tekstil tentu dapat dilakukan dengan berbagai cara, di antaranya dengan cara modern menggunakan teknologi yang mumpuni hingga cara sederhana dengan melakukan tindakan yang dapat menghentikan pertumbuhan jumlah timbunan limbah tekstil pada lingkungan. 3Neli Sulastri, Henri, & Dian AkbariniSalah satu tindakan yang dapat dilakukan yaitu dengan kembali menggunakan bahan alam dalam pembuatan motif pada kain melalui teknik ecoprint. Menurut Hikmah 2021, ecoprint merupakan proses yang dilakukan untuk mentransfer warna dan bentuk atau motif pada kain melalui kontak langsung. Teknik ecoprint menggunakan bahan-bahan alam dengan hanya memanfaatkan bagian-bagian tumbuhan mulai dari daun, bunga, buah, kulit batang dan bagian tumbuhan lainnya Irmayanti, 2020. Selain karena menggunakan bahan-bahan alami, ecoprint juga menghasilkan motif yang lebih unik dan khas, bentuk motif pada ecoprint adalah bentuk daun atau bunga asli, bukan bentuk yang dilukis dan menyerupai, sehingga motif pada ecoprint memberi kesan kalem dan tenang serta lebih sejuk saat digunakan. Dengan begitu, teknik ecoprint dapat menjadi alternatif dalam mengurangi jumlah pertumbuhan limbah yang dapat menimbulkan pencemaran itu, ecoprint juga dapat meningkatkan kesadaran dan ketertarikan masyarakat akan pentingnya mengutamakan produk yang lebih ramah lingkungan, guna mencegah terjadinya pencemaran lingkungan akibat limbah lingkungan akibat limbah bahan kimia pada industri tekstil semakin meningkat dari waktu ke waktu, khususnya limbah kimia yang dihasilkan dari proses pencetakan motif menggunakan teknologi print/printing yang terus mecemari lingkungan terutama perairan. Kurangnya kesadaran masyarakat terkait penggunaan bahan-bahan alami yang dapat menjadi solusi dalam mencegah serta mengurangi timbunan limbah tekstil, sebagaimana teknik ecoprint yang hanya menggunakan tumbuhan dan bahan-bahan alami pada setiap prosesnya. Berdasarkan uraian di atas akhirnya memunculkan masalah seperti bagaimana teknik ecoprint yang dapat mentransfer motif pada bahan/kain dengan hanya mengunakan tumbuhan dan bahan-bahan alami? Jenis tumbuhan apa saja yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan dasar pembuatan motif pada 4Pemanfaatan Tumbuhan sebagai Motif pada Ecoprintecoprint? Dan ketiga adalah bagaimana teknik ecoprint yang ramah lingkungan serta pelestariannya? Berdasarkan pertimbangan masalah yang teridentikasi di atas, maka pembahasan buku ini, pertama adalah tentang teknik ecoprint yang dapat menimbulkan motif pada kain dengan menggunakan tumbuhan dan bahan-bahan alami. Kedua, membahas tentang berbagai jenis tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai motif pada ecoprint. Dan ketiga, untuk mengetahui teknik ecoprint yang lebih ramah lingkungan dan juga buku ini, untuk pengambilan data telah dilakukan penulis di Bangka Ecoprint by Wiks Soemirto, Jalan Raya Pos RT. 09, Koba, Kabupaten Bangka Tengah, Kepulauan Bangka Belitung, Indonesia. Selama pengambilan data tersebut alat yang digunakan adalah alat tulis, kamera sebagai alat untuk dokumentasi, alat kukus dan rebus, palu kayu, kayu panjang berbagai ukuran menyesuaikan panjang kain, roll beton, plastik ukuran besar menyesuaikan ukuran kain, tali raa, plastik wrap, dan buku studi literatur sebagai acuan dalam identikasi tumbuhan. Sedangkan bahan-bahan yang digunakan adalah kain atau kulit dan beberapa jenis tumbuhan dengan bagian-bagian tumbuhan yang akan dijadikan motif seperti daun, bunga, tangkai, kulit batang dan lainnya, bahan-bahan mordan dan ksasi turki red oil, baking soda/soda kue atau cuka, tunjung atau tawas atau bisa juga kapur, dan air bersih. Penulis selama pengambilan data menggunakan metode deskriptif dengan wawancara dan identikasi serta pengujian langsung di lapangan. Metode deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan atau menjelaskan tentang tumbuhan yang dapat digunakan sebagai motif pada ecoprint Bangka, serta pengaruhnya dalam meminimalisir pencemaran limbah tekstil, yang kemudian dianalisis secara kualitatif dengan cara mengelompokkan jenis 5Neli Sulastri, Henri, & Dian Akbarinitumbuhan, meliputi nama tumbuhan, nama latin tumbuhan, bagian yang dimanfaatkan, teknik yang digunakan, dan hasil motif yang dilakukan secara terbuka kepada narasumber yaitu pemilik sekaligus pengembang ecoprint pertama di Bangka, dengan mendata semua jenis tumbuhan yang biasa narasumber gunakan sebagai bahan pembuatan motif pada produk ecoprint dan beberapa jenis tumbuhan tambahan yang belum pernah dicoba sebelumnya. Observasi dilakukan di pekarangan rumah dan kebun milik ecoprint Bangka. Proses observasi berlangsung dengan terlebih dahulu melihat dan mengamati semua jenis tumbuhan yang ada dan tumbuh di sekitar rumah dan kebun, mulai dari rumput hingga pohon. Kemudian dilakukan proses pemilihan tumbuhan dan bagian-bagiannya untuk diambil dan digunakan menjadi motif pada ecoprint, dengan mengacu pada hasil wawancara sebelumnya dan tambahan beberapa jenis tumbuhan unik yang sebelumnya belum pernah narasumber gunakan untuk kemudian dilakukan percobaan, berdasarkan arahan dan persetujuan dari narasumber. Dokumentasi dilakukan dengan cara memotret setiap jenis tumbuhan yang digunakan, kemudian dilakukan pengambilan sampel dilakukan di lapangan dengan memperhatikan beberapa kriteria, khususnya pada daun, seperti ukuran daun, bentuk daun, daun tua atau muda, dan kesehatan daun. Hal tersebut berpengaruh terhadap nilai estetika pada motif yang dihasilkan. Semakin unik bentuk daun, semakin unik juga motif yang dihasilkan. Daun-daun dengan lubang bekas gigitan ulat, serangga atau hama lebih diutamakan karena selain mempengaruhi nilai estetika terhadap motif yang dihasilkan, pengambilan daun dengan kerusakan tersebut juga untuk mencegah penyebaran hama pada daun-daun lain dan secara 6Pemanfaatan Tumbuhan sebagai Motif pada Ecoprinttidak langsung dapat menjaga kesehatan tumbuhan. Bunga diambil berdasarkan kriteria warna dan bentuknya, baik yang sudah mekar maupun belum tetap bisa diambil dan disesuaikan dengan kebutuhan. Kulit batang diambil secara acak dari spesies tumbuhan yang batangnya mengelupasdengan ukuran yang sesuai dengan kebutuhan. Pengambilan sampel buah dan tangkai hanya dilakukan pada spesies tumbuhan tertentu dengan bentuk dan ukuran tangkai kecil tidak identikasi tumbuhan dilakukan dengan cara mencocokkan karakteristik tumbuhan asli dengan literatur. Membandingkan dan memilih berdasarkan morfologi tumbuhan asli dan literatur. Identikasi dilakukan dengan mengacu pada buku Flora of Java dan website Plant of the World powo.Langkah yang penulis lakukan selanjutnya adalah pembutan motif ecoprint, yang dilakukan dengan 3 tahapan kerja sebagai berikutA. Mordan KainMordan kain dilakukan dengan melarutkan tawas dan sodium asetat masing-masing 150 gr, tunjung 10 gr atau 1 sendok makan, baking soda atau cuka sebanyak 50 gr, dan turki red oil sebanyak 5 sampai 10 sendok makan, dilarutkan menggunakan air panas secukupnya lalu dicampur dengan 5 L air bersih. Kemudian beberapa lembar kain dimasukan dan direndam sampai benar-benar terendam sempurna dalam larutan tersebut selama yang diinginkan atau maksimal 6 jam untuk kemudian kain diangkat dan Pembuatan Motif EcoprintPembuatan ecoprint bertujuan untuk mentransfer motif sekaligus warna tumbuhan pada kain Hikmah, 2021. Proses pembuatannya terdiri dari 3 teknik yaitu pounding atau dipukul, steaming atau dikukus, dan rebus. 7Neli Sulastri, Henri, & Dian Akbarini1. Pounding DipukulKain polos yang sebelumnya telah dimordan diletakkan di atas ganjalan atau alas yang bersih dan rata, untuk kemudian disusun beberapa daun di atasnya dengan posisi daun menghadap atas dan disusun dengan tata letak yang diinginkan, setalah daun ditata, ditutup dengan plastik transparan dan diusahakan untuk tidak bergeser atau pindah-pindah tempat, kemudian daun dipukul menggunakan palu kayu dengan konsisten hingga daun menipis dan kering atau hingga motif daun ditransfer dengan sempurna pada kain melalui pukulan-pukulan yang dilakukan. Keunggulan teknik ini adalah hasil motif dan warna yang ditransfer pada kain adalah warna asli dari daun atau tumbuhan itu sendiri. 2. Steam DikukusKain yang sudah dimordan dibasahi kembali dengan dicelupkan pada larutan kapur, di peras, lalu kain dibagi menjadi dua bagian teknik mirror tanpa pewarnaan, direntangkan di atas alas yang bersih dan rata, pastikan tidak ada lipatan, lalu gulung satu bagian kain ke arah tengah. Kemudian dilakukan penyusunan tumbuhan di atas bagian kain yang lain yang tidak digulung dengan posisi menghadap atas. Setelah tumbuhan tersusun di atas kain, dilakukan penutupan menggunakan bagian kain yang sebelumnya digulung jika dilakukan pewarnaan pada kain atau teknik iron blanket, maka kain ditutup dengan kain berbeda yang sudah direndam pewarna terlebih dahulu, sehingga kain tidak harus dibagi menjadi 2 bagian seperti pada teknik mirror sebelumnya. Setelah itu, dilakukan penutupan kembali menggunakan plastik hingga benar-benar tertutup, lalu dilakukan pengeratan menggunakan roll beton agar posisi tumbuhan pada kain tidak bergeser. Kemudian dilakukan penggulungan menggunakan kayu panjang dari ujung ke ujung hingga kain habis, lalu kayu dicabut kembali. Gulungan kain dilipat dan diikat dengan kencang dan kuat, lalu dilapisi dengan plastik wrap guna saat dilakukan pengukusan, air tidak merembes masuk dan menyebabkan motif yang dihasilkan menjadi pudar. 8Pemanfaatan Tumbuhan sebagai Motif pada EcoprintDilakukan perebusan selama kurang lebih 2 jam, setelah itu kukusan kain dibuka untuk dilihat hasil motifnya, kemudian kain dikering anginkan. Teknik ini menghasilkan motif yang tidak bisa ditebak atau hasilnya tidak pasti, karena motif yang dihasilkan akan selalu berbeda dengan warna asli daun, juga selalu berbeda disetiap pengukusan yang Rebus Teknik ini lebih efektif dilakukan pada media kulit dan kertas, perlakuaknnya sama dengan perlakuan pada teknik steam, bedanya pada teknik rebus proses pemanasannya tidak dikukus melainkan FiksasiFiksasi dilakukan setelah kain kering dengan cara kain direndam dalam larutan tunjung untuk warna lebih kuat dan gelap atau kapur dan tawas untuk warna yang lebih terang, selama 1 hingga 2 jam. Setelah itu, kain diangkat lalu dikering-anginkan kembali hingga benar-benar kering. 9BAB IITEKNOLOGI PEWARNAAN TEKSTILA. Zat Warna pada Pembuatan Motif1. Pewarna AlamWarna adalah salah satu daya tarik utama, dan menjadi kriteria yang penting dalam penerimaan produk termasuk tekstil Rymbai et al., 2021. Seni aplikasi warna sudah mulai digunakan dari zaman dahulu, pada 3500 SM manusia sudah menggunakan zat pewarna alami yang merupakan hasil ekstraksi dari sayuran, buah-buahan, bunga, dan serangga Kant, 2012. Pewarna alami bersumber dari tumbuhan, binatang, dan mikroorganisme Pujilestari, 2015. Visalakshi dan Jawaharlal 2013 menyatakan bahwa pewarna alami dapat diperoleh dari tumbuhan, binatang, dan atau mineral. Hampir semua bagian tumbuhan dapat mengasilkan zat warna seperti daun, bunga, buah, biji, kulit batang/kayu dan akar. 2. Pewarna SintetisZat pewarna sintetis merupakan zat warna buatan yang memiliki atau menggunakan bahan kimia sebagai bahan dasar pembuatannya. Zat warna sintetis dalam industri tekstil adalah turunan dari hidrokarbon aromatik seperti benzene, toluene, naftalena, dan antrasena Laksono, 2012. Sifat zat warna sintetis 10 Pemanfaatan Tumbuhan sebagai Motif pada Ecoprintlebih stabil bila dibandingkan dengan zat warna alam, warna yang dihasilkan pewarna sintetis juga cenderung lebih kuat dan terang mencolok, yang umumnya terlihat lebih menarik saat dilihat, sehingga penggunaannya dalam industri tekstil lebih banyak digunakan, salah satunya adalah zat warna neptol. Neptol merupakan zat pewarna yang tidak larut dalam air dan menjadi salah satu pencemar organik yang bersifat non-biodegradable Rakhmawati, 2015.B. EtnobotaniBerbagai jenis tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat lokal/etnis melahirkan ilmu yang disebut dengan Etnobotani’ yang secara literal atau aslinya berasal dari kata ethnos’ yang berarti etnis, dan botani yang berarti tumbuhan, sehingga etnobotani sering diartikan sebagai ilmu yang mengkaji tentang hubungan antara etnis dengan tumbuhan. Ilmu etnobotani sudah ada sejalan dengan perkembangan peradaban manusia akan tetapi istilah etnobotani baru pertama kali dikenalkan dalam ilmu pengetahuan pada tahun 1895 oleh Harshberger. Etnobotani di Indonesia, secara sik sudah ada sejak lama yakni tahun 1983 dengan adanya peresmian Museum khusus etnobotani di Herbarium Bogoriense Silalahi, 2015. Etnobotani merupakan ilmu yang mencakup serta mendalami hubungan timbal-balik yang terjalin antara manusia dengan tumbuhan dan alam nabati identikasi tumbuhan yang terjadi dan dilakukan oleh etnis lokal merupakan hal yang penting dalam pengenalan jenis, kulvitas tumbuhan berkaitan dengan pemanfaatan, komunikasi, pengelolaan yang merupakan tahap asal atau awal dilakukannya penelitian etnobotani Batoroet et al, 2015. Etnobotani mem-bahas secara lebih dalam hubungan antara manusia dengan tumbuhan di sekitarnya, baik dalam ruang lingkup masyarakat tradisional maupun masyarakat industri. Etnobotani lebih fokus pada perspektif manusia, alam dan tumbuhan dalam konteks 11Neli Sulastri, Henri, & Dian Akbarinibudayanya. Memahami ilmu etnobotani secara tidak langsung memahami juga tentang sejarah pemanfaatan dan domestikasi tumbuhan Eko, 2011. C. EcoprintPerkembangan industri di bidang tekstil khususnya pada teknologi produksi dan bahan baku yang dibuat sedemikian rupa yang kemudian menghasilkan berbagai jenis produk yang beragam, kreatif sehingga terlihat lebih menarik. Teknologi produksi yang semakin berkembang salah satunya dalam hal teknologi pewarnaan dan pencetakan motif pada kain. Industri tekstil menggunakan segala macam cara pewarnaan dan pencetakan motif pada tekstil yang banyak dijumpai saat ini. Adanya teknik pewarnaan, berbagai macam variasi motif yang tertuang di atas kain akan terlihat jelas dan menarik Zollinger, 2011. Teknologi produksi dan bahan baku tekstil ini mampu menawarkan varian produk yang amat luas dan beragam, demikian pula halnya dengan teknologi pewarnaan yang telah melakukan berbagai cara dan kualitas pencelupan kain dan pencetakan ragam hias dalam zat-zat pewarna dengan daya tahan unggul Musman dan Ambar, 2011. Teknologi pewarnaan tekstil telah dikembangkan dengan berbagai cara, salah satunya dengan pewarnaan ecoprint atau eco printing yang menggunakan bahan alam Enrico, 2019. Teknik ecoprint ini dikembangkan oleh India Ingrid Diana Flint, sebagai tesisnya pada tahun 2001. Menggunakan daun kayu putih eucalyptus untuk pewarnaan pada kain sutra dan wol. Pengujian dilakukan dengan cara membungkus daun eucalyptus menggunakan kain sutra dan wol, lalu diikat dalam gulungan dengan kuat, kemudian dikukus Husna, 2016. Ecoprint yang berasal dari Turki ini mengalami peningkatan popularitas yang cukup pesat pada tahun 2017 karena dapat digunakan sebagai tren berbusana atau gaya hidup masyarakat yang ramah lingkungan. Menggunakan bahan alami berupa bunga, dedaunan dan beberapa 12 Pemanfaatan Tumbuhan sebagai Motif pada Ecoprintbagian tumbuhan lainnya dari berbagai jenis tumbuhan yang langsung dari alam dan tidak menggunakan bahan kimia yang berdampak kerusakan pada lingkungan Feldberg, 2014. Produk yang dihasilkan berupa lembaran kain dan produk fashion siap pakai seperti baju, celana, jilbab, tas, sepatu, masker, dan lain sebagainya. Memiliki nilai tambah dalam budaya lokal dari sisi penampilan yang terlihat lebih menarik sehingga dapat meningkatkan daya tarik serta minat dan meningkatkan nilai ekonomis pada produk lokal yang ramah lingkungan tersebut Mulyati dan Vera, 2013. Sesuai dengan namanya, ecoprint terdiri dari kata eco dari ecosistem yang artinya alam dan print yang artinya cetak atau mencetak. Sehingga ecoprint dapat diartikan sebagai alam yang dicetak menjadi sebuah karya atau produk yang bersifat ramah lingkungan. Ecoprint adalah teknik membuat motif pada kain atau kulit dengan menggunakan daun, bunga atau bagian lainnya dari tumbuhan yang kemudian diberi warna alami dengan cara dikukus atau direbus. Ecoprint diartikan sebagai proses transfer bentuk sekaligus warna melalui kontak langsung antara daun, bunga, batang atau bagian tumbuhan lain yang digunakan dengan kain. Ecoprint dibuat dengan bahan alami, karena itu ecoprint lebih nyaman digunakan dan lebih menyatu dengan tubuh manusia dibandingkan tekstil lainnya yang mengandung banyak bahan kimia. Motif yang dihasilkan pada ecoprint biasanya akan selalu berbeda meski masih menggunakan jenis daun dari tumbuhan yang sama, dan akan menghasilkan produk yang berbeda pada setiap proses produksi. Warna dan motif yang terbentuk pada kain juga selalu memiliki karakteristik yang eksklusif dan terlihat sangat alami Pamungkas et al, 2020.Teknik ecoprint adalah perkembangan dari ecofashion yang menghasilkan produk fashion yang ramah lingkungan. Teknik ecoprint dilakukan dengan cara menempelkan bagian tumbuhan 13Neli Sulastri, Henri, & Dian Akbariniyang memiliki bentuk menarik serta berwarna cerah atau secara biologis memiliki pigmen warna yang pekat pada helaian kain yang kemudian dilakukan perebusan guna menempelkan bentuk bagian tumbuhan yang digunakan pada kain sehingga dapat menjadi motif pada ecoprint tersebut. Selain bentuk pola yang menjadi motif, warna pada bagian tumbuhan juga menempel pada kain. Selain pada berbagai jenis kain, ecoprint juga bisa dilakukan pada berbagai bahan kulit Silviana dan Rodia, 2014. Tumbuhan yang digunakan juga merupakan jenis tumbuhan yang memiliki tingkat ketahanan panas yang tinggi dan menjadi faktor penting agar pada saat dilakukan perebusan atau pengukusan, tumbuhan yang digunakan tidak menyusut, melembek dan hancur. Tumbuhan yang digunakan pada umumnya memiliki tekstur kuat yang tahan terhadap panas, beberapa diantaranya seperti daun salam, daun jati, daun kakao, daun jarak, daun kayu putih, bunga alamanda, bunga kenikir, bunga Keben dan bunga patramenggala Pamungkas et al, 2020. Sesuai dengan jenis tumbuhan serta bagian tumbuhan yang digunakan akan menampilkan hasil pada kain dengan motif yang menyerupai bentuk aslinya. Selain itu, tumbuhanjuga memiliki karakteristik masing-masing yang menentukan warna serta motif seperti apa yang akan muncul pada kain sebagai bahan utama dalam ecoprintyang dapat dilihat berdasarkan aroma, warna tumbuhan, dan kandungan airnya. Kandungan air sangat mempengaruhi keberhasilan proses ecoprint terutama pada metode pounding. Wahyuningsih, 2017.D. Jenis KainJenis-jenis kain yang menjadi bahan baku dalam pembuatan pakaian atau bahan tekstil lainnya terdiri dari 2 jenis, yaitu bahan serat alam dan bahan sintetis. Kain sintetis merupakan kain yang dihasilkan dari pemrosesan kimiawi dan minyak bumi, meliputi polyester, spandex, hyget, paragon, viscose, dan lainnya Miranti 14 Pemanfaatan Tumbuhan sebagai Motif pada Ecoprintdan Prasetyaningtyas, 2020. Sedangkan kain serat alam adalah serat yang langsung diperoleh dari alam, yang berasal dari tumbuhan maupun hewan. Bahan serat alam tumbuhan terdiri dari serat kulit jagung, kapas, daun pandan, ax/linen, pelapah pisang, sabut kelapa, tanaman rami, eceng gondok, goni, indigo, bambu, getah karet, abaka, sisal, henequen, rosella, dan henep. Serat alam hewan meliputi, kulit sapi, kulit buaya, kepompong ulat sutra, bulu domba, bulu alpaca, bulu beruang, bulu kambing, rambut kuda, dan lainnya Suparno, 2020. Bahan serat alam tersebut diolah menjadi kain yang kemudian digunakan sebagai bahan baku pembuatan produk tekstil salah satunya adalah ecoprint. Kain yang digunakan pada ecoprint terdiri dari beberapa jenis di antaranya kain blacu, merupakan jenis kain yang terbuat dari kapas. Sangat baik digunakan dalam ecoprinting dalam bentuk mentah agar proses penyerapan zat warna dalam proses ecoprint bisa lebih sempurna. Kain mori, kain berwarna putih polos yang memiliki ketebalan, kehalusan, dan kerapatan yang sempurna untuk ecoprint. Kain mori memiliki banyak varian dan beberapa diantaranya adalah mori batu, mori biru, mori prima hingga mori primisima. Kain dobby bisa dibilang adalah kain yang sangat cocok digunakan dalam ecoprinting, sama halnya dengan kain paris, kain sari, kain katun, dan kain sutra yang dapat menampilkan corak motif dan warna lebih terang Apriliana dan Rodia, 2014. E. MotifMotif adalah bentuk-bentuk, lekuk/garis serta pola yang memuat elemen-elemen seni rupa yang dibuat dan divariasikan dengan sedemikian rupa hingga menciptakan dan menghasilkan bentuk yang lebih menarik dan beragam. Motif adalah suatu desain pada karya seni rupa dan kriya yang memiliki bagian-bagian garis, lekuk, pola dan bentuk, berbagai macam garis atau elemen-elemen lainnya yang biasanya dipengaruhi oleh bentuk-bentuk perubahan alam benda dengan gaya dan ciri khasnya sendiri Pratiwi, et al, 2015. Pengertian motif dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia 15Neli Sulastri, Henri, & Dian AkbariniPusat Bahasa 2008 memiliki arti corak dan pola. Motif sendiri bisa diartikan sebagai desain yang dilakukan untuk membentuk sebuah corak yang bersifat bebas sehingga artinya bisa saja dibuat dengan mengambil gambar dari benda yang ada di alam sekitar yang kemudian digayakan dan divariasikan sesuai dengan keinginan sendiri, selain itu motif juga bisadirepresentasi dari ide pemikiran kreatif yang dimiliki, kecuali pada motif klasik yang mempunyai pakemnya sendiri, yang memang harus mengikuti bentuk, garis, pola yang telah ada Hartatik et al, 2015. Saat ini, motif sudah memiliki berbagai jenis serta bentuk motif hias diantaranya ada bentuk dari alam dan bentuk alam modikasi. Motif bentuk alam merupakan motif yang menggambarkan dan mengekspresikan bentuk suatu benda langsung dari alam secara alamiah. Sedangkan bentuk alam modikasi adalah gambaran serta ekspresi yang menyerupai bentuk alam yang mengalami perubahan dan atau sengaja dirubah atau dimodikasi dan disederhanakan sehingga menyerupai alam. Ecoprint memiliki motif yang masuk ke dalam jenis motif bentuk dari alam yang menggambarkan bentuk suatu benda secara alamiah, artinya langsung dari alam tanpa adanya modikasi atau dibuat dengan menyerupai, diubah dan disederhanakan Syara et al, 2018. 16 Pemanfaatan Tumbuhan sebagai Motif pada Ecoprint 17BAB IIITUMBUHAN SEBAGAI MOTIF ECOPRINTEcoprint menjadi salah satu produk tekstil yang ramah lingkungan karena hanya menggunakan bahan alam meliputi berbagai bagian tumbuhan sebagai bahan dalam pembuatan motifnya, dan menggunakan alat-alat sederhana yang mudah ditemukan dan umumnya ada di setiap rumah, mulai dari proses mordanting tahap awal hingga ksasi tahap akhir. Proses pembuatannya juga cukup sederhana, yaitu dengan cara direbus, dipukul pounding, dan dikukus steam. Tumbuhan yang digunakan juga merupakan jenis tumbuhan yang tumbuh di sekitar rumah mulai dari rumput liar, tanaman hias, hingga pohon besar di pinggir jalan, dengan habitus terna herba seperti kenikir cosmos sulphureus, semak seperti simpur dillenia suffruticosa, perdu seperti mangkokan polyscias balfouriana, pohon seperti kalpataru atau sandbox tree hura crepitans, dan habitus merambat seperti airmata pengantin antigonon leptopus, dan lainnya. Berbagai jenis tumbuhan di atas merupakan tumbuhan yang bagiannya sering digunakan sebagai motif pada ecoprint. Bagian tumbuhan yang digunakan mulai dari daun, tangkai, bunga, buah, hingga kulit batangnya. Faktor estetika dan ketahanan warnanya menjadi faktor utama dalam pemilihan jenis tumbuhan yang 18 Pemanfaatan Tumbuhan sebagai Motif pada Ecoprintdipilih dan digunakan sebagai motif pada ecoprint, yaitu memiliki ciri khas dan keunikan bentuk, warna dan daya serapnya. A. Tumbuhan yang Dimanfaatkan sebagai Motif pada Ecoprint BangkaPenulis menemukan secara langsung di lapangan bahwa tumbuhan yang dimanfaatkan menjadi motif ecoprint adalah sebanyak 50 jenis tumbuhan dari 26 famili dan motif yang ditimbulkan sebanyak 60 motif yang dapat dilihat pada Tabel 19Neli Sulastri, Henri, & Dian AkbariniTabel Tumbuhan dan Jenis Motif yang Dihasilkan pada Ecoprint BangkaNo Nama Tumbuhan Nama Ilmiah Bagian yang digunakanMedia yang digunakan Teknik Motif yang dihasilkan1 Air Mata PengantinAntigonon leptopusHook. & Arn.PolygonaceaeDaun Kain Steam/kukusBunga Kain Steam/kukus2 Akalifa Acalypha Kain Steam/kukus 20 Pemanfaatan Tumbuhan sebagai Motif pada EcoprintNo Nama Tumbuhan Nama Ilmiah Bagian yang digunakanMedia yang digunakan Teknik Motif yang dihasilkan3 Alpukat Persea Americana Mill.LauraceaeDaun Kain Pounding/ pukul4 Begonia Begonia Grandis Dryand.BegoniaceaeDaun Kulit Boiled/rebus5 Beringin DolarFicus Microcarpa Kain Steam/kukus 21Neli Sulastri, Henri, & Dian AkbariniNo Nama Tumbuhan Nama Ilmiah Bagian yang digunakanMedia yang digunakan Teknik Motif yang dihasilkan6 Bodhi Ficus Religiosa L.MoraceaeDaun Kain Steam/kukus7 Bunga SepatuHibiscus Rosa-Sinensis L.MalvaceaeBunga Kertas Boiled/rebus8 Cemara LautCasuarina Equisetifolia L.CasuarinaceaeDaun Kain Steam/kukus 22 Pemanfaatan Tumbuhan sebagai Motif pada EcoprintNo Nama Tumbuhan Nama Ilmiah Bagian yang digunakanMedia yang digunakan Teknik Motif yang dihasilkan9 Cemara GunungCasuarina Oligodon Kain Steam/kukus10 Daun Anting-AntingAcalypha Indica L.EuphorbiaceaeDaun Kain Pounding/ pukul11 Eukaliptus Eucalyptus Camaldulensis Dehnh.MyrtaceaeDaun Kain Steam/kukus 23Neli Sulastri, Henri, & Dian AkbariniNo Nama Tumbuhan Nama Ilmiah Bagian yang digunakanMedia yang digunakan Teknik Motif yang dihasilkanKulit Kayu Kain Steam/kukus12 Jarak Tintir / daun BetadinJatropha multidaL.EuphorbiaceaeDaun Kain Steam/kukus13 Jambu biji Psidium guajavaL.MyrtaceaeDaun Kain Steam/kukus 24 Pemanfaatan Tumbuhan sebagai Motif pada EcoprintNo Nama Tumbuhan Nama Ilmiah Bagian yang digunakanMedia yang digunakan Teknik Motif yang dihasilkan14 Jambu MonyetAnacardium Occidentale L.AnacardiaceaeDaun Kain Steam/kukus15 Janda BolongMonstera Deliciosa Liebm.AraceaeDaun Kulit Boiled/rebus16 Jarak KepyarRicinus Communis L.EuphorbiaceaeDaun Kain Steam/kukus 25Neli Sulastri, Henri, & Dian AkbariniNo Nama Tumbuhan Nama Ilmiah Bagian yang digunakanMedia yang digunakan Teknik Motif yang dihasilkanPounding/ pukul17 Jarak Pagar Jatropha Curcas L.EuphorbiaceaeDaun Kain Steam/kukus18 Jarak WulungJatropha Gossypiifolia L. EuphorbiaceaeDaun Kain Steam/kukus 26 Pemanfaatan Tumbuhan sebagai Motif pada EcoprintNo Nama Tumbuhan Nama Ilmiah Bagian yang digunakanMedia yang digunakan Teknik Motif yang dihasilkan19 Jaranan Lannea Coromandelica Hou.Anacardiaceae Daun Kain Steam/kukus20 Jati Tectona Grandis Kain Steam/kukusPounding/ pukul 27Neli Sulastri, Henri, & Dian AkbariniNo Nama Tumbuhan Nama Ilmiah Bagian yang digunakanMedia yang digunakan Teknik Motif yang dihasilkanBunga Kain Steam/kukusBuah Kain Steam/kukus21 Jenitri Elaeocarpus Sphaericus Gaertn.ElaeocarpaceaeDaun Kain Steam/kukus 28 Pemanfaatan Tumbuhan sebagai Motif pada EcoprintNo Nama Tumbuhan Nama Ilmiah Bagian yang digunakanMedia yang digunakan Teknik Motif yang dihasilkan22 Kalpataru/ Sandbox TreeHura crepitans L.EuphorbiaceaeDaun Kain Steam/kukusPounding/ pukul23 Kamboja Adenium Obesum Forssk.ApocynaceaeBunga Kulit Boiled/rebus 29Neli Sulastri, Henri, & Dian AkbariniNo Nama Tumbuhan Nama Ilmiah Bagian yang digunakanMedia yang digunakan Teknik Motif yang dihasilkan24 Kapuk RanduCeiba pentandra L.MalvaceaeDaun Kain Pounding/ pukul25 Karet Hevea Brasiliensis Willd.EuphorbiaceaeDaun Kain Steam/kukus26 Kayu AfrikaMaesopsis Eminii Engl.RhamnaceaeDaun Kulit Boiled/rebus 30 Pemanfaatan Tumbuhan sebagai Motif pada EcoprintNo Nama Tumbuhan Nama Ilmiah Bagian yang digunakanMedia yang digunakan Teknik Motif yang dihasilkan27 Kedondong Spondias Dulcis Parkinson.AnacardiaceaeDaun Kain Steam/kukus28 Kelor Moringa Oleifera Lam.MoringaceaeDaun Kain Pounding/ pukul29 Kenikir Cosmos Sulphureus Cav.AsteraceaeDaun, tangkai dan bungaKain Steam/kukus 31Neli Sulastri, Henri, & Dian AkbariniNo Nama Tumbuhan Nama Ilmiah Bagian yang digunakanMedia yang digunakan Teknik Motif yang dihasilkan30 Kirinyuh Chromolaena Odorata L.AsteraceaeDaun Kain Pounding/ pukul31 Kesumba Bixa Orellana L.BixaceaeDaun Kain Steam/kukus32 Ketapang Terminalia Catappa L.CombretaceaeDaun Kulit Steam/kukus 32 Pemanfaatan Tumbuhan sebagai Motif pada EcoprintNo Nama Tumbuhan Nama Ilmiah Bagian yang digunakanMedia yang digunakan Teknik Motif yang dihasilkan33 Ketapang AnggurCoccoloba Uvifera L.PolygonaceaeDaun Kain Steam/kukus34 Ketepeng CinaSenna Alata L.FabaceaeDaun Kulit Boiled/rebus35 Ketul MerahBidens Pilosa L.AsteraceaeDaun Kain Steam/kukus 33Neli Sulastri, Henri, & Dian AkbariniNo Nama Tumbuhan Nama Ilmiah Bagian yang digunakanMedia yang digunakan Teknik Motif yang dihasilkanPounding/ pukul36 Ketul Putih Bidens Alba L.AsteraceaeDaun Kain Steam/kukusPounding/ pukul 34 Pemanfaatan Tumbuhan sebagai Motif pada EcoprintNo Nama Tumbuhan Nama Ilmiah Bagian yang digunakanMedia yang digunakan Teknik Motif yang dihasilkan37 Kiara PayungFilicium Decipiens Wight & Arn.SapindaceaeDaun Kain Steam/kukus38 Lanang Oroxylum Indicum L.BignoniaceaeDaun Kain Steam/kukus39 Mangkokan Polyscias Balfouriana AndréAraliaceaeDaun Kain Boiled/rebus 35Neli Sulastri, Henri, & Dian AkbariniNo Nama Tumbuhan Nama Ilmiah Bagian yang digunakanMedia yang digunakan Teknik Motif yang dihasilkan40 Lohansung Podocarpus Macrophyllus Thunb.PodocarpaceaeDaun Kain Steam/kukus41 Mawar CinaRosa Chinensis Jacq.RosaceaeKelopak Kain Pounding/ pukul42 Pacira Pachira Aquatica Aubl.MalvaceaeDaun Kain Steam/kukus 36 Pemanfaatan Tumbuhan sebagai Motif pada EcoprintNo Nama Tumbuhan Nama Ilmiah Bagian yang digunakanMedia yang digunakan Teknik Motif yang dihasilkan43 Paku Perak Pityrogramma Calomelanos L.PteridaceaeDaun Kain Steam/kukus44 Pakis Rem CinaPteris Viata L.PteridaceaeDaun Kain Steam/kukus45 Pepaya Jepang/ Chaya/ GhayaCnidoscolus Aconitifolius Mill.EuphorbiaceaeDaun Kain Steam/kukus 37Neli Sulastri, Henri, & Dian AkbariniNo Nama Tumbuhan Nama Ilmiah Bagian yang digunakanMedia yang digunakan Teknik Motif yang dihasilkan46 Simpur Dillenia Suruticosa Gri.DilleniaceaeDaun Kain Steam/kukus47 Singkong Manihot Esculenta CranEuphorbiaceaeDaun Kain Pounding/pukul48 Tabebuya Kuning/ Pohon Trompet EmasHandroanthus Chrysotrichus Mart.BignoniaceaeDaun Kain Steam/kukus 38 Pemanfaatan Tumbuhan sebagai Motif pada EcoprintNo Nama Tumbuhan Nama Ilmiah Bagian yang digunakanMedia yang digunakan Teknik Motif yang dihasilkan49 Waru Hibiscus Tiliaceus L.MalvaceaeBunga Kain Steam/kukus50 Yerba Porosa/ Ketumbar BoliviaPorophyllum Ruderale Jacq.AsteraceaeDaun Kain Steam/kukusUtuh Kain Steam/kukus 39Neli Sulastri, Henri, & Dian AkbariniB. Pemanfaatan Tumbuhan sebagai Motif pada ecoprint Bangka Berdasarkan Bagian Tumbuhan yang Digunakan dan Cara/Teknik yang Dilakukan1. Bagian Tumbuhan yang Digunakan Ecoprint hanya memanfaatkan bagian-bagian tertentu dari tumbuhan terpilih sebagai motif pada kain di antaranya adalah daun 80%, bunga 13,3%, buah 1,7%, tangkai 3,3% dan kulit batang 1,7% yang dapat dilihat pada Gambar Pemanfaatan tumbuhan sebagai motif pada ecoprint Bangka berdasarkan bagian tumbuhan yang digunakan dan cara/teknik yang dilakukan. 1. Bagian Tumbuhan yang Digunakan Ecoprint hanya memanfaatkan bagian-bagian tertentu dari tumbuhan terpilih sebagai motif pada kain di antaranya adalah daun 80%, bunga 13,3%, buah 1,7%, tangkai 3,3% dan kulit batang 1,7% yang dapat dilihat pada Gambar 1. Bagian tumbuhan yang digunakan sebagai motif ecoprint Bangka Teknik Ecoprint yang digunakan Pada Gambar 3 diketahui bahwa dari 50 jenis tumbuhan yang digunakan dan motif yang ditimbulkan sebanyak 60 motif pada ecoprint, yang dilakukan dengan 3 cara yaitu steam 68,3%, pounding 20%, dan direbus 11,7%. DaunBungaBuahKulit Batangtangkai48 spesies 80% 3,3% 1,7% 1,7% Gambar Bagian Tumbuhan yang Digunakan sebagai Motif Ecoprint BangkaC. Teknik Ecoprint yang DigunakanPada Gambar diketahui bahwa dari 50 jenis tumbuhan yang digunakan dan motif yang ditimbulkan sebanyak 60 motif pada ecoprint, yang dilakukan dengan 3 cara yaitu steam 68,3%, pounding 20%, dan direbus 11,7%. 40 Pemanfaatan Tumbuhan sebagai Motif pada Ecoprint33 Teknik pembuatan ecoprint Bangka Karakteristik Tumbuhan yang digunakan sebagai Motif pada Ecoprint - Daun yang digunakan memiliki bentuk unik - Untuk hasil motif yang berkarakter dan unik - Daun yang digunakan tidak terlalu besar dan lebar - Menyesuaikan ukuran kain dan space antara daun satu dan lainnya - Pada tumbuhan dengan tekstur daun keras seperti jati, daun yang digunakan adalah daun muda - Memudahkan proses pemukulan daun sehingga tidak menghabiskan banyak tenaga dan waktu. - Daun tidak mengandung terlalu banyak air - Untuk mengurangi resiko terciptanya garis motif yang tidak rapi dan berantakan akibat kandungan air yang terlalu banyak ketika dilakukan Gambar Teknik Pembuatan Ecoprint BangkaTabel Karakteristik Tumbuhan yang Digunakan sebagai Motif pada EcoprintNo Teknik yang digunakanKarakteristik tumbuhan Keterangan1Pounding - Daun yang digunakan memiliki bentuk unik- Untuk hasil motif yang berkarakter dan unik- Daun yang digunakan tidak terlalu besar dan lebar - Menyesuaikan ukuran kain dan space antara daun satu dan lainnya- Pada tumbuhan dengan tekstur daun keras seperti jati, daun yang digunakan adalah daun muda- Memudahkan proses pemukulan daun sehingga tidak menghabiskan banyak tenaga dan waktu. - Daun tidak mengandung terlalu banyak air- Untuk mengurangi resiko terciptanya garis motif yang tidak rapi dan berantakan akibat kandungan air yang terlalu banyak ketika dilakukan pemukulan. 41Neli Sulastri, Henri, & Dian Akbarini- Daun yang digunakan harus daun yang baru dipetik fresh- Memudahkan proses transfer motif pada kain2Steam - Daun yang digunakan memiliki bentuk unik- Untuk hasil motif yang berkarakter dan unik- Daun yang digunakan tidak terlalu besar dan lebar- Menyesuaikan ukuran kain dan space antara daun satu dan lainnya- Daun muda hingga daun tua bisa digunakan pada teknik ini, tidak hanya daun tapi bunga dan organ tumbuhan Tua atau mudanya daun tidak berpengaruh pada proses transfer motif pada kain - Daun yang digunakan tidak harus daun yang baru dipetik fresh.- Melalui proses pemanasan dengan dikukus, sehingga baik daun fresh maupun tidak, tetap akan mentransferkan motif pada Rebus - Daun yang digunakan memiliki bentuk unik- Untuk hasil motif yang berkarakter dan unik- Daun yang diguna-kan tidak terlalu besar dan lebar - Menyesuaikan ukuran kain dan space antara daun satu dan lainnya- Daun yang digunakan diutamakan daun yang sudah tua- Karena pemanasan dilakukan dengan cara direbus sehingga ketika menggunakan daun muda, dikhawatirkan daun menjadi Daun yang digunakan tidak harus daun yang baru dipetik fresh - Melalui proses pemanasan dengan dikukus, sehingga baik daun fresh maupun tidak, tetap akan mentransferkan motif pada kain. 42 Pemanfaatan Tumbuhan sebagai Motif pada EcoprintTabel Produk Ecoprint by Wiks Soemitro, Koba, Bangka Tengah No Produk Bahan Gambar1 Kain bahan Kain2 Baju Kain3 Celana / Rok Kain 4 Sepatu Kulit5Tas Kain 43Neli Sulastri, Henri, & Dian Akbarini6 Pouch Kulit7 Hijab square Kain8 Pashmina Kain9 Selendang Kain10 Topi Kain 44 Pemanfaatan Tumbuhan sebagai Motif pada Ecoprint11 Hiasan dindingKain12 Hiasan dindingkertas13 Sampul buku KertasD. Keanekaragaman Jenis Tumbuhan pada Motif EcoprintEcoprint dibuat dan dilestarikan dengan mengutamakan bahan-bahan alami, khususnya dalam pembuatan motif yang memanfaatkan keanekaragaman jenis tumbuhan dengan karakteristik unik dari berbagai jenis dan famili tumbuhan. Semakin banyak tumbuhan yang digunakan, maka semakin banyak juga jenis motif yang dihasilkan, dan semakin tinggi keberagaman tumbuhan yang dapat dimanfaatkan, semakin bagus bagi proses produksi karena dapat memperluas ruang kreasi dalam menentukan perpaduan antara bentuk, corak, warna, dan keunikan untuk menciptakan motif yang lebih beragam dan jauh lebih menarik. Sehingga menurut Saraswati 2019 jenis tumbuhan 45Neli Sulastri, Henri, & Dian Akbariniyang dimanfaatkan dalam proses pembuatanecoprint semakin hari semakin banyak dan terus bertambah seiring waktu dan kebutuhan produksi. Tumbuhan yang dimanfaatakan dalam pembuatan ecoprint ini dominan dari famili euphorbiaceae sebanyak 10 spesies diantaranya akalifa Acalypha wilkesiana, daun anting-anting Acalypha indica, jarak tintir/daun betadin Jatropha multida, jarak kepyar Ricinus communis, jarak pagar Jatropha curcas, jarak wulung Jatropha gossypipolia, Kalpataru/sandbox tree Hura crepitans, karet Hevea brasiliensis, singkong Manihot esculenta, dan pepaya jepang/phaya/ghaya Cnidoscolus aconitifolius, spesies ini dipilih berdasarkan kriteria daunnya yang memiliki bentuk dan karakter unik serta mudah dijumpai dan ditemukan di pekarangan-pekarangan rumah sekitar tempat tinggal. Selain itu, motif yang dihasilkan beberapa spesies dari famili ini jejaknya lebih jelas dan warna pada motif juga lebih identik dan kuat, karena karakter daunnya yang berbentuk khas dan cenderung berwarna tajam sehingga dapat transfer dengan sempurna pada kain serta tidak mudah luntur Naini, 2021.E. Bagian Tumbuhan yang DimanfaatkanPemanfaatkan berbagai jenis tumbuhan sebagai motif pada ecoprint mencakup 50 spesies tumbuhan dari 24 famili, akan tetapi tidak semua bagian tumbuhan pada masing-masing tumbuhan terpilih dapat diaplikasikan dengan kain maupun media lain, karena umumnya tidak mentransferkan jejak dan warna, selain itu bentuk dan tekstur bagian tumbuhan juga mempengaruhi, sehingga hanya beberapa bagian saja yang digunakan dianataranya daun, bunga, tangkai, kulit batang, dan buah, yang disesuaikan dengan kebutuhan. Penulis menemukan bahwa dari 50 spesies tumbuhan, bagian tumbuhan yang dimanfaatakan meliputi daun sebanyak 80% 48 spesies, bunga 13,3% 8 spesies, tangkai 3,3% 2 spesies, buah 1,7% 1 spesies, dan kulit batang 1,7% 1 spesies. Motif pada 46 Pemanfaatan Tumbuhan sebagai Motif pada Ecoprintecoprint didominasi dengan motif daun, karena semua jenis daun dapat digunakan, daya transfer dan serapnya pada media hampir tidak pernah gagal, akan tetapi dari faktor kuat atau tidak mudah luntur dan pudarnya warna motif menjadikan beberapa daun pada jenis tumbuhan tertentu akhirnya tidak digunakan, begitu juga pada bagian tumbuhan yang lain. Menurut Darmawan 2019 daun adalah salah satu komponen paling penting dalam pembuatan ecoprint dan menjadi pelopor utama yang menjadi ciri khas motif pada ecoprint. Setiap daun memiliki corak, bentuk, warna dan keunikan yang berbeda-beda. Hal ini tentu saja sangat menarik untuk dikembangkan dan dikenalkan pada masyarakat luas Saraswati et al, 2019.F. Media yang DigunakanEcoprinting adalah teknik yang bisa dibilang baru di Indonesia, berpusat utama di bidang fashion sehingga kain menjadi media utama dan mendominasi dalam pembuatan ecoprint. Adapun kain yang digunakan untuk ecoprint harus terbuat dari bahan serat alam. Serat merupakan suatu material yang menjadi bahan baku atau bahan utama dalam pembuatan benang dan kain, seperti serat kapas, serat linen, dan atau serat sutra Saraswati et al, 2019. Selain media kain, seiring perkembangan dan kebutuhan, ecoprint juga diaplikasikan pada kulit hewan seperti kulit sapi dan kulit domba, dan juga kertas yang hasil akhirnya digunakan sebagai sampul buku, pajangan, penghias ruangan dan lainnya. Pengaplikasian ecoprint pada ketiga media tersebut jika dilihat berdasarkan motif yang ditimbulkan, maka kulit menjadi media terbaik karena corak dan warna yang transfer pada kulit sangat kontras dan tajam. Menurut Ristiani 2019, ecoprint pada media kulit khususnya kulit domba menghasilkan motif bunga dan daun yang tercetak indah dengan garis-garis motif yang tegas dan warna yang lebih bervariasi jika dibandingkan dengan saat mengaplikasikannya pada media kain karena daya serap kulit lebih 47Neli Sulastri, Henri, & Dian Akbarinimaksimal dan dapat mengikat warna beberapa kali lebih kuat dan tidak mudah luntur. G. Teknik Pembuatan EcoprintEcoprint merupakan teknik pencetakan motif pada kain yang mulai dikenal luas dan diminati berbagai kalangan. Hal ini dikarenakan ecoprint memiliki teknik pembuatan yang hanya memanfaatkan bahan yang berasal dari sumber daya alam sehingga pengolahannya terbilang jauh lebih ramah lingkungan serta sangat ekonomis karena alat dan bahan-bahan yang digunakan sangat mudah ditemukan disekitar tempat tingal. Pembuatan ecoprint terdiri dari 3 teknik yaitu Steam dikukus, pounding dipukul, dan steam bisa diterapkan pada setiap daun dan beberapa bagian tumbuhan lainnya pada semua jenis tumbuhan, akan tetapi jejak yang dihasilkan bisa saja tidak bagus atau bahkan tidak muncul sama sekali, yang disebabkan oleh beberapa kemungkinan seperti tekstur daun yang cenderung lemah dan melebur saat dilakukan pengukusan, proses transfer warna yang dihasilkan cenderung tidak sesuai dengan warna asli tumbuhan, hingga jejak motif yang tidak kuat atau lebih mudah luntur saat menggunakan teknik steam akan tetapi cenderung lebih kuat saat menggunakan teknik lain, sehingga beberapa jenis tumbuhan diolah dan diproses dengan menggunakan teknik lain yang kemungkinan menghasikan jejak lebih kuat dan jelas. Teknik steam ini juga terbilang lebih simpel dan cepat dalam proses pembuatannya, selain itu juga menghasilkan motif lebih beragam warna yang tidak bisa kita prediksi sebelumnya Naini, 2021. Teknik pounding merupakan teknik paling sederhana dalam pembuatan ecoprint karena teknik pounding dilakukan tanpa melalui proses pewarnaan dan pemanasan seperti 2 teknik lainnya Saraswari, et al, 1029. Selain prosesnya, teknik pounding juga dipilih untuk beberapa jenis daun tertentu yang kemudian akan 48 Pemanfaatan Tumbuhan sebagai Motif pada Ecoprintmenghasilkan warna asli daunnya. Teknik pounding juga digunakan untuk desain tata letak penyusunan daun yang lebih terstruktur dan lebih rapih serta lebih dapat diprediksi hasil akhirnya. Teknik ini juga dilakukan untuk beberapa daun yang menghasilkan jejak lebih cantik saat dipukul dari pada saat dikukus maupun direbus melalui proses pemanasan. Teknik rebus dilakukan jika bahan dasar yang digunakan adalah kulit dan atau kertas. Teknik rebus merupakan alternatif lain selain teknik pembuatan ecoprint pada kain, yang memiliki karakteristik tersendiri Fazruza, 2018. Teknik rebus ini memiliki cara kerja yang hampir sama dengan teknik steam akan tetapi pada teknik ini kulit digulung menggunakan pipa karet lalu diikat langsung tanpa dicabut terlebih dahulu, sedangkan kertas digulung menggunakan roll kayu dengan cara yang sama seperti pada kulit, kemudian direbus. Produk jadi yang dihasilkan merupakan sepatu, tas, dompet, hingga hiasan dinding. H. Karakteristik Tumbuhan pada Motif EcoprintPemilihan jenis tumbuhan dan bagian-bagian yang digunakan dilakukan berdasarkan hasil wawancara dan kreatitas serta jenis motif yang diinginkan atau sesuai tema dengan mengutamakan bentuk bagian-bagian tumbuhan dan keunikan yang dimiliki tumbuhan terpilih. 1. Air Mata Pengantin Antigonon Leptopus Hook. & ArnBunga air mata pengantin masuk ke dalam jenis tumbuhan merambat liana yang memiliki batang berusuk dengan panjang sekitar 3-7 cm setiap ruas rusuknya, dengan daun berbentuk jantung berwarna hijau dengan permukaan daun yang bergelombang dan panjang daun sekitar 5–10 cm. Bunga majemuk yang tersusun pada malai dan tumbuh dari ketiak daun, mahkota bunga terdiri dari 5 lembar berwarna merah jambu atau putih yang masing-masing memiliki panjang 7 mm. Bentuk dua mahkota yang lebih 49Neli Sulastri, Henri, & Dian Akbarinidalam meruncing, sedangkan tiga mahkota terluar bulat telur atau menyerupai jantung Ismail, 2016. Pemanfaatan bunga air mata pengantin sebagai motif pada ecoprint menggunakan teknik steam pada media kain dan menghasilkan jejak motif yang sangat jelas dan tegas, berwarna hijau pekat dan atau abu keunguan dengan jejak garis pertulangan daun yang sempurna, menyerupai daun aslinya. Gambar Air Mata PengantinSumber Gambar Dokumen Pribadi2. Akalifa Acalypha Wilkesiana Mull. ArgDaun akalifa dimanfaatkan sebagai motif pada ecoprint karena bentuknya yang unik dengan tipe daun tunggal berseling, lonjong, tepi bergerigi, ujung meruncing, berbintik, tulang menyirip, warna merah kecoklatan atau krim sedikit kehijauan Liyanti et al, 2015. Akalifa mentransferkan motif cantik berwarna akhir hitam atau abu-abu keunguan, sehingga penggunaannya lebih diutamakan pada kain basic tanpa pewarnaan atau iron blanket agar jejak 50 Pemanfaatan Tumbuhan sebagai Motif pada Ecoprintmotif yang muncul tampak nyata dan jelas. Menurut Paraswati dan Subarnas 2018 Akalifa memiliki daun yang menyerupai bentuk hati, daun lebar, dengan tepi bergerigi, berambut halus, dengan perpaduan warna hijau, ungu, merah hati, dan kehitaman, sehingga motif yang muncul juga berbentuk hati menyerupai aslinya dengan bentuk lebih beragam mengikuti lipatan-lipatan yang terbentuk sesuai posisi dan letak yang dilakukan pada saat penyusunan, memiliki jejak yang tegas dengan menggunakan media kain, baik basic maupun berwarna iron blanket menggunakan pewarna alam tumbuhan yang terang seperti secang yang menghasilkan warna merah cerah, atau tumbuhan lain yang menghasilkan warna hijau terang Green light, kuning dan warna-warna cerah lainnya. Gambar AkalifaSumber Gambar Dokumen Pribadi 51Neli Sulastri, Henri, & Dian Akbarini3. Alpukat Persea Americana MillAlpukat adalah tumbuhan berpohon kecil dengan tinggi 3–10 m. Daun alpukat tunggal dengan tangkai yang panjangnya 1,5–5 cm, berwarna hijau, letaknya berdesakan pada ujung ranting, berbentuk jorong hingga bulat telur memanjang, cukup tebal, tulang daun menyirip, daun muda berwarna kemerahan dengan rambut rapat sedangkan daun tua berwarna hijau dan gundul Nasution, 2020. Pada ecoprint, daun alpukat dimanfaatkan sebagai motif, dan lebih diutamakan atau lebih cocok menggunakan teknik pounding untuk mentransferkan motif dengan warna hijaunya pada kain, membuat motif yang muncul lebih menarik dibandingkan dengan menggunakan teknik steam karena motif yang muncul dalam teknik ini hanya meninggalkan jejak kurang jelas dengan warna keruh atau terkadang tidak meninggalkan jejak sama AlpukatSumber Gambar Dokumen Pribadi 52 Pemanfaatan Tumbuhan sebagai Motif pada Ecoprint4. Begonia Begonia Grandis DryandBegonia merupakan jenis tumbuhan herba, berperawakan kecil, berdaun tunggal dengan bentuk daun oval dengan lengkungan di tepian daun, permukaan daun berbulu halus dan bawah daun licin, berukuran daun besar, sedang hingga kecil. Daun berwarna merah muda hingga merah, pada beberapa daun ada yang bercorak dengan warna lebih gelap Siregar, 2017. Pemanfaatan daun begonia sebagai motif pada ecoprint menggunakan teknik rebus pada media kulit. Mentransferkan motif abstrak berwarna biru dengan bercak-bercak putih tak beraturan yang menambah nilai seni pada setiap karya ecoprint. Gambar BegoniaSumber Gambar Dokumen Pribadi 53Neli Sulastri, Henri, & Dian Akbarini5. Beringin Dolar Ficus Microcarpa beringin dolar Ficus microcarpa memiliki daun tunggal dengan letak daun selang seling, berbentuk bulat atau oval, tepi daun merata, ujung daun meruncing, pangkal daun tumpul dengan permukaan daun bertekstur kasar, sedikit tebal, tulang daun menyirip dan memiliki panjang daun 5–10 cm dan lebar 2–10 cm Chandrasekar et al, 2016. Pemanfaatan daun beringin dolar sebagai motif pada ecoprint digunakan pada media kain, Menurut Hamidah 2017 beringin dolar Ficus microcarpa memiliki jenis daun yang mengandung air cukup banyak dilihat dari daunnya yang tebal, sehingga jejak motif basic yang muncul dengan menggunakan teknik steam atau dikukus hanya jejak bayangan bulat-bulat cantik menyerupai sisik berwarna putih, sehingga dalam hal ini penggunaan daun beringin dolar sebagai motif pada ecoprint dilakukan pewarnaan terlebih dahulu menggunakan pewarnaan alam seperti secang dengan cara perendaman untuk menghasilkan motif berwarna merah Beringin DolarSumber Gambar Dokumen Pribadi 54 Pemanfaatan Tumbuhan sebagai Motif pada Ecoprint6. Bodhi Ficus Religiosa LPohon bodhi merupakan pohon besar dengan tinggi yang dapat mencapai 30 meter dengan diameter batang hingga 3 meter. Pohon ini dikenal sebagai pohon panjang umur karena berumur sangat panjang yakni 1000 hingga 1500 tahun lamanya bahkan lebih Susanti et al, 2020. Memiliki bentuk daun bulat telur–jorong, pertulangan daun menyirip dan urat daun berbentuk jala dengan ujung meruncing yang khas, bagian pangkal membulat–runcing, dengan tepi daun bergerigi–berombak, permukaan daun kasar. Memiliki panjang 8–18 cm, lebar 7–10 cm, dan tangkai daun 7–11 cm dan daun berwarna hijau-hijau muda Hasanah, et al, 2017. Daun pohon bodhi Ficus religiosa dimanfaatkan sebagai motif pada ecoprint dengan menggunakan teknik steam pada media kain, memunculkan motif cantik berwarna silver dengan semburat bintik-bintik berwarna abu-abu gelap-hitam yang menyebar di tengah dan berderet di bagian tepi yang memperindah motif pada kain berpadu dengan hasil bentuk yang menyerupai wayang kulit gunungan. Gambar BodhiSumber Gambar Dokumen Pribadi 55Neli Sulastri, Henri, & Dian Akbarini7. Bunga Sepatu Hibiscus Rosa-Sinensis L.Bunga sepatu adalah salah satu jenis tumbuhan yang memiliki banyak kegunaan bagi manusia di antaranya digunakan sebagai tanaman hias, tanaman obat, hingga bahan makanan. Di Indonesia bunga sepatu lebih dikenal sebagai tanaman hias atau bunga pagar karena bunga sepatu memiliki berbagai karakter bunga dengan berbagai warna maupun bentuk mahkota yang beranekaragam Silalahi, 2019. Bunga sepatu memiliki jenis bunga tunggal yang muncul dari ketiak daun dengan kalik tambahan epikalik berjumlah 5–7 braktea dengan panjang sekitar 1 cm, dan panjang kelopaknya 2,5 cm. Korolla berjumlah 5 helaian yang berbeda dalam ukuran dan berwarna merah atau warna lainnya dengan bentuk tunggal maupun ganda yang meiliki umur pendek atau tidak dapat bertahan lama, memiliki mahkota bunga berwarna putih, kuning dan atau merah. Bunga memiliki simetri radial dengan kalik yang berbentuk menyerupai cup dengan 5 petal yang saling berhubungan, tangkai sari muncul dari stamen dan memiliki stigma dengan lobus berambut Esseitt & Iwok, 2014. Bagian tumbuhan yang digunakan pada ecoprint adalah bagian bunganya pada media kertas dan kulit dengan teknik rebus. Mentransferkan motif abstrak berwarna biru keunguan dengan semburat-semburat putih yang menambah nilai pada setiap karya ecoprint. pemanfaatan bunga sepatu sebagai motif pada media kain tidak disarankan karena cenderung tidak tahan lama dan mudah luntur, sehingga bunga sepatu hanya digunakan pada media kertas dan kulit. 56 Pemanfaatan Tumbuhan sebagai Motif pada EcoprintGambar Bunga SepatuSumber Gambar Dokumen Pribadi8. Cemara Gunung Casuarina Junghuhniana cemara gunung merupakan daun majemuk berwarna hijau gelap hingga terang, memiliki daun ramping dan runcing berbentuk jarum, tersusun berhadapan atau berseling dengan helaian daun yang panjang Ali, 2016. Pemanfaatan daun cemara gunung pada ecoprint dilakukan dengan menggunakan teknik steam dikukus pada kain dengan cara dipereteli satu-persatu helaian daunnya yang disusun secara acak di atas kain, Mentransferkan garis putus-putus dengan warna abu-abu kehitaman yang cantik dan memberikan kesan artistik yang kuat karena motif yang muncul selalu dengan bentuk sangat beragam dan berbeda dari setiap sudut pandang. Namun secara umum akan terlihat garis putus-putus memanjang–melengkung, dengan bulatan hitam berekor bayangan yang merupakan pangkal dari daun yang menyerupai benda jatuh dari ketinggian yang sekilas tampak seperti benda-benda langit beristilah meteor atau bintang jatuh dari sudut pandang seni art. 57Neli Sulastri, Henri, & Dian AkbariniGambar Cemara gunungSumber Gambar Dokumen Pribadi9. Cemara Laut/Cemara Udang Casuarina Equisetifolia L.Cemara laut/cemara udang atau sebutan lainnya Australian pine dan beach she-oakadalah pohon artistik dengan batang yang tinggi dan berbentuk kerucut Farma et al, 2018. Pemanfaatan cemara laut pada ecoprint adalah bagian daunnya yang berbentuk ramping, tipis-tipis dan runcing, seperti menjari dengan warna hijau pekat. Permukaan daun berserat lilin, pada saat terkena air daun terlihat tidak basah Cibro, 2019. Sehingga pada ecoprint daun cemara laut digunakan dalam jumlah banyak dengan atau tanpa dipereteli satu persatu seperti pada cemara angin, karena bentuk daunnya yang lebih unik ketika digunakan langsung satu kesatuan utuh yang dapat mentransferkan motif berwarna kuning keemasan, sehingga motif yang uncul lebih berkarakter. Digunakan pada teknik steam dikukus pada media kain baik basic maupun pewarnaan. 58 Pemanfaatan Tumbuhan sebagai Motif pada EcoprintGambar Cemara LautSumber Gambar Dokumen Pribadi10. Daun Anting-Anting Acalypha Indica L.Tumbuhan anting-anting adalah tumbuhan herba semusim yang memiliki aroma khas, dengan tinggi rata-rata tumbuhan 30-50 cm, bercabang dan tumbuh ke atas, dengan daun bulat lonjong, tepi daun bergerigi, dan merupakan daun tunggal bertangkai pendek, ujung daun meruncing, dan pangkal daun tumpul. Permukaan daunnya licin, daging daun tipis, dan tulang daun menyirip, daun berwarna hijau dengan panjang 2,5 cm Handayani et al, 2018. Pada ecoprint tumbuhan anting-anting dimanfaatkan daunnya sebagai motif, karena bentuknya yang unik dan sangat mudah ditemukan di pinggir jalan dan lahan-lahan terbuka seperti lapangan dan lainnya karena tumbuhan anting-anting juga dikenal sebagai tumbuhan gulma yang artinya tumbuh pada tempat, kondisi, dan waktu yang tidak diinginkan oleh manusia Susanti, 2018. Daun anting-anting mentransferkan jejak motif dan warna asli daun pada kain basic dengan menggunakan teknik pounding dipukul. Disusun dan disesuaikan dengan kreativitas pada proses pembuatannya, untuk hasil yang lebih maksimal. 59Neli Sulastri, Henri, & Dian AkbariniGambar Daun Anting-AntingSumber Gambar Dokumen Pribadi11. Eukaliptus Eucalyptus Camaldulensis Dehnh.Pohon eukaliptus sangat tinggi hingga mencapai 100 m dengan batang pohon yang lurus, kulit kayu/batang mengelupas. Daun berbentuk bulat memanjang dengan ujung meruncing, permukaan daun berwarna kebiruan atau terlihat sedikit perak, mengeluarkan aroma khas saat daun diremat atau dihaluskan, dengan panjang 20-50 cm dan lebar 4-6 cm Koswandy dan Ramadhania, 2016. Eukaliptus digunakan sebagai motif pada ecoprint baik daun dan juga kulit batang, yang keduanya memiliki karakter jejak motif yang unik pada kain, baik basic maupun motif dengan warna coklat terang hingga cream dengan semburat dan bintik-bintik hitam pada daun yang tidak dilakukan pewarnaan dan berwarna merah keunguan pada daun yang melalui proses perendaman secang. Sedangkan motif yang muncul dari kulit batang berwarna coklat kekuningan dengan jejak jelas berbentuk serpihan kulit. 60 Pemanfaatan Tumbuhan sebagai Motif pada EcoprintGambar EukaliptusSumber Gambar Dokumen Pribadi12. Jambu Biji Psidium Guajava L.Jambu biji memiliki habitus semak atau perdu dengan tinggi yang dapat mencapai 9 meter dengan daun tunggal berbentuk lonjong yang memiliki aroma khas saat diremat atau dihaluskan. Daun bersilang dengan posisi daun saling berhadapan dan tulang daun menyirip Fadhilah et al. 2018. Daun jambu biji digunakan sebagai motif pada ecoprint menggunakan teknik steam dikukus menghasilkan jejak motif pertulangan daun yang jelas berwarna coklat pekat sedikit kekuningan pada bagian bawah daun, sedangkan pada bagian atas daun menghasilkan jejak motif yang sangat tipis menyerupai bayangan berwarna hijau terang dengan corak titik-titik membentuk garis tepi motif. 61Neli Sulastri, Henri, & Dian AkbariniGambar Jambu BijiSumber Gambar Dokumen Pribadi13. Jambu Monyet/Mete Anacardium Occidentale L.Jambu monyet atau jambu mete memiliki daun tunggal juga daun tidak lengkap dikarenakan tangkai daun petioles dan helaian daun lamina atau disebut dengan bertangkai. Daun berbentuk bulat lonjong dengan percabangan condong ke arah atas dan mendatar, daun muda berwarna hijau kekuningan dan hijau kemerahan sedangkan daun tua berwarna hijau hingga hijau tua. Tepi daun rata, permukaan atas dan bawah daun halus. Bentuk tulang daun menyirip dengan arah sejajar Haryudin & Otih, 2016. Daun jambu monyet atau mete ini digunakan sebagai motif pada ecoprint menggunakan teknik steam dengan jejak motif mirip dengan jambu biji akan tetapi sedikit lebih abstrak dengan jejak motif berwarna biru gelap dan sedikit abu-abu dengan bintik-bintik seperti gelembung yang menyebar membentuk motif daun yang unik. 62 Pemanfaatan Tumbuhan sebagai Motif pada EcoprintGambar Jambu MonyetSumber Gambar Dokumen Pribadi14. Janda Bolong Monstera Deliciosa Liebm.Janda bolong merupakan tanaman hias rambat dengan perakaran serabut dan batang halus silinder, memiliki panjang ruas 1 hingga 6 cm. Daun tungal berbentuk oval dengan bolong-bolong pada permukaannya. Daun berwarna hijau, dengan tepi daun merata, ujung daun meruncing dan pertulangan daun yang menyirip Rahman, 2018. Pemanfaatan daun janda bolong sebagai motif pada ecoprint pada media kulit dan menggunakan teknik rebus menghasilkan jejak motif daun yang sangat jelas berwarna putih tulang dengan bolong-bolong pada tengahnya yang menambah nilai seni tersendiri pada motif ini. 63Neli Sulastri, Henri, & Dian AkbariniGambar Janda BolongSumber Gambar Dokumen Pribadi15. Jarak Kepyar Ricinus Communis L.Jarak kepyar adalah tumbuhan perdu atau terna dengan tinggi 1–4 meter. Daun jarak kepyar berbentuk menjari dengan jumlah helai berkisar antara 5 hingga 11 helai, tepi daun bergerigi dengan lekukan daun yang dangkal sampai dalam, berwarna hijau muda hinga hijau tua, serta ada juga yang berwarna kemerahan dan mengkilap. Tangkai daun memanjang dan kuat dengan panjang 17 sampai 40 cm Putri et al, 2019. Pemanfaatan daun jarak kepyar sebagai motif pada ecoprint menggunakan teknik pounding menghasilkan jejak motif jelas berwarna hijau yang lama kelamaan akan berubah menjadi hijau kecoklatan dengan tulang daun berwarna putih, dan menghasilkan jejak motif jelas berwarna kecoklatan dan sedikit perak pada teknik steam dengan bentuk tulang daun yang jelas dan berwarna krim/cream. 64 Pemanfaatan Tumbuhan sebagai Motif pada EcoprintGambar Jarak KepyarSumber Gambar Dokumen Pribadi16. Jarak Pagar Jatropha Curcas L.Jarak pagar merupakan tanaman perdu yang tingginya berkisar antara 1–5 meter. Dengan daun tunggal dan pertumbuhan daun yang berseling. Daun berbentuk jantung atau bulat telur, helai daun bertoreh, berlekuk dan bersudut 3 atau 5. Pangkal daun berlekuk dan ujung daun meruncing dengan pertulangan daun menjari 7–9 tulang utama Riani, 2018. Pemanfaatan daun jarak pagar sebagai motif pada ecoprint menggunakan teknik steam dikukus menghasilkan jejak motif yang berlekuk jelas berwarna krim/cream pada teknik kain iron blanket ditutup dengan kain yang dilakukan pewarnaan dengan jejak tulang daun berwarna putih dan jejak motif berwarna hijau pudar pada teknik kain tanpa pewarnaan. 65Neli Sulastri, Henri, & Dian AkbariniGambar Jarak PagarSumber Gambar Dokumen Pribadi17. Jarak Tintir Jatropha Multida L.Jarak tintir atau pohon yodium adalah jenis tumbuhan yang berbentuk semak yang berakar tunggang. Jarak tintir memiliki karakteristik daun tunggal yang unik berwarna hijau dan menyebar, dengan bentuk menyerupai hati dengan ujung daun meruncing, pangkal daun membulat dengan panjang 15 – 20 cm dan lebar 2,5 – 4 cm. Daun memiliki cangap dan pertulangan daun menjari dengan tepi daun yang rata. Pemanfaatan daun jarak tintir sebagai motif pada ecoprint menggunakan teknik stream, menghasilkan jejak motif yang jelas berwarna hijau mint pada permukaan daun dengan jejak pertulangan daun yang jelas, yang bila dilihat dari kacamata seni sekilas berbentuk menyerupai butiran-butiran salju. 66 Pemanfaatan Tumbuhan sebagai Motif pada EcoprintGambar Jarak TintirSumber Gambar Dokumen Pribadi18. Jarak Wulung/Merah Jatropha Gossypifolia L.Jarak merah atau wulung masuk kedalam kelompok tumbuhan berdaun tidak lengkap karena daunnya hanya memiliki tangkai daun petiolus dan helaian daun lamina. Daun berbentuk bulat, daging daun tipis dan lunak herbaceus, tepi daun bergerigi dan ujung daun meruncing, memiliki 3 atau 5 lobus dan pertulangan daun menjari. Daun berwarna keunguan dan tertutup glandular, yang seiring bertambah tuanya daun akan berubah warna menjadi hijau terang Riani, 2018. Pemanfaatan daun jarak wulung sebagai motif pada ecoprint menggunakan teknik steam dikukus dengan teknik kain mirror cermin menghasilkan jejak motif yang jelas berwarna hijau tua pada permukaan atas daun dan hijau kekuningan pada permukaan bawah daun dengan jejak pertulangan daun yang lebih jelas. 67Neli Sulastri, Henri, & Dian AkbariniGambar Jarak WulungSumber Gambar Dokumen Pribadi19. Jaranan/Kayu Tammate Lannea Coromandelica Houtt.Jaranan merupakan tanaman habitus, dengan tinggi pohon mencapai 6–8 meter. Daun majemuk gasal ganjil, bentuk anak daun bulat memanjang, ada bekas ibu tangkai daun pada cabang/ranting, pertulangan daun menyirip dan daun berwarna hijau pucat Nurzakinah, 2021. Pemanfaatan daun kayu jaranan sebagai motif pada ecoprint menggunakan teknik steam dikukus menghasilkan jejak motif yang jelas berwarna kuning terang keemasan dengan garis tepi line berwarna coklat pekat hingga hitam dan jejak pertulangan daun berwarna putih, membentuk motif dengan susunan daun yang unik dan berkarakter tegas. 68 Pemanfaatan Tumbuhan sebagai Motif pada EcoprintGambar JarananSumber Gambar Dokumen Pribadi20. Jati Tectona Grandis jati memiliki tinggi mecapai 30–35 meter, dengan ciri khas selalu menggugurkan daunnya pada musim kemarau untuk mengurangi penguapan. Daun tunggal, bertangkai pendek, memiliki duduk daun berseling dan berhadapan, daun berbentuk bulat telur–elips, panjang daun antara 23–40 cm dan lebar daun 11-21 cm. Daun yang masih muda tunas berwarna coklat kemerahan Fauzi, et al, 2020. Pemanfaatan daun jati sebagai motif pada ecoprint menggunakan daun muda dengan teknik pounding dan steam. Pada teknik pounding menghasilkan jejak motif yang tegas dan jelas berwarna keunguan hingga kecoklatan dengan jejak pertulangan daun berwarna lebih terang yaitu putih atau cream/krim. Sedangkan pada teknik steam menghasilkan jejak motif lebih pekat berwarna ungu kemerahan dan jejak pertulangan daun berwarna ungu. 69Neli Sulastri, Henri, & Dian AkbariniPohon jati memiliki jenis bunga yang bersifat majemuk yang terbentuk dalam malai bunga yang tumbuh terminal pada ujung atau tepi cabang. Malai bunganya terdiri dari ratusan bunga kecil, berwarna putih dan berbulu halus. Bunga jati berumah satu yaitu putik dan benang sari berada dalam satu bunga, dengan mahkota yang menyatu sebanyak 6 sampai 7 helai. Bentuk bunga berkarang dan tersusun menyerupai anak payung dan menggarpu. Kelopak bunga berbentuk jantera corong dan memiliki tabung berukuran pendek, berwarna putih, dan leher tidak berambut Murtinah, 2015. Pemanfaatan bunga Jati sebagai motif pada ecoprint menggunakan teknik steam dan menghasilkan jejak motif abstrak menyerupai karya seni lukis yang menyebar dengan garis-garis berwarna ungu dan hijau serta bintik-bintik membentuk bunga berwarna ungu pada setiap JatiSumber Gambar Dokumen Pribadi 70 Pemanfaatan Tumbuhan sebagai Motif pada Ecoprint21. Jenitri Elaeocarpus Sphaericus Gaertn.Pohon Jenitri atau Ganitri merupakan tumbuhan berhabitus pohon dengan tinggi mencapai 20–30 meter. Daun tunggal dan tersebar dengan bentuk daun lonjong, tepi daun bergerigi, ujung dan pangkal daun meruncing, memiliki panjang daun 8–20 cm dan lebar 3–6 cm, bertangkai pendek, dengan pertulangan daun menyirip, dan daun berwarna hijau Agustina, 2013. Pemanfaatan daun Jenitri sebagai motif pada ecoprint menggunakan teknik steam dikukus menghasilkan jejak motif yang sangat unik pada bagian permukaan atas daun karena memberikan 2 layer yang berbeda anatar bagian luar dan dalam. Layer atau lapisan luar ke tepi daun berwarna coklat keemasan sedangkan bagian tengah daun layer dalam berwarna putih hingga silver dengan gradasi abstrak. Sedangkan untuk bagian permukaan bawah daun berwarna coklat dengan jejak pertulangan daun yang JenitriSumber Gambar Dokumen Pribadi 71Neli Sulastri, Henri, & Dian Akbarini22. Kalpataru/Sandbox Tree Hura Crepitans L.Kalpataru atau pohon roda adalah tumbuhan berhabitus pohon berdaun tunggal dengan permukaan daun licin dan mengkilap, berbentuk bulat dengan tepi daun bergerigi, ujung daun meruncing, pangkal daun berlekuk, dengan pertulangan daun menyirip, dan daun muda berwarna hijau dan daun tua berwarna hijau tua Rahayu, 2019. Pemanfaatan daun kalpataru sebagai motif pada ecoprint menggunakan teknik pounding dipukul dan steam dikukus. Pada teknik pounding menghasilkan jejak motif jelas berwarna hijau kecoklatan dengan pertulangan daun jelas dan berwarna lebih terang. Sedangkan pada teknik steam jejak pertulangan daun terlihat lebih jelas berwarna putih dan kontras dengan motif berwarna hijau KalpataruSumber Gambar Dokumen Pribadi 72 Pemanfaatan Tumbuhan sebagai Motif pada Ecoprint23. Kamboja Adenium Obesum Forssk.Tanaman Kamboja berukuran tinggi mencapai 3–7 meter dengan bunga bergerombol 3–5 bunga pada ujung cabangnya, yang memiliki lima helai kelopak besar dengan bentuk hampir sama, dengan tangkai mahkota berkisar 20–40 cm. Bunga berbentuk corong dengan mahkota bunga berwarna merah muda Aryani & Pharmawati, 2015. Pemanfaatan bunga Kamboja sebagai motif pada ecoprint menggunakan teknik rebus pada bahan kulit menghasilkan jejak motif yang jelas berwarna abu-abu kebiruan dengan sedikit bercak berwarna putih. Gambar KambojaSumber Gambar Dokumen Pribadi24. Kapuk Randu Ceiba Pentandra L.Pohon Kapuk Randu memiliki ketinggian mencapai 8–30 meter dengan daun majemuk dan pertulangan daun menjari, berselang-seling dan berkerumun pada ujung dahan. Memiliki 5–9 anak daun, dengan lebar 1,5–5 cm, berbentuk lonjong hingga 73Neli Sulastri, Henri, & Dian Akbarinilonjong sungsang, dengan ujung daun meruncing. Daun bagian atas berwarna hijau tua dan hijau muda pada bagian bawah daun Ninulia, 2016. Pemanfaatan daun Kapuk Randu sebagai motif pada ecoprint menggunakan teknik pounding menghasilkan jejak motif berwarna hijau pudar atau kecoklatan dengan garis tepi jelas dan tulang daun berwarna lebih terang, merupakan jenis daun paling digemari idola pada ecoprint dalam teknik pounding karena bentuk daunnya yang unik, berkarakter, juga warna dan jejaknya yang mudah menyerap serta melekat dengan kuat. Gambar Kapuk RanduSumber Gambar Dokumen Pribadi25. Karet Hevea Brasiliensis Willd.Pohon Karet merupakan tanaman berbatang besar dengan tinggi mencapai 25 meter. Memiliki struktur daun yang terdiri dari tangkai daun utama dengan panjang 3–20 cm dan tangkai untuk anak daun dengan panjang 3–10 cm. Satu helai daunnya memiliki 3 helai anak daun. Daun berbentuk elips dengan ujung daun meruncing dan tepi daun rata, daun karet berusia muda berwarna hijau dan daun karet tua berwarna kuning kemerahan Zulkii, 74 Pemanfaatan Tumbuhan sebagai Motif pada Ecoprintet al, 2016. Pemanfaatan daun karet sebagai motif pada ecoprint menggunakan teknik steam dikukus menghasilkan jejak motif berwarna keemasan dengan titik-titik hitam pada permukaannya dan garis tulang daun bagian tengah yang jelas. Gambar KaretSumber Gambar Dokumen Pribadi26. Kayu Afrika Maesopsis Eminii Engl.Kayu Afrika memiliki daun yang bersilang hampir berhadapan, tunggal, panjang daun 2-6 cm, panjang tangkai daun 6-12 cm, daun berbentuk bulat telur–jorong sampai bulat telur memanjang, dengan sistem pertulangan menyirip. Pertulangan daunnya terlihat jelas, dengan pangkal daun membulat sampai menjantung, ujung daun meruncing, tepi daun memiliki tekstur bergerigi dengan kedeluruhan daun berwarna hijau Supriadi, 2020. Pemanfaatan daun kayu Afrika sebagai motif pada ecoprint menggunakan teknik rebus pada media bahan kulit dan menghasilkan jejak motif yang sangat jelas dan tegas, berwarna hijau pekat dengan jejak garis pertulangan daun yang sempurna, menyerupai daun aslinya. 75Neli Sulastri, Henri, & Dian AkbariniGambar Kayu AfrikaSumber Gambar Dokumen Pribadi27. Kedondong Spondias Dulcis ParkinsonPohon Kedondong memiliki jenis daun majemuk berbentuk jorong, ujung dan pangkal daun meruncing, pertulangan daun menyirip, dengan panjang daun 5–8 cm dan lebar daun 3–6 cm. Anak daun berpasang-pasangan, tepi daun rata, tata letak daun tersebar, permukaan daun licin dan mengkilat, dan daun secara keseluruhan berwarna hijau Bimantara, 2021. Pemanfaatan daun kedondong sebagai motif pada ecoprint menggunakan teknik steam dikukus dan menghasilkan motif bayangan berwarna putih terang keemasan, tidak ada jejak pertulangan daun namun terlihat unik. 76 Pemanfaatan Tumbuhan sebagai Motif pada EcoprintGambar KedondongSumber Gambar Dokumen Pribadi28. Kelor Moringa Oleifera Lam.Tanaman kelor merupakan tumbuhan perdu berupa semak atau pohon dengan tinggi mencapai 7–12 meter. Daun kelor berbentuk bulat telur, dengan sirip tak sempurna, beranak daun gasal yang tersusun majemuk dalam satu tangkai sebesar ujung jari. Helaian daun berwarna hijau, dengan ujung daun tumpul dan pangkal daun membulat, tepi daun merata, dan pertulangan daun menyirip Veronika, 2017. Pemanfaatan daun kelor sebagai motif pada ecoprint menggunakan teknik pounding dan menghasilkan motif berwarna hijau dengan pertulangan daun berwarna cream/krim terang. Susunan daunnya yang kecil-kecil dan bergerombol membentuk satu kesatuan utuh yang terlihat menyerupai pohon yang berdiri rindang dengan beberapa cabang dahan yang semakin tinggi maka semakin mengecil, memberi kesan teduh dan nyaman pada produk ecoprint. 77Neli Sulastri, Henri, & Dian AkbariniGambar KelorSumber Gambar Dokumen Pribadi29. Kenikir Cosmos Sulphureus Cav.Tanaman kenikir merupakan tanaman perdu yang memiliki akar tunggang dengan tinggi mencapai 75–100 cm. Daun kenikir termasuk daun majemuk dengan ujung daun meruncing, jenis pertumbuhan daun bersilang berhadapan, dengan tepi daun rata, panjang daun 15–25 cm dan berwarna hijau dan memiliki aroma khas saat diremat. Kenikir memiliki jenis bunga majemuk yang tumbuh diujung batang. Mahkota bunga terdiri dari 8 helai dan berwarna kuning Yumiko, 2018. Pemanfaatan bunga dan daun kenikir sebagai motif pada ecoprint menggunakan teknik steam dikukus, menghasilkan jejak motif tegas dan kuat, dengan daun berwarna hijau dan bunga berwarna merah bata hingga merah pekat. 78 Pemanfaatan Tumbuhan sebagai Motif pada EcoprintGambar Bunga KenikirSumber Gambar Dokumen Pribadi30. Kirinyuh Chromolaena Odorata L.Tumbuhan kirinyuh merupakan gulma yakni tanaman semak menahun yang masuk dalam golongan aster dengan tinggi mencapai 200 cm. Daunnya berbentuk oval, dengan bagian bawah lebih lebar dan menumpul dengan ujung daun meruncing. Tepi daun bergerigi dengan susunan daun berhadapan Pasaribu, 2019. Pemanfaatan daun kirinyuh sebagai motif pada ecoprint menggunakan teknik pounding dipukul, menghasilkan jejak motif berwarna hijau tegas yang kelamaan dapat berubah menjadi hijau kecoklatan dengan ujungnya yang meruncing dan tepi daunnya yang bergerigi menjadikan motif terlihat lebih menarik. 79Neli Sulastri, Henri, & Dian AkbariniGambar KirinyuhSumber Gambar Dokumen Pribadi31. Kesumba Bixa Orellana L.Kesumba atau kesumba keling adalah perdu dengan tinggi pohon 2–8 meter. Daunnya tunggal, bertangkai panjang, dan besar. Helaian daun berbentuk bulat telur, dengan ujung daun meruncing dan pangkal daun rata atau berbentuk jantung. Daun berwarna hijau berbintik merah dengan tepi daun rata, pertulangan daun menyirip, panjang daun mencapai 8–20 cm dan lebar 5–12 cm Anggraini, 2017. Pemanfaatan daun kesumba sebagai motif pada ecoprint menggunakan teknik steam dikukus, menghasilkan jejak motif yang sekilas menyerupai motif daun bodhi akan tetapi motif kesumba terlihat lebih ramping dengan warna yang juga berbeda yakni cream keemasan. 80 Pemanfaatan Tumbuhan sebagai Motif pada EcoprintGambar KesumbSumber Gambar Dokumen Pribadi32. Ketapang Terminalia Catappa L.Tumbuhan ketapang memiliki batang bertajuk rindang dengan cabang-cabang yang tumbuh mendatar dan bertingkat dengan daun tersebar, dan sebagian besar berjejalan atau berdesakan pada ujung ranting. Ketapang memiliki tangkai daun yang pendek atau hampir duduk. Helaian daun bulat telur terbalik dengan ujung melebar dan pangkal daun menyempit. Daun memiliki panjang 8–38 cm dan lebar 5–19 cm. helaian daun pada pangkal berbentuk jantung dan terdapat kelenjar kiri dan kanan ibu tulang daun. Permukaan atas daun licin dan bagian bawah berambut halus. Umumnya daun berwarna hijau dan berubah kemerahan seiring waktu Musrini, et al, 2020. Pemanfaatan daun ketapang sebagai motif pada ecoprint menggunakan teknik steam dipukul, menghasilkan motif berwarna kuning keemasan dengan bintik-bintik putih yang menyebar menjadi ciri khas unik pada motif daun ketapang ini. 81Neli Sulastri, Henri, & Dian AkbariniGambar KetapangSumber Gambar Dokumen Pribadi33. Ketapang Anggur Coccoloba Uvifera L.Ketapang anggur atau anggur laut memiliki daun berbentuk hampir bulat, basic berbentuk hati dengan tepi daun rata. Helaian daun berukuran antara 12–20 cm. Permukaan daun licin mengkilat berwarna hijau muda, yang kemudian berubah warna menjadi merah saat menua dan gugur Lena, 2018. Pemanfaatan daun ketapang anggur atau anggur laut ini sebagai motif pada ecoprint menggunakan teknik steam dikukus, menghasilkan motif unik karena bentuknya yang bulat, menyerupai uchiwa kipas tradisional Jepang yang sempat menjadi trend di dunia motif dan tekstil Hartatik, et al, 2015. Motif daun ketapang anggur berwarna hijau muda yang cerah dengan jejak tulang daun yang jelas pada bagian pangkal daun yang dikelilingi bercak titik-titik kecil berwarna abu-abu hingga hitam yang menjadi nilai tambah pada motif daun ketapang anggur ini. 82 Pemanfaatan Tumbuhan sebagai Motif pada EcoprintGambar Ketapang AnggurSumber Gambar Dokumen Pribadi34. Ketepeng Cina Senna Alata L.Daun ketepeng cina merupakan daun majemuk yang berbentuk jorong sampai bulat telur sungsang, menyirip genap yang berpasang-pasangan sebanyak 5–12 baris. Mempunyai anak daun yang kaku dengan panjang 5–15 cm dan lebar 2,5–9 cm, ujung daun tumpul dan pangkal daun meruncing, serta tepi daun yang rata. Pertulangan daunnya menyirip dengan tangkai anak daun yang pendek, dengan daun secara keseluruhan berwarna hijau Asmah, 2020. Pemanfaatan daun ketepeng cina sebagai motif pada ecoprint menggunakan teknik rebus pada kulit, menghasilkan jejak motif yang jelas berwarna hijau kecoklatan dengan garis putih-putih yang terbentuk dari jejak pertulangan daunnya memberi kesan segar dan mempertegas kesan alam pada kain. 83Neli Sulastri, Henri, & Dian AkbariniGambar Ketepeng CinaSumber Gambar Dokumen Pribadi35. Ketul Merah Bidens Pilosa L.Ketul merah merupakan tanaman yang tingginya mencapai 120 cm, memiliki bentuk daun berseberangan dan dibagi menjadi 3 sampai 5 pucuk daun muda dengan garis tepi daun bergerigi, ujung daun melancip dan pangkal daun tumpul. Daun berbentuk oval dengan daun keseluruhan berwarna hijau Maghroh, 2019.Pemanfaatan daun ketul merah sebagai motif pada ecoprint menggunakan teknik pounding dipukul dan steam dikukus dengan jejak motif yang berbeda. Pada teknik pounding, motif yang dihasilkan berwarna asli daun yakni hijau, sedangkan pada teknik steam, jejak motif yang dihasilkan berwarna kemerahan hinga jingga terang. 84 Pemanfaatan Tumbuhan sebagai Motif pada EcoprintGambar Ketul MerahSumber Gambar Dokumen Pribadi36. Ketul Putih Bidens Alba L.Ketul putih memiliki jenis dan bentuk daun yang mirip dengan ketul merah, tinggi tanamannya juga mencapai 120 cm dan daun berwarna hijau keseluruhan Yue Wang et al, 2020. Pemanfaatan daun ketul putih sebagai motif pada ecoprint menggunakan teknik poundingdipukul dan steam dikukus, menghasilkan jejak motif sama-sama berwarna hijau, namuan pada teknik steam motif berwarna sedikit pucat atau hijau keputihan dengan jejak pertulangan daun yang jelas pada masing-masing teknik. 85Neli Sulastri, Henri, & Dian AkbariniGambar Ketul PutihSumber Gambar Dokumen Pribadi37. Kiara Payung Filicium Decipiens Wight & ArnKiara payung merupakan pohon peneduh karena daunnya yang lebat dengan bentuk daun menyirip, berwarna hijau dan memiliki bintik-bintik samar di atasnya. Panjang daun 6–16 cm yang tumbuh berselang-seling Bari & Noguchi, 2017. Pemanfaatan daun kiara payung sebagai motif pada ecoprint menggunakan teknik steam dikukus, menghasilkan jejak motif berwarna hijau dengan semburat putih-putih yang tebentuk dari pertulangan daunnya, jejaknya yang sedikit kabur memberi kesan hidup dalam air sehingga motif ini terlihat seperti rumput laut atau tumbuhan yang hidup didalam air sehingga sangat cocok jika dipadukan dengan kain basic dan motif lain yang berwarna lebih gelap. 86 Pemanfaatan Tumbuhan sebagai Motif pada EcoprintGambar Kiara PayungSumber Gambar Dokumen Pribadi38. Lanang Oroxylum Indicum L.Lanang adalah pohon kayu lunak berukuran sedang yang tingginya mencapai 10–16 meter. Kayu lanang memiliki daun majemuk berbentuk bulat telur yang melebar, pertulangan daun menyirip. Daun bergelombang dan ujungnya meruncing, berwarna hijau dan menguning seiring usia daun dan gugurnya daun Putri & Kristi, 2020. Pemanfaatan daun lanang sebagai motif pada ecoprint menggunakan teknik steam dikukus, menghasilkan motif tegas berwarna emas dengan jejak pertulangan daun berwarna putih yang menambah kesan tegas dan mahal pada motif daun lanang tersebut. 87Neli Sulastri, Henri, & Dian AkbariniGambar LanangSumber Gambar Dokumen Pribadi39. Mangkokan Polyscias Balfouriana AndréMangkokan merupakan tumbuhan menahun berupa perdu dengan daun berebentuk hampir bundar menyerupai mangkok, daun mencekung dan sedikit bergelombang, tepi daun bergerigi dengan pertulangan daun menyirip, permukaan daun tidak berbulu namun sedikit kasar, daun berwarna hijau dengan corak putih di tepian daunnya Thanusha, et al, 2019. Pemanfaatan daun mangkokan sebagai motif pada ecoprint menggunakan teknik rebus, menghasilkan motif berwarna putih dengan bentuk menyerupai kapas atau dengan lengkungan-lengkungan pada tepinya yang menyerupai awan. 88 Pemanfaatan Tumbuhan sebagai Motif pada EcoprintGambar MangkokanSumber Gambar Dokumen Pribadi40. Lohansung Podocarpus Macrophyllus Thunb.Lohansung merupakan jenis mangrove ikutan ini memiliki daun yang beraroma khas ketika diremat. Daun berseling, sederhana, kerapatan daun padat dan tersusun spiral. Daun berbentuk lanset linier melebar, daun pipih, pangkal dan ujung daunnya lacip tajam, sedikit bertekstur dan daun memiliki lapisan lilin sehingga terlihat mengkilap, dan daun berwarna hijau Qiao, et al, 2014. Pemanfaatan daun mangrove sebagai motif pada ecoprint menggunakan teknik steam dikukus, setelah sebelumnya dilakukan perendaman daun pada rebusan kayu secang sehingga menghasilkan motif berwarna merah keunguan dengan bentuk yang unik. 89Neli Sulastri, Henri, & Dian AkbariniGambar LohansungSumber Gambar Dokumen Pribadi41. Mawar Cina Rosachinensis Jacq.Tanaman mawar merupakan tumbuhan berupa semak tahunan menahun. Bunga mawar memiliki malai sederhana dengan helaian mahkota bunganya selapis dan bersusun. Berbunga tunggal dengan mahkota bunga terdiri dari 5–7 lembar atau helai, berwarna merah dan beraroma wangi khas bunga mawar Dwiyanti, 2018. Pemanfaatan kelopak mawar sebagai motif pada ecoprint menggunakan teknik pounding dipukul, menghasilkan motif berwarna kecoklatan dengan pinggiran motif membentuk 2 layer menyerupai bayangan. 90 Pemanfaatan Tumbuhan sebagai Motif pada EcoprintGambar Mawar CinaSumber Gambar Dokumen Pribadi42. Pacira Pachira Aquatica Aubl.Pacira atau money tree adalah tanaman yang bisa tumbuh mencapai ketinggian 6–14 meter. Bentuk daunnya seperti tombak dengan pertulangan daun menjari menyerupai daun singkong, berwarna hijau mengkilap Halili, 2019. Pemanfaatan daun pacira sebagai motif pada ecoprint menggunakan teknik steam dikukus, menghasilkan motif berwarna cream pucat dengan bercak hitam dan pertulangan daun berwarna putih. Motif daun pacira ini berbrntuk mirip motif daun singkong dan Randu akan tetapi motif pacira ini memiliki warna yang berbeda dari keduanya yakni bukan hijau seperti daun pada umumnya. 91Neli Sulastri, Henri, & Dian AkbariniGambar PaciraSumber Gambar Dokumen Pribadi43. Paku Perak Pityrogramma Calomelanos L.Pityrogramma calomelanosatau yang lebih dikenal paku perak karena entalnya ditutupi oleh sejenis tepung berwarna putih keabuan dari spora yang terletak di bagian bawah permukaan daun. Rumpun daunnya kecil, mempunyai ental berwarna hitam dan bersisik pada pangkalnya. Daun bergerigi dengan lebar daun rata-rata 1–2 cm, ujung daun lancip, dengan tulang daun menyirip Santuri, et al, 2020. Pemanfaatan daun paku perak sebagai motif pada ecoprint menggunakan teknik steam dikukus, menghasilkan motif unik dengan jejak yang jelas dan tegas berwarna cream pucat kehijauan dengan bercak hitam dan pertulangan daun berwarna putih. 92 Pemanfaatan Tumbuhan sebagai Motif pada EcoprintGambar Paku PerakSumber Gambar Dokumen Pribadi44. Pakis Rem Cina Pteris Vittata L.Paku atau pakis rem cina merupakan jenis paku yang memiliki khas berbeda dari jenis Pteris lainnya, yaitu tepi daunnya sederhana dengan tangkai pendek, panjang tangkai daun bisa mencapai 40 cm, bagian daun terlebar berada pada bagian atas daun secara keseluruhan, semakin ke atas semakin kecil. Daun menyirip dengan ukuran panjang daun antara 20–80 cm, pangkal daun berbentuk jantung hingga rata, pangkal anak daun umumnya lebih lebar dan memiliki cuping pada salah satu atau kedua sisi pangkal dengan pertulangan anak daun menggarpu dengan sorus terletak disepanjang pinggiran daun pada bagian tengah Mumpuni, 2016. Pemanfaatan daun paku rem cina sebagai motif pada ecoprint menggunakan teknik steam dikukus, menghasilkan motif unik dengan jejak yang jelas dan tegas berwarna cream pucat kehijauan dengan bercak-bercak putih serta bulatan-bulatan kecil menyerupai gelembung yang menyebar pada motif. 93Neli Sulastri, Henri, & Dian AkbariniGambar Pakis RemcinaSumber Gambar Dokumen Pribadi45. Pepaya Jepang Cnidoscolus Aconitifolius Mill.Pepaya jepang merupakan tumbuhan yang termasuk semak belukar dengan tinggi mencapai 6 meter, memiliki daun melengkung palmate dengan bunga berwarna putih Fatimah, 2019. Pemanfaatan daun pepaya jepang sebagai motif pada ecoprint menggunakan teknik steam dikukus, menghasilkan motif unik berwarna cream pucat kecoklatan dengan pertulangan daun yang jelas berwarna terang. 94 Pemanfaatan Tumbuhan sebagai Motif pada EcoprintGambar Paya jepangSumber Gambar Dokumen Pribadi46. Simpur/Sempur Dillenia Suffruticosa Griff.Simpur atau simpur air merupakan tumbuhan bercabang banyak yang memiliki daun berbentuk lonjong dan melebar pada bagian tengah dengan tepi bergelombang mengikuti pertulangan daunnya yang khas dan berkarakter. Daun muda berwarna merah kecoklatan yang kemudian mejadi berwarna hijau hingga hijau tua. Bunga simpur muncul di ujung ranting dengan bunga berwarna kuning Mardawani, 2021. Pemanfaatan daun simpur sebagai motif pada ecoprint menggunakan teknik steam dikukus, menghasilkan motif berwarna hijau dengan bercak kuning serta pertulangan daun berwarna putih. 95Neli Sulastri, Henri, & Dian AkbariniGambar SimpurSumber Gambar Dokumen Pribadi47. Singkong Manihot Esculenta Crantz.Singkong merupakan tanaman pangan yang memiliki batang berdiameter sedang, dengan permukaan beralur dengan daun berbentuk jari, daun muda pucuk berwarna hijau muda dan daun dewasa berwarna hijau tua. Cuping daun berukuran lebar dengan jumlah tiap daun 5–7 helai, berbentuk lanset dengan ujung daun meruncing. Pertulangan daun menjari dengan permukaan atas dan bawah bagian pangkal, tengah dan juga ujung berwarna kuning Restiani, et al, 2014. Pemanfaatan daun singkong sebagai motif pada ecoprint menggunakan teknik pounding dipukul, menghasilkan motif berwarna hijau kecoklatan dengan pertulangan daun yang jelas berwarna putih. 96 Pemanfaatan Tumbuhan sebagai Motif pada EcoprintGambar SingkongSumber Gambar Dokumen Pribadi48. Tabebuya Handroanthus Chrysotrichus Mart.Handroanthus chrysotrichus yang sebelumnya dikenal dengan Tabebuia chrysotrichus merupakan tumbuhan yang memiliki daun berbentuk lonjong dan oval, bertekstur lembut. Tipe daun majemuk palmate terdiri dari 5 selebaran dengan susunan daun berlawanan Yuswandi, 2022. Pemanfaatan daun tabebuya sebagai motif pada ecoprint menggunakan teknik steam dikukus, menghasilkan motif berwarna kuning keemasan dan pertulangan daun berwarna krim kecoklatan. Motif daun tabebuya ini berbentuk oval yang sekilas menyerupai bulu ayam atau angsa dengan warna yang sangat terang dan tegas. 97Neli Sulastri, Henri, & Dian AkbariniGambar TabebuyaSumber Gambar Dokumen Pribadi49. Waru Hibiscus Tiliaceus L.Waru atau lebih dikenal dengan nama waru laut merupakan tumbuhan tropis berbatang sedang yang memiliki daun bertangkai, tunggal, dan berbentuk jantung atau bulat telur dengan diameter sekitar 19 cm. Pertulangan daun menjari dan daun berwarna hijau, dengan bagian bawah daun bambut halus rapat berwarna keabuan. Bunga waru berdiri sendiri atau 2–5 dalam tandan, dengan 8–11 buah tajuk, berwarna kuning dengan pangkal mahkota bagian dalam berwarna keunguan, yang kemudian menjadi kuning kemerahan hingga kemerah-merahan Suwandi & Hendrati, 2014. Pemanfaatan bunga waru sebagai motif pada ecoprint menggunakan teknik steam dikukus, menghasilkan motif dengan lekuk jejak yang jelas dan tegas berwarna krim hingga coklat pekat dengan serat-serat halus berwarna putih dan bagian tengah berwarna hitam melingkar. 98 Pemanfaatan Tumbuhan sebagai Motif pada EcoprintGambar WaruSumber Gambar Dokumen Pribadi50. Yerba Porosa/Ketumbar Bolivia Porophyllum Ruderale Jacq.Yerba porosa atau ketumbar bolivia merupakan tumbuhan tahunan yang bercabang banyak dengan daun berwarna hijau dan sedikit kebiruan di bawah sinar matahari. Daun berbentuk lonjong, terdapat kelenjar minyak transculent sepanjang tepian daunnya, dengan bunga berwarna ungu kehijauan hingga hijau kecoklatan Setyawati et al, 2015. Pemanfaatan daun ketumbar bolivia sebagai motif pada ecoprint menggunakan teknik steam dikukus, menghasilkan motif berwarna hijau kebiruan dengan bintik-bintik hitam pada bagian tepiyang menjadi keunikan tersendiri pada motif yang dihasilkan. 99Neli Sulastri, Henri, & Dian AkbariniGambar Yerba PorosaSumber Gambar Dokumen PribadiI. Produk EcoprintEcoprint bergerak dalam bidang fashion sebagai produk fashion paling ramah lingkungan. Kelebihan dari produk ecoprint selain karena lebih ramah lingkungan, juga lebih nyaman dan tidak panas saat digunakan karena serat yang digunakan adalah serat alam dan bukan sintetis. Beberapa produk ecoprint yang ada di Bangka ecoprint selain bahan kain juga tersedia produk siap pakai seperti pakaian meliputi baju, celana, hijab segi empat, pashmina, tas, totebag, sepatu, dan lainnya. 100 Pemanfaatan Tumbuhan sebagai Motif pada EcoprintJ. Upaya Pelestarian Ecoprint BangkaEcoprint merupakan langkah sederhana dalam mengurangi pencemaran lingkungan dari limbah tekstil, tidak hanya dalam pembuatannya juga setelah penggunaan produknya, akan tetapi hingga saat ini kepedulian masyarakat khususnya masyarakat Bangka terhadap ecoprint masih belum terlihat. Ada beberapa upaya yang telah dilakukan seperti pengajaran ecoprint pada siswa/siswi sekolah menengah sebagai ekstra kurikuler sekolah, mengadakan acara non-formal bersama ibu-ibu sekitar Koba belajar pounding sederhana, acara yang lebih besar seperti pelatihan ecoprint TP-PKK kabupaten Bangka Tengah yang diikuti kurang lebih 100 peserta dari berbagai desa dan kecamatan. Hingga berpartisipasi dalam acara bergengsi seperti Muffest Muslim Fashion Festival yang membawa nama Bangka Tengah dan Fashion Show Siswa/Siswi SMA Pangkalan BaruSumber Gambar Dokumen Pribadi 101Neli Sulastri, Henri, & Dian AkbariniGambar Latihan Pounding Ibu-Ibu Kecamatan KobaSumber Gambar Dokumen PribadiGambar Pelatihan Ecoprint TP-PKK Kabupaten Bangka TengahSumber Gambar Dokumen Pribadi 102 Pemanfaatan Tumbuhan sebagai Motif pada EcoprintGambar Muest/Muslim Fashion FestivalSumber Gambar Dokumen PribadiKeberadaan ecoprint Bangka sangat menguntungkan ditinjau dari sudut pandang pelestarian alam terutama dari pencemaran limbah tekstil, bidang pendidikan, penelitian, kesenian, tourisme, fashion dan ekonomi, sekaligus memperkuat budaya dan mengenalkan keanekaragaman tanaman yang belum banyak diketahui dapat dimanfaatkan. Ecoprint merupakan produk ramah lingkungan, suatu hasil karya yang tidak berdampak negatif dan merusak lingkungan juga alam sekitar tapi justru menjaga kelestarian alam. Ilmu dan penerapannya sangat bermanfaat tidak hanya di bidang kesenian dan fashion, tetapi dalam bidang pendidikan yang dapat disalurkan melalui ekstrakurikuler sekolah minat dan bakat dan lain sebagainya. Adanya upaya pelestarian ecoprint melalui seminar, pelatihan dan atau pengabdian masyarakat tentu saja dapat menjadi peluang bagi siapa saja dari berbagai kalangan, terutama yang membutuhkan suatu keterampilan untuk dapat menunjang tambahan sumber penghasilan pasca pandemi COVID-19 dengan memberdayakan sumber daya alam sekitar yang belum dimanfaatkan secara maksimal Aryani et al, 2022. 103BAB IVPENUTUPA. SimpulanBerdasarkan pembahasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa1. Ecoprint memiliki 3 teknik dalam mencetak motif pada media kain yakni pounding dipukul, steam dikukus, dan rebus. Media kulit dan kertas hanya menggunakan teknik rebus. 2. Tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai motif pada ecoprint Bangka adalah sebanyak 50 jenis tumbuhan dari 26 famili dan motif yang dihasilkan sebanyak 60 Ecoprint hanya menggunakan bahan alam dalam pembuatan motifnya yakni beberapa bagian tumbuhan seperti daun, tangkai, bunga, buah, dan kulit batang sehingga tidak menimbulkan limbah yang dapat mencemari lingkungan dan pelestariannya terus meningkat seiring bertambahnya peminat ecoprint di SaranMasih banyak tumbuhan yang belum tereksplorasi di Bangka dan belum dimanfaatkan secara maksimal sehingga perlunya penelitian lanjutan terkait ecoprint agar dapat diketahui lebih 104 Pemanfaatan Tumbuhan sebagai Motif pada Ecoprintbanyak jenis tumbuhan yang dapat digunakan sebagai motif pada ecoprint yang diharapkan dapat menjadi motif unggulan dari Bangka. 105DAFTAR PUSTAKAAbimanyu, Yoga dan Dina Srinindiati. 2019. Sejarah Terbentuknya Kepulauan Bangka Belitung Pangkal Pinang Sebagai Sumber Pembelajaran Sejarah. Kalpataru. 5 2 Ajeng Sulatul dan Nunuk Giari Murwandani. 2021. Penerapan Teknik Ecoprint pada Produk Non Bahan Sandang di Desa Simo Slahung Kabupaten Ponorogo. Jurnal Seni Rupa. 9 2 Rosyi. 2013. Studi Usaha Tani Ganitri Elaeocarpus sphaericus Schum Di Desa Dondong Kecamatan Kesugihan Kabupaten Cilacap [SKRIPSI]. Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Syahruddin. 2016. Analisis Sebaran Cemara Gunung Casuarina junghuhniana di Berbagai Ketinggian Kawasan Taman Hutan Raya TAHURA R. Soerjo Studi di Blok Lengkehan Wilayah Desa Sumber Brantas Kecamatan Bumiaji Kota Batu[SKRIPSI]. Malang Universitas Muhammadiyah B. Arini, Asti Musman. 2011. Batik Warisan Adiluhung Nusantara. Gramedia Dwi. 2017. Kelayakan Pewarna Cat Body Painting Dari Bahan Dasar Ekstrak Biji Buah Kesumba Keling Bixa Orellana[SKRIPSI]. Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang. 106 Pemanfaatan Tumbuhan sebagai Motif pada EcoprintApriliana, Silviana Silvan dan Rodia Syamwil. 2014. Pengaruh Konstruksi Kain Terhadap Kualitas Batik dengan Teknik Wet on Wet WOW. Fashion and Fashion Education Journal. 3 1.Apriyani, Nani. 2018. Indistri Batik Kandungan Limbah Cair dan Metode Pengolahannya. JurnalMedia Ilmiah Teknik Lingkungan. 3 1 Putri Yunita Putu, dan Pharmawati Made. 2015. Pengamatan Morfologi Dan Anatomi Bibit Kamboja Jepang Adenium sp Akibat Perendaman Biji Dengan Kolkisin. JURNAL SIMBIOSIS. 3 1 322 – Nurul. 2020. Analisa Kandungan Senyawa Metabolit Sekunder Ekstrak Daun Ketepeng Cina dari Bireum Bayeun, Aceh Timur. Jurnal Kimia Sains dan Terapan. 2 2.Bari, Nurul Ichsan dan Moguchi Hisashi Kato. 2017. Phytotoxic Effect if Filicium decipiens Leaf Extract. Am-Euras. J. Agric. & Environ. Sci. 17 4 288 – Jati. L, Hakim. K, Sukenti. 2015. Etnobotani rempah-rempah bahan pewarna tumbuhan dalam penciptaan karya seni tekstil. Indonesian Journal of Environment and Sustainable Development. 6 2.Bimantara, Zamharika. 2021. Karakteristik Morfologi Tanaman Kedondong Spondias sp Di Kecamatan Rengat Dan Kecamatan Kampung Besar Seberang Kabupaten Indragiri Hulu [SKRIPSI].Riau Fakultas Pertanian Dan Peternakan UIN Sultan Syarif Kasim M. Banumathi, Pawar, T. Somasundaram. 2016. Phytopharmacology of Ficus Religiosa. Jornal Pharmacognosy. 4 8.Cibro, Jimmy Ricardo. 2019. Tingkat Kerusakan Pohon Cemara Casuarina equisetifolia Di Kampus Universitas Sumatera Utara[SKRIPSI]. Medan Universitas Sumatera Utara. 107Neli Sulastri, Henri, & Dian AkbariniDwiyanti, Albertin. 2018. Efek Ekstrak Bunga Mawar Rosa Damascena Mill Terhadap Penyembuhan Angular Cheilitis Yang Di Induksi Staphylococcus aureus Dan Candida albicans Pada Tikus Jantan Galur Wistar Rattus norvegicus[SKRIPSI]. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin Baroto Walujo. 2011. Sumbangan Ilmu Etnobotani dalam Memfasilitasi Hubungan Manusia dengan Tumbuhan dan Lingkungannya. Jurnal BiologiIndonesia. 7 2 375 – NNS, Sukenti K, Muspiah A, Rohyani. 2019. Studi Etnobotani Tumbuhan Obat Masyarakat Komunitas Hindu Desa Jagaraga Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat. Biotropika Journal of Tropical Biology. 73 2019. Dampak Limbah Cair Industri Tekstil Terhadap Lingkungan dan Aplikasi Tehnik Eco Printing Sebagai Usaha Mengurangi Limbah. MODA. 1 1. Essiet, U. A. And E. S. Iwok. 2014. Floral and Leaf Anatomy Of Hibiscus species. American Journal Of Medical and Biological Research. 2 5 101 – Hibatullah. 2019. Kajian Motif Kain Cual Khas Bangka Belitung. Journal Pendidikan Seni Rupa. 8 1.Fadhilah, Annisa, Sri Susanti, dan Tumiur Gultom. 2018. Karakterisasi Tanaman Jambu Biji Psidium guajava L. Di Desa Namoriam Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara. Jurnal Seminar Nasional Biologi. 1 1.Farma, Albert, Hikmat Agus, Rinekso Soekmadi. 2018. Struktur dan Komposisi Vegetasi di Habitat Cemara Laut Casuarina equisetifolia L. pada Tiga Kawasan Konservasi di Provinsi Bengkulu. Journal of Natural Resources and Environmental Management. 9 3 596 – 607. 108 Pemanfaatan Tumbuhan sebagai Motif pada EcoprintFauzi, Anis Muhamad, Hasna Tri Maria, Dedi Setiadi, Hamdan Adma Adinugraha. 2020. Morphology Variation Of Four Teak Species Tectona sp In Southeast Asia The Potential Of Tree Breeding And Its Biotechnology. Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati. 5 2 115 – 123. Fazruza, M. 2018. Eksplorasi Daun Jati sebagai Zat Pewarna Alami pada Kain Katun sebagai Produk Pashmina dengan Teknik Ecoprint. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Kesejahteraan Keluarga. 3 3 1 – Wendy. 2014. Eco Printing with Native Plants. Tutkey Red Journal a Journal Dedicated to Natural Dyes. 18 2. Hakim, Luchman. 2014. Etnobotani dan Manajemen Kebun-Pekarangan Rumah Ketahanan Pangan, Kesehatan dan Agrowisata. Selaras A. Ferdin Jordan. 2019. Cytotoxic and Genotoxic Potential of the Money Tree Pachira aquatica Stem and Leaf Extracts. Science Diliman. 31 2 27 – 48. Hamidah, Emmy. 2017. Analisis Kelayakan Finansial Dan Ekonomi Usaha Tani Beringin Dolar Studi Kasus di Desa Tulungwanar Kecamatan Pucuk Kabupaten Lamongan. Jurnal Ilmu Pertanian. 1 1.Handayani, Selpida, Abd. Kadir, Masdiana. 2018. Prol Fitokimia dan Pemeriksaan Farmakognostik Daun Anting-Anting Acalypha indica. L.. Jurnal Fitofarmaka Indonesia. 5 1 258 – Ratna Endah Santoso, dan Tiwi Bina Affanti. 2015. Slashquilt Polos dan Slashquilt Motif pada Tekstil Pakaian Kerja Wanita. Jurnal Ilmiah Tekstil. 2 1.Hartatik, Ratna Endah Santoso, dan Tiwi Bina Affanti. 2015. Slashquilt Polos dan Slashquilt Motif pada Tekstil Pakaian Kerja Wanita. Jurnal Ilmiah Tekstil. 1 1 37 – 46. 109Neli Sulastri, Henri, & Dian AkbariniHaryudin, Wawan dan Otih Rostiana. 2016. Tingkat Keragaman Tanaman Hasil Grafting Dari 16 Aksesi Jambu Mete Annacardium occidentale Hasil Eksplorasi Berdasarkan Karakter Morfologi Kualitatif dan Kuantitatif. Jurnal Bul. Littro. 27 2.Hasanah, Ummul, Saptasari murni, dan Dahlia. 2017. Studi Jenis Dan Potensi Obat Pada Tumbuhan Ficus. Jurnal Pendidikan Biologi Universitas Negeri Malang. 2 7 986 – Retno dan Susilo, M. Edy. 2018. Fashion dan Gaya Hidup Identitas dan Komunikasi. Jurnal Ilmu Komunikasi. 6 2. Herlina, Maria Stevin., Felix Ari Dartono, Setyawan. 2018. Eksplorasi Eco Printing untuk Produk Sustainable Fashion. Jurnal Kriya. 15 2. Hidayat, Sopian., Agus Hikmat dan Ervizal. 2011. Kajian Etnobotani Masyarakat Kampung Adat Dukuh Kabupaten Garut, Jawa Barat. Media Konservasi. 15 3 Farisah. 2016. Eksplorasi Teknik Eco Dyeing dengan Tanaman sebagai Pewarna Alam. E-Proceeding of Art & Design. 2 3 Laode Muhammad, Muhammad Dasir, Risma Lila Maulani. 2019. Respon Terhadap Konik oleh Masyarakat Komunitas Kontu dalam Kawasan Hutan Lindung Jompi Kabupaten Muna Sulawesi Tenggara. Jurnal Hutan dan Masyarakat. 11 1 33-40. Ismal, Ozlenen Erdem. 2016. Patterns from Nature Contact Printing. Journal of the Textile Association. 1 1 R. 2012. Textile Dyeing Industry an Enviromental Hzard, Open Access Journal Natural Science, 4 1. 110 Pemanfaatan Tumbuhan sebagai Motif pada EcoprintKoswandy, Liza Fauziyyah dan Ramadhania, Zelika Mega. 2016. Kandungan Senyawa Kimia dan Bioaktivitas dari Eucalyptus globulus Labill. Jurnal Farmaka Universitas Padjadjaran. 14 2.Lena, Wirda. 2018. Isolasi dan Identikasi Senyawa Fenolik dari Daun Tumbuhan Anggur Laut Coccoloba uvifera L [SKRIPSI]. Medan Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Herry. 2013. Batik. Yogyakarta Graha IlmuLiyanti Puspita Resi, Budhi Setia, Fathul Yusro. 2015. Studi Etnobotani Tumbuhan Yang Dimanfaatkan Di Desa Pesaguan Kanan Kecamatan Matan Hilir Selatan Kabupaten Ketapang. Jurnal Hutan Lestari. 3 3 Hilyah dan Hadi Santoso. 2016. Strategi Mengenali Motif Khas Kain Tenun Cual Bangka dengan AHP. Informatics Journal. 1 3.Maghroh, Devie. 2019. Pengaruh Ekstrak Gulma Ajeran Bidens pilosa L. Terhadap Mortalitas Dan Perkembangan Larva Ulat Grayak Spodoptera litura[SKRIPSI]. Fakultas Sains dan Teknologi UIN Maulana Malik Ibrahim Atika. 2018. Motif dan Pewarnaan Tekstil di Home Industry Kaine Art Fabric “Ecoprint Natural Dye”[SKRIPSI]. Yogyakarta Fakultas Bahasa Dan Seni Universitas Negeri Danilesa, dan Prastyaningtyas, Wulansari. 2020. Perbedaan Hasil Pencucian Kain Batik Sintetis Remazol Menggunakan Lerak dan Detergen. Jurnal Teknologi Busana dan Boga. 8 1. Murtinah, Veronika, Marjenah, Af Ruchaemi, Daddy Ruhiyat. 2015. Pertumbuhan Hutan Tanaman Jati Tectona grandis di Kalimantan Timur. Jurnal AGRIFOR. 14 2. 111Neli Sulastri, Henri, & Dian AkbariniMusrini, Eka, Muin Abdurrani, Burhanuddin. 2020. Pertumbuhan Tanaman Ketapang Terminalia catappa L. Dengan Penambahan Pupuk Organik Dan NPK Pada Tailing Di Persemaian. Jurnal Hutan Lestari. 8 1 198 – 210. Naini, Ulin. 2021. Penciptaan Tekstil Teknik Ecoprint dengan Memanfaatkan Tumbuhan Lokal Gorontalo. Journal Ekspresi Seni. 23 1.Nasution, Maulida Sari. 2020. Identikasi Tanaman Alpukat Persea americana Sebagai Tanaman Multi Purpose Tree Species MPTS Di Tiga Kabupaten Dataran Tinggi Di Sumatera Utara[SKRIPSI]. Medan Universitas Sumatera 2014. Mantra Ritual Ngancak dalam Tradisi Upadara Adat Perang Ketupat di Masyarakat Tempilang, Kabupaten Bangka Barat, Provinsi Bangka Belitung Kajian Sastra Lisan Ruth Finnegan [TESIS]. Yogyakarta Universitas Gadjah Pradhya Paramitha. 2016. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Randu Ceiba pentandra L. Terhadap Methicillin Resistant Staphylococcus aureus MRSA[SKRIPSI]. Fakultas Teknobiologi Universitas Atma Jaya Suci. 2021. Studi Literatur Tinjauan Molekuler Aktivitas Tanaman Kayu Tammate Lannea coromandelica Houtt. Merr. Sebagai Antikanker [SKRIPSI]. Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negri Alauddin Noto., Suryaningrum Sri, Aryani Muji Kirana Putri, O. Marpuli Panggabean. 2020. The Development of Ecoprint Technique in Special Region of Yogyakarta. International Journal of Advanced Science and Technology. 29 2 1443-1447. 112 Pemanfaatan Tumbuhan sebagai Motif pada EcoprintParaswati, dan Anas Subarnas. 2018. Aktivitas Tanaman Sablo Acalypha wilkesiana Sebagai Antikanker Farmaka Suplemen. 16 2.Pasaribu, T. Sabar. 2019. Formulasi Pasta Gigi Dari Ekstrak Etanol Daun Kirinyuh Chromolaena odorata Sebagai Antibakteri Streptococcus Mutans[SKRIPSI]. Fakultas Farmasi dan Kesehatan Institut Kesehatan Helvetia Medan. Pitoyo, Agus Joko dan Hari Triwahyudi. 2017. Dinamika Perkembangan Etnis di Indonesia dalam Konteks Persatuan Negara. Populasi. 25 1 Portal Plant of the World Online. 2019. About the plants of the world online portal. [1 Juni 2022].Pratiwi, Anggraeini., setyawan dan Tiwi Bina Affanti. 2016. Batik Fraktal Kemajuan Teknologi Olah Visual Digital. Jurnal Ilmiah Tekstil. 3 1 39- RR. Nissa dan Dian Widiawati. 2014. Eksplorasi Teknik Ecoprint dengan Menggunakan Limbah Besi dan Pewarna Alami untuk Produk Fashion. Jurnal Tingkat Sarjana bidang Senirupa dan Desain. 1 2.Pujilestari, Titiek. 2015. Review Sumber dan Pemanfaatan Zat Warna Alam untuk Keperluan Industri. Dinamika kerajinan dan Batik, 32 2 93 – Arimbi Aulia Wara dan Kristi Jesslyn Ivana. 2020. Eksplorasi Eco Printing Daun Lanang Dan Pewarnaan Alam Kayu Tegeran Pada Kain Rayon Sebagai Potensi Material Fashion Sustainable. Jurnal Seni Rupa. 9 2.Putri, Galuh Rahma Prandiny, Waluyo Budi, dan Noer Rahmi Ardiarini. 2019. Fenologi dan Penampilan Karakter Morfo-Agronomi Galur-Galur Jarak Kepyar Ricinus communis L. Cholchisine Treatment 5 Ct5. Jurnal Produksi Tanaman. 7 5 817 – 826. 113Neli Sulastri, Henri, & Dian AkbariniRahayu, Mulyati dan Vera Budi Lestari Sihotang. 2013. Serat Kulit Kayu Bahan Sandang Keanekaragaman Jenis dan Prospeknya di Indonesia. Berita Biologi. 12 3.Rahman, Sari Rahayu. 2018. Variasi Morfologi Tumbuhan Famili Araceae di Wilayah Kabupaten Majene. Jurnal Seminar Nasional Pendidikan Biologi. 2 8.Restiani Rini, Roslim Dewi Indriyani, dan Herman. 2014. Karakter Morfologi Ubi Kayu Manihot esculenta Crantz Hijau dari Kabupaten Pelalawan. JOM FMIPA. 1 2.Riani. 2018. Perbandingan Efektivitas Daun Jarak + Minyak Kayu Putih dengan Daun Jarak Tanpa Minyak Kayu Putih Terhadap Kesembuhan Perut Kembung pada Bayi 0 – 2 Tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Bangkinang Kota Tahun 2017/2018. Jurnal Ners. 2 2 71 – 81. Ristiani, Suryawati Isnaini. 2019. Eksplorasi Teknik Ecoprint pada Media Kulit. Jurnal Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik. 1 2.Riyardi, Agung. Setiaji, Bambang. Indra, Hasmarini Maulidyah. Triyono. 2015. Eni Setyowati. Analisis Pertumbuhan Industri Tekstil dan Produk Tekstil di Berbagai Provinsi di Pulau Jawa. Jurnal University Research Colloquium. 1 1. Roberto, Rfdinal dan Elvi Rusmyanto 2020. Etnobotani Pakaian Adat dalam Kegiatan Ritual Masyarakat Etnis Dayak Kanayatn di Kalimantan Barat. Protobiont. 9 1 H., Sharma and Srivasta, M. 2011. Bio-colorants and Its Implication in Health and Food Industry – A Review. International Journal of Pharmacological Research, 3 1 2228 – Endah., Dyah Titis Kusma Wardani. 2019. Pemanfaatan Bahan Alami untuk Pengembangan Produk Ecoprint di Dukuh IV Cerme, Panjatan, Kabupaten Kulonprogo. Warta LPM. 22 1 18-26. 114 Pemanfaatan Tumbuhan sebagai Motif pada EcoprintSaraswati, Ratna., Dewi Susilowati, Ratri Candra Restuti, Fajar Dwi Pamungkas. 2019. Pemanfaatan Daun untuk Ecoprint dalam Menunjang Pariwisata. Jakarta FMIPA Universitas Ratna., Susilowati, Dewi Ratri Cahndra, R., Fajar Dwi Pamungkas. 2019. Pemanfaatan Daun untuk Ecoprint dalam Menunjang Pariwisata. Departemen Geogra FMIPA Universitas Warad Fida., Puspitasari, Ainun Rahma., Dian Yanuarita P. 2021. Studi Literatur Pengolahan Warna pada Limbah Cair Industri Tekstil Menggunakan Metode Proses Adsorpsi, Filtrasi, dan Elektrolisis. TECNOSCIENZA. 5 2.Sedjati, Djandjang Purwo. 2019. Mix Teknik Ecoprint dan Teknik Batik Seni Kriya. 8 1.Silalahi, Marina. 2015. Etnobotani di Indonesia dan Prospek Pengembangannya. Biodiversitas. 16 1. Silalahi, Marina. 2019. Hibiscus rosa-sinensis L. Dan Bioaktivitasnya. Jurnal EduMatSains. 3 2 133 – Shila. 2017. Ethnobotanical Study of Wild Plants of Parsa Distric, Nepal. Ecoprint. 24 1 Yohana, Petra. 2017. Pengolahan Limbah Tekstil dan Batik di Indonesia. Jurnal Institut TeknologiBandung. 1 1.Soraya, Emma. 2019. Seberapa Luas Hutan yang Kita Perlukan?. Jurnal Ilmu Kehutanan. 13 1 2011. Deskripsi Kualitatif Sebagai Sati Metode dalam Penelitian Pertunjukkan. Jurnal Harmonia. 11 2 173-179Suparno, Ono. 2020. Potensi dan Masa Depan Serat Alam Indonesia sebagai Bahan Baku Aneka Industri. Jurnal Teknologi Industri Pertanian. 30 2 221 - 227. 115Neli Sulastri, Henri, & Dian AkbariniSupriadi. 2020. Perbandingan Persentase Perkecambahan Kayu Afrika Maesopsis eminii Dengan Metode Skarikasi Tehnik Tanam Horizontal Dan Tehnik Tanam Vertikal Desa Bontolangkasa Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa [SKRIPSI]. Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Merlis. 2018. Uji Efektivitas Ekstrak Daun Anting-Anting Acalypha indica L. Sebagai Insektisida Nabati Ulat Krop Crocidolomia binotalis Z. Pada Tanaman Kubis Brassica oleraceae L. var. capitata [SKRIPSI]. Lampung Universitas Islam Negeri Raden Intan Tri, Musyaddad Kholid, Diandara Oryza, Wiji Utami, Marzuki Arsyad. 2020. Tumbuhan Khas Di Kawasan Candi Muaro Jambi Dalam Kajian Etnobotani Dan Potensi Ekonomi. Jurnal Biologi. 13 2 192 – Vivian Aprida., Ratna Endah Santoso dan Sarwono. 2018. Perancangan Motif Tekstil Menggunakan Serat Sanseviera untuk Menambah Keragaman Eco Textile. Jurnal Kriya. 15 2.Syatri, FR, Sitawati & Setyobudi, L. 2014. Kajian Etnobotani Masyarakat Desa berdasarkan Kebutuhan Hidup. Journal Produksi Tanaman. 2 2 Rajendran, Srikrishnah Shanmugalingam, dan Somasundaram Sutharsan. 2019. Growth and Quality Responses of Polycias Polycias balfouriana L. var. Marginata’ to Diffreant Levels of Shade. International Journal of Botany Studies. 5 1 12 – Martha. 2017. Efektivitas Ekstrak Daun Kelor Moringa oleifera Sebagai Bio-Sanitizer Tangan Dan Daun Selada Lactuca sativa [SKRIPSI]. Fakultas Teknobiologi Universitas Atma Jaya Yogyakarta. 116 Pemanfaatan Tumbuhan sebagai Motif pada EcoprintVersiati, Titania Puspa, Had, Achmad Fuad, Aty Widyawaruyanti. 2016. Aktivitas Antiviral Batang Eucalyptus globulus terhadap virus hepatitis C JFH1a. Jurnal Farmasi dan Ilmu Kefarmasian Indonesia. 1 1.Visalakshi, M., and Jawaharlal, M. 2013. Healthy Hues-Status and Implication in Industries – Brief Review. Journal of Agriculture and Allied Science, 3 2 42 – 51. Wahyuningsih, Indah Tri. 2017. Studi komparasi kualitas kain katun yang dicelup ekstrak kayu secang menggunakan mordan kapur sirih dan garam diazonium[SKRIPSI].Semarang Fakultas Teknik UNNES. Yue Wang, Juyu Lian, Hao Shen, Yunlong Ni, Ruyun Zhang, Yun Guo, Wanhui Ye. 2020. The Effects of Bidens alba Invasion on Soil Bacterial Communities Across Different Coastal Ecosystem Land-use Types in Southern China. PLOS Journals. 15 10.Yumiko, Beathrine. 2018. Kemampuan Dekok Daun Kenikir Sebagai Cairan Sanitasi Selada Lactuca sativa Dan Tangan [SKRIPSI]. Fakultas Teknobiologi Universitas Atma Jaya Qiao, Wei-Wei Sun, Jian-Feng Wang, dan Ji-Dong Zhang. 2014. Flavonoids from Podocarpus macrophyllus and Their Cardioprotective Activities. Journal of Asian Natural Products Research. 16 2 222 – M. Adi, Fitmawati, dan Dewi Indriyani Roslim. 2016. Analisi Korelasi Karakter Morfologi Tanaman Karet Hevea brasiliensis dengan Produktivitasnya Dari Lima Sentra Produksi Karet Provinsi Riau. [SKRIPSI].Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau. 117LAMPIRANLampiran 1. Pembuatan Ecoprint Menggunakan Teknik Pounding 118 Pemanfaatan Tumbuhan sebagai Motif pada EcoprintLampiran 2. Pembuatan Ecoprint Menggunakan Teknik Steam 119Neli Sulastri, Henri, & Dian AkbariniLampiran 3. Pembuatan Ecoprint Menggunakan Teknik Rebus 120 Pemanfaatan Tumbuhan sebagai Motif pada EcoprintLampiran 4. Pelatihan Ecoprint TP-PKK Tengah 121Neli Sulastri, Henri, & Dian AkbariniLampiran 5. Workshop Ecoprint Biozone 8 Biologi Universitas Bangka Belitung 122 Pemanfaatan Tumbuhan sebagai Motif pada Ecoprint 123PROFIL PENULISNeli Sulastri, lahir pada tanggal 18 Juli 2000 di Pandeglang, Banten. Penulis menyelesaikan studi S-1 Biologi di Universitas Bangka Belitung tahun 2022. Penulis juga aktif mengikuti organisasi internal kampus selama ini yaitu Himpunan Mahasiswa Biologi HIMABIO dan UKM Seni Dharmamigena divisi Paduan Suara Serumpun Melody PSSM yang sesuai dengan minat dan hobi lahir pada tanggal 07 Januari 1992 di Sengir, Bangka Selatan. Penulis menyelesaikan pendidikan S-1 Biologi di Universitas Bangka Belitung tahun 2014, S-2 Biologi di Universitas Brawijaya tahun 2017. Saat ini penulis merupakan Dosen Tetap Jurusan Biologi, Universitas Bangka Belitung September 2017-sekarang. 124 Pemanfaatan Tumbuhan sebagai Motif pada EcoprintDr. Dian Akbarini, lahir pada tanggal 12 Juni 1975 di Pangkalpinang. Penulis menyelesaikan pendidikan S-1 Biologi di Universitas Padjadjaran tahun 1998, S-2 Biologi- Taksonomi Tumbuhan di Institut Pertanian Bogor tahun 2002, S-3 Ilmu Lingkungan di Universitas Padjadjaran tahun 2020. Saat ini penulis merupakan Pegawai Negeri Sipil di Pemda Kabupaten Bangka Tengah 2002-sekarang, pernah menjadi Dosen Luar Biasa di Jurusan Biologi, Universitas Bangka Belitung dan saat ini juga sebagai Dosen dengan Perjanjian Kerja di Prodi KSDA Universitas Muhammadiyah Bangka Belitung. ResearchGate has not been able to resolve any citations for this Cina Cassia alata L. banyak ditemukan di dalam hutan hujan tropika yang memiliki sekitar spesies. Tumbuhan ini merupakan salah satu objek utama yang penting bagi para ilmuan untuk pengobatan infeksi dan kanker. Selain itu, daun ketepeng cina juga mempunyai peranan yang sangat besar dalam bidang kesehatan karena menghasilkan zat-zat kimia yang memiliki kegunaan yang potensial dalam pengobatan hepatitis, ganguan kulit, penyakit kuning, dan eksema. Namun, tumbuhan ini sudah sangat jarang digunakan untuk kehidupan sehari-hari sehingga tanaman ini sering sekali dibasmi oleh masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi senyawa metabolit sekunder pada daun segar dan daun kering Ketepeng Cina C. alata L. yang diambil dari kecamatan Birem Bayeun kabupaten Aceh Timur. Pada daun segar menunjukkan adanya alkaloid, steroid, terpenoid, saponin, flavonoid, fenol dan dan tanin. Sedangkan pada daun kering menunjukkan adanya alkaloid, fenol dan WangJuyu Lian Hao ShenWanhui YeEnvironments in both biotic and abiotic ecosystems have been affected by the colonization of non-native flora. In this study, we examined the effect of Bidens alba invasion on different land-use types along a coastline in southern China. Bacterial communities in each site were determined using 16S rDNA sequencing, and soil physicochemical properties were analyzed using standard methods. Although our results indicated that B. alba invasion did not have a significant effect on the alpha diversity of bacteria, it caused significant differences in soil bacterial community composition between invaded and uninvaded soil across different land-use types. Beta diversity and several physicochemical properties in forest, orchard and waterfront environments were recorded to be more susceptible to B. alba invasion. A high proportion of the variation of bacterial communities can be explained by a combination of environmental variables, indicating that environmental selection rather than plant invasion is a more effective process in coastal microbial assemblages. By comparing topological roles of shared OTUs among invaded and uninvaded soil, keystone taxa in invaded soil were identified. Acidobacteria was the major phyla involved in the invasive process which could be driven by environmental selection. How key phyla react in our experiment should be verified by further studies. Ratna SaraswatiM H DewiSusilowati RatriIlmu PengetahuanEcoprint adalah teknik membuat motif pada kain putih dengan daun atau bunga, diberi warna alam kemudian di kukus. Hasilnya unik dan tidak dapat diduga. Teknik pembuatannya tidak rumit, terbilang sederhana. Bahan-bahan dapat diperoleh di sekitar rumah. Isi buku ini adalah mengenal aneka daun untuk ecoprint, ragam pewarna alami, variasi jenis kain, proses pembuatan ecoprint dan Situ Pedongkelan sebagai lokasi Wisata. Jordan Ferdin Albano HaliliThere is a global demand for the discovery of anticancer drugs. This study was designed as an anticancer prescreening to evaluate the cytotoxic and genotoxic potential of stem and leaf extracts of Money Tree, Pachira aquatica, one of the plant species with limited scientific studies. Bioactivity of P. aquatica extracts was initially assessed using brine shrimp lethality assay BSLA. Plant and animal models of cell proliferation were used to investigate cytostatic and cytocidal effects. Onion root tip chromosomal aberration assay ORTCAA was conducted to examine antimitotic and genotoxic activities. Embryotoxicity and teratogenicity were determined using zebrafish developmental toxicity assay ZDTA. Using BSLA, the P. aquatica leaf extract had an estimated LC 50 value of µg/mL, which indicated that it was bioactive and toxic. ORTCAA revealed that all stem extract concentrations reduced mitotic indices, which were comparable to 5 mg/L of maleic hydrazide positive control while all leaf extract concentrations induced mitotic block at prophase/metaphase boundary. Prominent chromosomal aberrations observed were bridges and stickiness suggesting genotoxicity of extracts. ZDTA showed 100% embryonic death at 20, 100 and 200 µg/mL of both extracts after 12-hour post-treatment application. Moreover, cytological abnormalities in onion cells and early zebrafish embryonic death implied the activation of apoptosis. Based on the results, Money Tree extracts have promising cytostatic inhibition of growth, division and differentiation and cytocidal lethal effects, which are important qualities of an anticancer drug. The Money Tree is therefore a potential source of a nature-based chemotherapeutic Wara Arimbi PutriJesslyn Ivana KristiAbstrakPerkembangan industri tekstil dan fashion yang sangat pesat beberapa tahun ini, khususnya di Indonesia, dirasakan turut menimbulkan berbagai dampak yang kurang baik terhadap lingkungan, salah satunya diakibatkan dari limbah yang dihasilkan dari proses produksinya. Pemberdayaan produk yang berkelanjutan adalah suatu cara penanggulangan yang baik dalam penanganan kerusakan yang ditimbulkan sekaligus menjaga kelestarian alamnya. Produk fashion yang memiliki konsep sustainable atau eco design dengan pemanfaatan hasil alam, merupakan konsep yang dimasa kini kian marak diusung oleh para pelaku industri tekstil dan fashion besar hingga rumahan. Teknik pencelupan warna alam dan eco printing adalah cara yang dapat digunakan untuk menggantikan zat kimia dalam proses pewarnaan dan pemberian motif pada material kain secara alami yang berasal dari banyak variasi ekstrak tumbuhan. Proses eksperimen ekstrak kayu tegeran sebagai larutan pewarna material kain utama dan kandungan tanin pada daun lanang sebagai motif serta didukung dengan mordan tunjung dan fiksator tawas, merupakan kombinasi yang difokuskan sebagai penelitian terhadap variasi efek yang ditimbulkan ketika diaplikasikan pada kain rayon yang mulai digunakan sebagai material pokok pengganti polyester murni dan alternatif kain yang lebih dapat dijangkau oleh masyarakat di Indonesia dan juga mulai diperkenalkan sebagai jenis kain utama di Indonesia, yang semuanya dimanfaatkan sebagai media material dan bahan untuk memproduksi sebuah produk fashion yang ramah lingkungan. Kata Kunci eco, fashion, printing, rayon, sustainableAbstractThe development of the textile and fashion industry which is growing rapidly in recent years, especially in Indonesia, has caused various environmental damage, for example the result of waste which generated from the production process. Sustainable product empowerment is a good countermeasure in handling the damage caused and for the environtment preservation. Fashion products that have a sustainable or eco design concept using natural products are a concept that is now increasingly being promoted by people in the textile and fashion from large to small scale industry. Natural color dyeing and eco printing techniques are ways that can be used to replace chemical substances in the process of dyeing and imparting patterns on natural fabrics derived from many variations of plant extracts. The experimental process of tegeran wood extract as a dye solution for the main fabric material and the tannin content in lanang leaves as a pattern and supported by mordant tunjung and alum as fixator, is a combination that we focused as a research on the effects variations when applied to rayon fabric which is starting to be used as a staple material, a substitute for pure polyester and a fabric alternative that is more accessible to people in Indonesia and has also been introduced as the main type of fabric, all of which are used as a medium for materials to produce an environmentally friendly fashion product. Keywords eco, fashion, printing, rayon, MusriniAbdurrani MuinBurhanuddin BurhanuddinRestoration and revegetation must be done to recover the post-mining land ecosystem. The strategy of one vegetative that could be applied to rehabilitate degraded the post-mining land is revegetation with the applications the organic and NPK fertilizer to improve the land conditions and choose the suitable of the plant. Terminalia catappa L is one of the plants classified as a pioneer species and can grow on the poor nutrient land and easy to cultivation. Research on the additions of cow dung as ameliorant and NPK fertilizer to improve the physical, chemical, and biological of tailings media in nursery to the growth of Terminalia catappa L. Treatment was given to the growth of seedlings of Terminalia catappa L using the Completely Randomized Design RAL with 2 two factor treatment. The first factor is NPK Fertilizer with 5 level treatment such as without Fertilizer K0, 5 gr K1, 10 gr K2, 15 gr K3, 20 gr K4. The second factor is an organic compound from cow dung with 5 level treatment such us without cow dung P0, 10 gr P1, 20 gr P2, 30 gr P3, 40 gr P4. Each level of treatment consisting of 3 replications so the amount of seedlings in this research is 75 seedlings. Data collected were short high cm, stem diameter mm, number of leaves and dry weight of the plant. The result of addition organic and NPK fertilizer on tailing media in nursery gave a significant effect on the growth of height, diameter, number of leaves and dry weight of Terminalia catappa L. The best result media treatment for all parameters is NPK fertilizer and cow dung with combination 20 40 gr, although almost all of the ameliorant treatment gave the better result if compare the control treatment without addition organic ameliorant, organic and NPK Fertilizer, Tailings, Terminalia catappa Warad SausanAinun Rahma Puspitasari Dian YanuaritaWarna pada limbah cair indusri tekstil dihasilkan berasal proses pewarnaan. Limbah cair yang berwarna ini jika di buang langsung akan menghambat proses transfer oksigen dibadan air. Tujuan dari studi literatur ini adalah mengetahui waktu kontak dan media penyerap yang terbaik pada metode adsorpsi, filtrasi dan elektrolisis dalam pengolahan warna pada limbah cair industri tekstil. Metode adsorpsi, filtrasi dan elektrolisis adalah metode yang sering digunakan pada pengolahan warna pada limbah cair industri tekstil. Berdasarkan studi literatur yang telah dilakukan didapatkan hasil waktu kontak optimum dan media penyerap yang terbaik pada metode adsorpsi menggunakan media penyerap biosorben selama 30 menit mampu menyerap warna dengan efesiensi penyerapan 99,9%, metode filtrasi menggunakan media penyerap membran nanofiltrasi selama 480 menit mampu menyerap warna dengan efesiensi penyerapan 99,9% dan meode elektrolisis menggunakan media penyerap elektroda PbO2, Al, C selama 120 menit mampu menyerap warna dengan efesiensi penyerapan 99,78%. Kata kunci Zat warna, Limbah Cair Industri Tekstil, Adsorpsi, Filtrasi, Elektrolisis, Persen Removal WarnaRoberto RobertoRafdinal Rafdinal Elvi RusmiyantoDayak Kanayatn as one of the Dayak ethnic in Kalimantan Barat has a tendency to use its natural resource such as plants to support various tradition costum needs, such as tradition clothing which are absolute within the traditional costum ritual. The purpose of this research is to find out the species of plants and its parts that used as material in the Dayak Kanayatn traditional costum clothing. The research was conducted between April until July 2019. The result of the research found that there are 24 species of plants from 12 family. The most used family are the Arecaceae 8 species, Poaceae 5 species, and Moraceae 2 species. Parts of the plants which used the most are branch 44%, then skin of the branch 26%, and the wood 13%. All the plants which are used had its own specific meaning for Dayak Kanayatn Lesa Miranti Wulansari PrasetyaningtyasPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kualitas kain batik yang dicuci dengan lerak dan detergen. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen. Variasi bahan pencuci yang digunakan adalah lerak, sari lerak, detergen, dan bahan pencuci, sedangkan jenis batik yang digunakan adalah batik pewarna sintetis remazol. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah uji laboratorium ketahanan luntur warna dan penodaan warna terhadap bahan pencuci. Analisis data menggunakan analisis deskriptif dan anova satu jalur. Hasil analisis uji anova satu jalur menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan antara hasil pencucian kain batik pewarna sintetis remazol yang dicuci menggunakan lerak, sari lerak, detergen, tanpa bahan pencuci dengan nilai ketahanan luntur yang didapat sebesar 0,859 dan nilai penodaan warna yang didapat sebesar 0,783. Simpulan penelitian yaitu penggunaan bahan pencuci yang berbeda pada pencucian kain batik pewarna sintetis remazol tidak ada pengaruh yang signifikan terhadap nilai katahanan luntur warna dan penodaan warna. Batik pewarna sintetis remazol yang dicuci menggunakan bahan pencuci lerak, sari lerak, detergen, dan tanpa bahan pencuci memiliki kualitas hasil pencucian yang AbimayuDina SrinindiatiPulau Bangka dan Pulau Belitung merupakan dua pulau besar yang menjadi bagian dari wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, selain pulau-pulau kecil lainnya. Letak wilayah provinsi ini adalah 104°50’ sampai 109°30’ Bujur Timur dan 0°50’ sampai 4°10’ Lintang Selatan. Batas wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung adalah sebagai berikut Barat Selat Bangka, Timur Selat Karimata, Utara Laut Natuna, Selatan Laut Jawa. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah nilai sejarah apakah di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang dapat dijadikan sebagai sumber pembelajaran sejarah?. Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui nilai sejarah terbentuknya Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang dapat di jadikan sumber pembelajaran sejarah. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskristif kualitatif. Hasil penelitian ini adalah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung atau biasa disingkat Babel merupakan provinsi ke-31 di Indonesia, sebelumnya merupakan bagian dari Provinsi Sumatera Selatan. Dasar hukum penetapan Provinsi Kepulauan Bangaka Belitung adalah UU No. 27 Tahun 2000 tanggal 21 November 2000 yang terbagi kedalam tiga wilayah administratif, yaitu Kabupaten Bangka, Kabupaten Belitung dan Kota Pangkal Pinang. Kemudian, di tahun 2003 dilakukan pemekaran wilayah dengan penambahan empat kabupaten yaitu Bangka Barat, Bangka Tengah, Bangka Selatan dan Belitung Timur. Hal ini didasarkan pada UU No. 5 Tahun 2003 tanggal 23 Januari 2003.
Selainitu, ia juga menanam tumbuh-tumbuhan sendiri untuk bahan ecoprint di pekarangan depan rumahnya. "Untuk daun yang digunakan sebagai motif itu ada daun jati, daun lanang, daun jarak dan bunga kamboja," imbuhnya. Tak disangka, usaha yang ia tekuni ini sudah sampai keluar negeri. Seperti Hongkong dan Malaysia. Ecoprint adalah teknik membuat motif pada kain putih dengan daun atau bunga, diberi warna alam kemudian di kukus. Hasilnya unik dan tidak dapat diduga. Teknik pembuatannya tidak rumit, terbilang sederhana. Bahan-bahan dapat diperoleh di sekitar rumah. Isi buku ini adalah mengenal aneka daun untuk ecoprint, ragam pewarna alami, variasi jenis kain, proses pembuatan ecoprint dan Situ Pedongkelan sebagai lokasi Wisata. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Ratna Saraswati Dewi Susilowati Ratri Candra Restuti Fajar Dwi Pamungkas Departemen Geografi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia 2019 ii PEMANFAATAN DAUN UNTUK ECOPRINT DALAM MENUNJANG PARIWISATA ISBN 978 – 623 – 92282 – 3 – 1 Penulis Ratna Saraswati, Dewi Susilowati, Ratri Candra Restuti, Fajar Dwi Pamungkas Desain Sampul dan Tata Letak Fajar Dwi Pamungkas Penerbit Departemen Geografi FMIPA Universitas Indonesia Redaksi Departemen Geografi FMIPA UI, Depok. Gedung H, Kampus UI Depok 16424 Telp. +62-21 78886680/Fax. +62-21 7270030 Email Website Distribusi Tunggal Departemen Geografi FMIPA UI, Depok. Gedung H, Kampus UI Depok 16424 Telp. +62-21 78886680/Fax. +62-21 7270030 Email Website Cetakan Pertama November 2019 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan Cara apapun tanpa ijin tertulis dari penerbit. i KATA PENGANTAR Syukur Alhamdulillah, kami panjatkan kepada Allah SWT, atas berkat rahmat dan hidayahnya dapat tersusun buku ini yang dapat menambahkan wawasan bagi para perajin yang sedang menekuni dan mencoba tiada henti untuk menghasilkan sebuah karya yang unik. Ecoprint ini membuat siapa saja yang mencoba akan terus mencoba karena hasilnya merupakan sesuatu yang tidak dapat diduga. Teknik pembuatannya tidaklah rumit, bisa dibilang sederhana. Bahan-bahannya pun bisa diperoleh di sekitar rumah. Bagi yang senang berkebun dengan mencoba ecoprint akan dapat hobby baru yaitu bercocok tanam. Hal ini karena bahan dasar ecoprint adalah daun dan bunga. Daunnya yang mengandung tannin. Buku ini dibuat merupakan rangkaian kegiatan dari Hibah Pengabdian Masyarakat Universitas Indonesia. Pengabdian masyarakat ini mengajak ibu-ibu PKK Rukun Warga RW 05, Kelurahan Tugu, Kota Depok untuk lebih mengenal dan berlatih membuat corak pada kain dengan teknik ecoprint. Dipilihnya RW 05 Kelurahan Tugu, karena letak RW ini berbatasan langsung dengan Situ Pedongkelan. Situ Pedongkelan merupakan salah satu tujuan wisata, disana belum ada fasilitas sekunder yang berupa tempat penjualan cenderamata. Ekspresi dan pemerian dalam buku ini masih sangat terbatas. Untuk itu, mohon kritik dan saran bagi penyempurnaan buku ini. Semua kesalahan dan keterbatasan yang ada dalam buku ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga buku ini dapat terwujud. Terima kasih diucapkan kepada Dr. Nisyawati dari Departemen Biologi Universitas Indonesia, yang telah meminjamkan koleksi bukunya untuk menambah tulisan mengenai daun. Terima kasih juga kepada ii Ibu Sri Suparwati Khanzaru dari Depok Eco Friendly yang telah banyak membantu dan mengenalkan ecoprint. Selanjutnya terima kasih ditujukan kepada anggota grup Jtcc Jakarta Timur Crafter Craft terutama ditujukan kepada Ibu Shanti Nandayani, Hotnida Sibarani, Cik yuk Erwina, mba Sri Rahayu Vikha, mba Daru Iswari dan mba Mey, yang fotonya dipakai untuk melengkapi gambar hasil ecoprint dalam buku ini. Penghargaan diberikan kepada Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat DRPM Universitas Indonesia, melalui Program Hibah Pengabdian Masyarakat Skema IbM Ipteks bagi Masyarakat sehingga buku ini dapat terwujud. Depok, November 2019 RSA, MHD, RCR, FDP iii DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ..................................................................................... i DAFTAR ISI .................................................................................................. iii DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... v BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................. 1 BAB 2 MENGENAL ANEKA DAUN ......................................................... 5 Bodhi ..................................................................................................... 6 Daun Afrika ........................................................................................... 7 Eucalyptus deglupta ............................................................................ 10 Jarak .................................................................................................... 12 Jarak Kepyar ........................................................................................ 13 Jarak Wulung....................................................................................... 14 Jaran .................................................................................................... 16 Jati ....................................................................................................... 17 Johar .................................................................................................... 19 Kalpataru ........................................................................................... 21 Kayu Afrika ....................................................................................... 23 Kenikir ............................................................................................... 24 Kersen................................................................................................ 25 Kesumba ............................................................................................ 27 Ketapang............................................................................................ 28 Ketepeng............................................................................................ 29 Lanang ............................................................................................... 30 Lengkeng ........................................................................................... 32 Matoa ................................................................................................. 33 Miana ................................................................................................. 35 Mindi ................................................................................................. 36 Ruellia ............................................................................................... 37 Salam Koja ........................................................................................ 38 iv Tabebuya ........................................................................................... 40 Yodium .............................................................................................. 41 BAB 3 RAGAM PEWARNA ALAM .......................................................... 44 Gambir ................................................................................................. 44 Jambal.................................................................................................. 46 Jolawe .................................................................................................. 46 Mahoni ................................................................................................ 47 Mengkudu............................................................................................ 49 Secang ................................................................................................. 50 Tegeran ................................................................................................ 52 Tingi .................................................................................................... 53 BAB 4 MACAM JENIS KAIN ................................................................... 55 Serat Kapas .......................................................................................... 55 Serat Linen .......................................................................................... 57 Serat Sutra ........................................................................................... 58 BAB 5 PROSES PEMBUATAN ECOPRINT ............................................ 66 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 75 LAMPIRAN .................................................................................................. 80 v DAFTAR GAMBAR Gambar 1. 1 Hasil Ecoprint di Kulit Kambing Erwina, 2019 ...................... 3 Gambar 2. 1 Daun dan Pohon Bodhi .............................................................. 6 Gambar 2. 2 Daun Bodhi setelah Hasil Ecoprint Siwari, 2019 .................... 7 Gambar 2. 3 Tanaman Daun Afrika Dian,2019 ........................................... 9 Gambar 2. 4 Lingkar Merah Daun Afrika Lingkar Kuning Kayu Afrika Dian,2019 ................................................................................................... 10 Gambar 2. 5 Eucalyptus deglupta yang ada di Universitas Indonesia Saraswati,2019 ........................................................................................... 11 Gambar 2. 6 a Daun Eucalyptus setelah diproses ecoprint Erwina, 2019. b Daun Eucalyptus dengan proses Ecoprint Basic Khanzaru, 2019 ........ 12 Gambar 2. 7 Daun Jarak Saraswati, 2019 .................................................. 13 Gambar 2. 8 Pohon Jarak Kepyar Saraswati, 2019 .................................... 14 Gambar 2. 9 Daun Jarak Kepyar hasil EcoprintKhanzaru, 2019 ............... 14 Gambar 2. 10 Pohon Jarak Wulung .............................................................. 15 Gambar 2. 11 Daun Jarak Wulung Hasil Ecoprint Meyrinda, 2019 .......... 16 Gambar 2. 12 Daun dan Pohon Jaran............................................................ 17 Gambar 2. 13 Daun Jaran hasil ecoprint ....................................................... 17 Gambar 2. 14 Daun dan Pohon Jati di Kampus UI Depok Saraswati, 2019....................................................................................................................... 18 Gambar 2. 15 Daun Jati setelah di ecoprint .................................................. 19 Gambar 2. 16 Tanaman Johar ....................................................................... 21 Gambar 2. 17 Daun Johar hasil ecoprint Erwina, 2019 ............................. 21 Gambar 2. 18 Pohon Kalpataru Saraswati, 2019 ....................................... 22 Gambar 2. 19 Daun Kalpataru yang telah mengalami proses ecoprint pada kain Khanzaru, 2019 .......................................................................................... 22 Gambar 2. 20 Pohon Kayu Afrika Sanjaya, 2012 ...................................... 23 Gambar 2. 21 PohonKenikir Saraswati, 2019 ............................................ 25 Gambar 2. 22 Daun Kenikir hasil ecoprint ................................................... 25 Gambar 2. 23 Daun dan Pohon Kersen ......................................................... 26 Gambar 2. 24 Coran daun Kersen di Kain Sibarani, 2019 ......................... 26 Gambar 2. 25 Daun dan Pohon Kesumba ..................................................... 27 Gambar 2. 26 Daun Kesumba hasil ecoprint Khanzaru, 2019 ................... 28 Gambar 2. 27 Daun Ketapang Nisyawati, 2017 ......................................... 29 Gambar 2. 28 Daun Ketapang hasil ecoprint ................................................ 29 Gambar 2. 29 Daun dan Pohon Ketepeng Saraswati, 2019 ....................... 30 Gambar 2. 30 Daun Lanang hasil ecoprint Saraswati, 2019 ...................... 31 Gambar 2. 31 Pohon Lanang Saraswati, 2019 ........................................... 31 vi Gambar 2. 32 Pohon dan Daun Lengkeng .................................................... 32 Gambar 2. 33 Daun Lengkeng hasil ecoprint Nandayani, 2019 ................ 33 Gambar 2. 34 Daun dan Pohon Matoa .......................................................... 34 Gambar 2. 35 Daun Matoa hasil ecoprint Sibarani, 2019 .......................... 35 Gambar 2. 36 Pohon dan Daun Miana .......................................................... 36 Gambar 2. 37 Daun Miana hasil ecoprint Vikha, 2019 .............................. 36 Gambar 2. 38 Daun dan Pohon Mindi .......................................................... 37 Gambar 2. 39 Reullia, daun dan pohonnya ................................................... 38 Gambar 2. 40 Pohon Salam Koja .................................................................. 39 Gambar 2. 41 Salam Koja setelah ecoprint ................................................... 39 Gambar 2. 42 Daun dan Pohon Tabebuya Saraswati, 2019 ....................... 41 Gambar 2. 43 Daun dan Pohon Yodium ....................................................... 43 Gambar 2. 44 Daun Yodum setelah proses ecoprint..................................... 43 Gambar 3. 1 Pohon dan Kayu Gambir .......................................................... 45 Gambar 3. 2 Pohon dan Kayu Jambal ........................................................... 46 Gambar 3. 3 Pohon dan Buah Jolawe ........................................................... 47 Gambar 3. 4 Pohon dan Buah Mahoni .......................................................... 49 Gambar 3. 5 Pohon, daun dan buah Mengkudu ............................................ 50 Gambar 3. 6 Pohon dan Kayu Secang .......................................................... 51 Gambar 3. 7 Pohon dan Kayu Tageran ......................................................... 53 Gambar 3. 8 Pohon dan Kayu Tinggi ........................................................... 54 Gambar 4. 1 Serat Kapas .............................................................................. 57 Gambar 4. 2 Kain Serat Linen ...................................................................... 58 Gambar 4. 3 Serat Sutra ................................................................................ 60 Gambar 4. 4 Kain Mori Primisima ............................................................... 62 Gambar 4. 5 Kain Mori Prima ...................................................................... 63 Gambar 4. 6 Kain Doby ................................................................................ 64 Gambar 4. 7 Kain Kartun Silk Sutra ............................................................. 65 Gambar 5. 1Hasil Teknik Pounding .............................................................. 71 Gambar 5. 2 Hasil Teknik Iron Blanket ........................................................ 72 Gambar 5. 3 Hasil Daun Jati menjadi Warna Abu-abu Vikha,2019 .......... 72 1 BAB 1 PENDAHULUAN Perkembangan produk tekstil saat ini, salah satunya disebabkan dari perkembangan teknik pembuatan/produksi. Bahkan penciptanya sering mengkombinasikan teknik satu dengan yang lain, untuk mendapatkan hasil yang bagus, menarik, dan unik. Sang pencipta juga melakukan berbagai macam percobaan untuk mendapatkan produk yang sesuai dengan keinginannya dan diterima masyarakat luas. Akhirnya, muncul suatu teknik baru dalam hal pewarnaan tekstil yang semakin membuktikan perkembangan industri tekstil yaitu teknik pewarnaan ecoprint. Disebutkan oleh Flint, 2008 teknik ecoprint ini merupakan suatu proses menstranfer warna dan bentuk secara langsung pada kain. Teknik ecoprint digunakan untuk menghias permukaan suatu kain dengan berbagai macam bentuk dan warna pewarnaan yang dihasilkan dari bahan alam. Pewarnaan tekstil ecoprint ini, salah satunya diterapkan dalam penciptaan produk di home industry Kaine Art Fabric “Ecoprint Natural Dye” yang berada di daerah Gamping, Sleman. Suatu hal baru dalam pembentukan motif dan pewarnaan pada kain dengan memanfaatkan bahan yang ada dilingkungan sekitar. Proses ecoprint merupakan suatu proses yang unik yaitu melalui pengukusan steam untuk memunculkan bentuk daun dan warna dari bahan alam tumbuhan. Ecoprint ini tampil dengan membawa ciri khasnya sendiri, yang tertuang dari segi motif dan teknik pewarnaannya. Motif yang tercipta dari bahan print yang berasal dari alam menunjukkan bentuk dan tekstur yang sangat mirip dengan aslinya dengan hasil warna yang sesuai dengan kandungan bahan alam itu sendiri. Teknik pewarnaan yang tergolong unik perlu bantuan panas yang mudah dalam pengerjaannya serta ramah lingkungan dengan sifat warnanya yang natural dan lembut, semakin menambah daya tarik pewarnaan ecoprint. 2 Alam sangat berperan penting bagi kehidupan manusia. Alam juga menjadi sumber inspirasi dalam berkarya yang tidak terbatas. Dalam pembuatan produk fashion, banyak perancang busana yang membuat karyanya terinspirasi dari alam. Fashion dan alam itu dapat disandingkan menjadi karya yang luar biasa, salah satunya seperti perancang busana Irit Dulman pada tahun 2016 membuat karya yang terinspirasi dari alam Florida yang memanfatkan daun virginia creeper, adapun perancang busana lainnya seperti Oskar Metsavaht pada tahun 2013 karya busananya yang diberi nama Endless Summer ini terinspirasi dari kesempurnaan keadaan musim panas di kota Ipanema. Tidak hanya ingin sekedar terinpirasi dari alam, Oskar Metsavaht juga memanfatkan alam dengan memakai pewarna dari sayuran dan kulit ikan di pergelaran Busan Endless Summer Spring Summer 2013. Dari contoh dua orang perancang busana tersebut dapat diketahui bahwa alam bagi sebagian perancang busana merupakan sebuah inspirasi yang tidak terbatas dan bisa dimanfaatkan untuk menghasilkan produk satu teknik dan produk yang saat ini tengah populer dan terinspirasi dari alam adalah ecoprint. Teknik ini telah berkembang sejak lama, dan dipopulerkan sejak tahun 2006 salah satunya oleh Indiana Flint. Berasal dari teknik eco dyeing lalu Flint mengembangkannya menjadi teknik ecoprint. Beberapa perancang busana yang memulai mengembangkan memakai teknik ecoprint salah satunya Renu Gupta perancang busana yang berasal dari India. Salah seorang perancang busana asal Indonesia yang memakai teknik ecoprint adalah Novita Yunus yang telah menggelar hasil karyanya di pergelaran busana India, Amazon India Fashion Week Autumn/Winter 2017. Disebutkan oleh Flint 2008, teknik ecoprint diartikan sebagai proses mentransfer warna dan bentuk ke kain melalui kontak langsung antara kain dan daun. Flint mengaplikasikan teknik 3 ini dengan cara menempelkan tanaman yang memiliki pigmen warna pada kain berserat alami yang kemudian direbus atau dikukus dalam kuali besar. Corak yang dihasilkan dari teknik ecoprint tak jarang menghasilkan warna dan corak yang tak terduga. Kadang daunnya hanya tercetak dengan warna putih saja tanpa tercetak tulang-tulang daunnya. Kadang bisa semua tercetak dari mulai daunnya sampai kelopak daunnya tercetak semua di kain. Dengan demikian sangat sulit apabila ingin membuat kain dengan jumlah yang banyak dengan corak dan warna yang sama. Hal inilah yang membedakan kain hasil buatan masal secara pabrikan dengan kain bukan buatan massal yang dibuat oleh perajin. Lain halnya bila bahannya dari kulit sapi/kambing, bentuk daunnya akan tercetak dengan jelas. Lihat Gambar Gambar 1. 1 Hasil Ecoprint di Kulit Kambing Erwina, 2019 Dalam buku ini pembahasan difokuskan pada mengenal aneka jenis daun yang dapat digunakan untuk keperluan ecoprint. Disamping jenis daunnya dibahas pula tempat tumbuhnya, syarat tumbuh serta persebarannya. Daun merupakan bahan penting yang akan memberi corak pada kain. Berbagai macam bentuk daun ada yang bulat, runcing, Panjang dan lain-lain serta beragam pula ukuran daunnya, ada yang besar, ada pula yang kecil. Keberagaman inilah yang membuat ecoprint menjadi indah disamping itu zat pewarna juga memegang peranan yang tidak kalah pentingnya. 4 Dalam buku ini sistematika pembahasannya dibagi menjadi enam bab, yaitu Bab 1, diuraikan tentang perkembangan eoprint. Bab 2. Dibahas tentang jenis-jenis daun yang dapat digunakan untuk ecoprint. Dalam buku ini ada 25 jenis daun, yang diuraikan kegunaannya, syarat tumbuhnya serta persebarannya. Dalam pembahasan juga dilengkapi dengan gambar pohon maupun daunnya serta corak daun hasil ecoprint. Bab 3, diuraikan mengenai pewarna alam yang diperoleh dari kulit kayu tingi, tegeran, bunga Jolawe, akar Mengkudu serta Daun Mangga Bab 4, diperkenalkan dengan aneka jenis kain yang dapat digunakan untuk ecoprint. Jenis kain yang dapat digunakan adalah jenis kain yang mempunyai serat alami. Apabila ada campuran polyester maka kain tersebut tidak dapat digunakan karena tannin dari daun tidak akan meresap kedalam polyester. Tannin daun hanya meresap di bahan alami Bab 5. Diuraikan tata cara pembuatan ecoprint, ada yang basic, intermediate dan dengan Teknik pounding Bab 6. Membahas tentang Situ Pedongkelan sebagai sebuah lokasi wisata yang terletak di RW 05 Kelurahan Tugu Kota Depok 5 BAB 2 MENGENAL ANEKA DAUN Indonesia kaya akan keanekaragaman hayati. Berbagai jenis tanaman dapat tumbuh subur di Indonesia. Ada tanaman yang tumbuh dengan sendirinya tanpa perlu penanganan yang intensif tetapi ada juga tanaman yang memerlukan penaganan intensif dalam pertumbuhannya. Di Indonesia yang hanya mengenal dua musim tentunya sangat mudah mencari berbagai macam jenis daun. Alangkah indahnya jika daun-daun hutan tropis itu dapat terekam dalam corak kain melalui ecoprint. Daun merupakan salah satu komponen yang sangat penting bagi kegiatan ecoprint. Daun dapat memberi corak yang beraneka ragam pada kain. Bukan hanya corak tetapi juga warna warni yang dihasilkan dari daun yang digunakan. Setiap daun memiliki corak dan warna yang unik. Hal ini sangat menarik untuk dikembangkan karena cukup diminati oleh masyarakat luas. Selain menghasilkan warna dan motif daun, ecoprint juga bisa diterapkan dalam pembelajaran dendrologi. Dendrologi mempelajari identifikasi jenis tanaman dengan mengenali dari morfologi bagian tanaman Darmawan, 2019. Jenis daun yang biasa dipakai untuk ecoprint diantaranya adalah daun jati yang akan menghasilkan warna merah, daun mengkudu menghasilkan warna kuning, daun kenikir menghasilkan warna hijau kekuningan. Sedangkan bunga Mawar merah menghasilkan warna ungu, untuk bunga kenikir menghasilkan warna kuning mendekati oranye. Di bawah ini akan dijelaskan berbagai jenis daun yang dapat digunakan untuk ecoprint secara lebih detail 6 Bodhi Pohon Bodhi memiliki nama Latin Ficus Eligiosa. Pohon ini merupakan salah satu pohon besar dan dianggap keramat oleh agama Hindu dan Budha. Pohon Bodhi memiliki tinggi mencapai 15 – 20 meter. Pohon Bodhi memiliki cabang yang banyak sehingga tampak rimbun sekali. Pohon bodhi memiliki manfaat sebagai alat perkakas, karena pohon Bodhi memiliki batang yang besar dan kuat sehingga cocok dijadikan sebagai bahan baku pembuatan perkakas, yakni sendok, piring, kursi, meja dan lemari. Selain itu daun dari pohon Bodhi dimanfaatkan oleh masyarakat pedalaman untuk dijadikan sebagai pakaian yang menutupi alat vital mereka. Daun pohon Bodhi di petik satu persatu kemudian di satukan antara daun yang satu dengan daun lainnya. Manfaat lainnya yaitu daun pohon bodhi dijadikan sebagai obat – obat alami. Pohon bodhi dijadikan sebagai bahan herbal untuk mengobati penyakit. berikut merupakan gambar pohon bodhi Gambar Selanjutnya jika menggunakan daun Bodhi untuk melakukan teknik ecoprint, maka gambar yang akan dihasilkan akan seperti Gambar Daun Bodhi terlihat berwarna lebih gelap dibandingkan daun Jati. Pewarna alam yang digunakan adalah dari kayu Secang. Gambar 2. 1 Daun dan Pohon Bodhi 7 Gambar 2. 2 Daun Bodhi setelah Hasil Ecoprint Siwari, 2019 Daun Afrika Daun Afrika mempunyai nama Latin Vernonia amygdalina. Tanaman ini merupakan tanaman semak atau pohon kecil yang tingginya bisa mencapai 10 meter. Vernonia amygdalina tumbuh alami sepanjang sungai dan danau, di tepi hutan, pepohonan dan padang rumput hingga ketinggian m. Tumbuhan ini tumbuh di daerah yang terganggu, seperti tanah pertanian yang terbengkalai, dan dapat ditemui tumbuh secara spontan di hutan sekunder. Tumbuhan ini memerlukan sinar matahari dalam pemeliharaan. Tumbuhan ini lebih memilih lingkungan yang lembab meskipun tahan musim kering. Tumbuhan ini dapat ditemukan di semua jenis tanah, namun tumbuh sangat baik di tanah yang kaya akan humus. Daun Afrika tumbuh liar di sebagian besar negara Afrika tropis, mulai dari Guinea timur hingga Somalia dan wilayah selatan hingga Afrika Selatan wilayah timur laut, dan di Yaman. Tanaman ini biasanya tumbuh sebagai sayuran di Benin, Nigeria, Kamerun, Gabon dan Kongo DR, juga di dataran yang lebih rendah, yaitu di negara-negara sekitarnya. Orang-orang Luhya di Kenya Barat memanfaatkan Vernonia amygdalina sebagai sayuran tetapi tidak mengembangbiakkannya. 8 Daun Afrika merupakan sayuran yang sangat diminati di Afrika Barat dan Tengah, juga dapat dikonsumsi dalam bentuk aneka panganan. Daun afrika ini direbus untuk sayur sup. Daun Afrika juga terkadang dijual di pasar setelah sebelumnya diparut, dimasak setengah matang, dan dibentuk bola-bola. Di Kamerun, daun Afrika dimasak dengan daging dan/atau udang dicampur dengan kacang tanah untuk membuat makanan terkenal yang disebut ndole’. Atau, daun utuh dimasak bersama dengan singkong, atau ubi, sementara itu daunnya juga dikeringkan dan dibuat serbuk atau bubuk sebagai bahan taburan sup. Di Kamerun, daun afrika terkadang dimakan mentah tanpa dimasak terlebih dulu, dicampur dengan minyak sawit dan garam. Daun afrika juga dikonsumsi kambing. Batang dan cabangnya yang kering mengandung minyak. Ranting muda digunakan sebagai tusuk gigi atau stik kunyah. Tanaman ini juga terkadang tumbuh sebagai pagar. Cabang-cabang pohon digunakan sebagai tiang untuk memagar lahan. Vernonia amygdalina umumnya digunakan dalam pengobatan tradisional. Air rebusan daun digunakan untuk mengobati demam, malaria, diare, disentri, hepatitis, dan batuk. Sebagai laksatif dan sebagai pemicu kesuburan. Daun Afrika juga digunakan sebagai obat untuk scabies, sakit kepala, dan sakit perut. Ekstrak akarnya digunakan sebagai obat melawan malaria dan gangguan gastrointestinal. Di Negeria, daun afrika digunakan di atas luka sebagai pengganti iodine. Salahsatu pemanfaatan pengobatan yang paling umum menggunakan Vernonia amygdalina adalah untuk memberantas cacing usus, termasuk nematodes. Tidak saja pada manusia, tetapi juga simpanse, untuk mengendalikan infeksi nematode pada usus. Di Zimbabwe, air rendaman akarnya digunakan untuk mengobati penyakit menular seksual. Rendaman kulit batangnya juga digunakan untuk mengobati demam dan diare. Vernonia amygdalina juga berguna sebagai agen pengontrol untuk melawan penyakit pada tanaman. Abu dari cabang dan ranting yang dibakar digunakan 9 untuk mengendalikan jamur pada biji Curvularia, Aspergillus, Fusarium and Penicillium spp. sehingga memperbaiki viabilitas benih dan perkecambahan. Selain itu digunakan untuk pembuatan bir. Vernonia amygdalina juga terkenal sebagai tanaman yang amat disukai lebah madu. Daun Afrika memiliki rasa pahit disebabkan sesquiterpene lactones yaitu, vernodalin, vernolepin dan vernomygdin dan glukosida steroid vernoniosides. Sebagian dari senyawa ini memiliki kandungan antiparasit sangat tinggi, terutama vernodalin dan vernonioside B1. Vernolepin menunjukkan karakteristik anti agregasi trombosit. Vernodalin dan vernomygdin memiliki kandungan sitotoksik. Ekstrak air daun Vernonia amygdalina mengeluarkan aksi kritostatik untuk menghambat pertumbuhan sel kanker payudara. Dalam uji pada tikus, ekstrak sesquiterpene daun afrika menunjukkan aksi antihepatotoxic. Ekstrak daun dan kulit akar menunjukkan aksi malaria. Mengunyah stik yang dibuat dari kayu Vernonia amygdalina akan melawan bakteri utama pada penyakit periodontal. Daun untuk melawan aneka bakteri dan virus. Gambar 2. 3 Tanaman Daun Afrika Dian,2019 10 Seperti halnya tanaman Kayu Afrika, tanaman Daun Afrika juga dapat dijadikan salah satu bahan untuk pembuatan ecoprint. Hasilnya seperti Gambar di ecoprint dengan bahan dasar kulit kambing Gambar 2. 4 Lingkar Merah Daun Afrika Lingkar Kuning Kayu Afrika Dian,2019 Eucalyptus deglupta Eucalyptus banyak macamnya tetapi yang sering digunakan untuk ecoprint adalah eucalyptus deglupta. Pohon ini adalah spesies pohon tinggi, umumnya dikenal sebagai eucalyptus pelangi, atau disebut juga getah Mindanau, atau getah pelangi, Ini ditandai dengan kulit batangnya multi-warna yang menampilkan warna lavender, biru, hijau, oranye dan merah marun yang mengelupas di musim panas. Daunnya tajam dan berbentuk tombak. Tanaman ini berasal dari belahan bumi utara. Tanaman ini dipercaya bahwa daerah tempat tumbuhnya banyak air, karena Eucalyptus mampu menyerap air dari daerah lain. Daunnya banyak mengandung kelenjar minyak Syarat tumbuhnya hidup di hutan hujan pegunungan rendah hingga ketinggian m, curah hujan tinggi, mm pertahun, tumbuh subur di tanah yang kaya, sedang hingga basah dengan sinar matahari penuh 11 dan tidak tahan terhadap embun beku. Berikut merupakan pohon eucaliptus deglupta Gambar Di Porsea Sumatera Utara, pohon ini ditanam untuk industry pulp bubur kertas. Minyak Eukaliptus juga memiliki sifat menolak serangga, dan telah digunakan sebagai bahan untuk produk penolak nyamuk komersial. Nektar dari beberapa Eukaliptus menghasilkan madu monofloral berkualitas tinggi. Suku Aborigin menggunakan Eukaliptus sebagai teman untuk berburu. Manfaat lain adalah sebagai antispetik yang sangat menolong untuk menyembuhkan dingin, flu, dan sakit tenggorokan. Eukaliptus adalah ekspektoran yang sangat kuat, cocok untuk infeksi, termasuk bronkhitis dan pneumonia. Minyaknya juga berkhasiat sebagai bahan penghangat yang digunakan pada kulit atau tangan, juga untuk mengatasi infeksi. Minyak eukaliptus juga bisa digunakan sebagai obat rematik. Selain diambil manfaat dari kayu dan daunnya, pohon Eukaliptus berguna menghadapi ancaman erosi dan mengatasi lahan kritis Tiana, 2014. Gambar 2. 5 Eucalyptus deglupta yang ada di Universitas Indonesia Saraswati,2019 12 Daun Eucalyptus deglupta setelah diproses ecoprint warnanya ada yang tetap hijau, kemerahan ataupun coklat. Hal ini tergantung dari pewarna alam yang digunakan serta jenis kain bahan dasarnya. Lihat Gambar a b Jarak Daun jarak banyak macamnya, yang biasa digunakan untuk ecoprint adalah Jarak Kepyar dan Jarak Wulung. Jarak mempunyai nama Latin Ricinus communis. Daunnya mengkilap memiliki panjang 15–45 cm. Dalam beberapa varietas, mereka mulai dari ungu kemerahan gelap atau perunggu ketika muda, secara bertahap berubah menjadi hijau gelap, kadang-kadang dengan semburat kemerahan, saat mereka dewasa. Daun dari beberapa varietas lain berwarna hijau praktis sejak awal, sedangkan pada yang lain pigmen menutupi warna hijau dari semua bagian yang mengandung klorofil , daun, batang dan buah muda, sehingga mereka tetap berwarna ungu-ke-kemerahan yang dramatis coklat sepanjang umur tanaman. Tanaman jarak tersebar di pantai Timur aceh, Jawa Barat, Jawa Timur, Madura, Bali, Nusa Tenggara Barat, Flores, Sulawesi Utara dan Sulawesi Selatan Lestari, 2008. Gambar 2. 6 a Daun Eucalyptus setelah diproses ecoprint Erwina, 2019. b Daun Eucalyptus dengan proses Ecoprint Basic Khanzaru, 2019 13 Syarat tumbuh ketinggian tempat mdpl, suhu berkisar 18 - 30ºC, curah hujan 300 mm/tahun, drainage baik, tidak tergenang, pH tanah – jenis tanah lempung berpasir, tanaman ini tidak tahan pada tanah berkadar garam tinggi. Manfaat tanaman ini dapat di ekstrak menjadi minyak jarak yang dikembangkan menjadi biodiesel. Buah jarak bermanfaat untuk biobriket, pupuk organic, pakan ternak, juga dapat digunakan sebagai bahanpembuatan sabun mandi dan kosmetik. Minyak jarak dapat dimanfaatkan sebagai obat pencahar, antidiare Qazuini & Saloko, 2008. Gambar 2. 7 Daun Jarak Saraswati, 2019 Jarak Kepyar Berbeda dengan jarak pagar, jarak kepyar Riccius communis Linn justru penampakannya hampir mirip dengan pohon singkong dari sisi batang, bunga hinga daunnya. Sedangkan buah jarak kepyar ini hampir sama penampakannya dengan buah rambutan namun dengan ukuran yang lebih kecil. Jarak Kepyar merupakan tanaman perdu semusim yang berasal dari Ethopia Afrika. Di Indonesia dijumpai diberbagai tempat sebagai tanaman liar ataupun budidaya. Tanaman ini sesuai dikembangkan pada lahan kering yang gersang dan tidak ada genangan air. Varietas unggul dikembangkan dari populasi di Desa Muneng, Kabupaten Probolinggo dan Dompu di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Lihat Gambar 14 Jarak Kepyar bermanfaat untuk mengobati perut kembung, masuk angin, sembelit susah buang air besar, sakit gigi, sariawan, radang telinga, keputihan pada mulut bayi. Sedangkan biji jarak kepyar dapat dimanfaatkan sebagai obat ambien kronis dan ambeien berdarah. Minyak jarak dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar pengganti minyak bumi. Daun jarak kepyar juga digunakan sebagai bahan untuk ecoprint dengan hasilnya seperti pada Gambar Jarak Wulung Tanaman jarak wulung mempunyai nama ilmiah Jatropha gossypifolia adalah pohon jarak yang berasal dari Amerika Serikat. Tanaman ini biasanya tumbuh di daerah yang terkena sinar matahari langsung seperti di tepi jalan, Gambar 2. 8 Pohon Jarak Kepyar Saraswati, 2019 Gambar 2. 9 Daun Jarak Kepyar hasil EcoprintKhanzaru, 2019 15 pekarangan rumah, atau di pinggir lapangan rumput. Pohon jarak wulung, memiliki batang yang berkayu, bulat, warnanya kecokelatan. Daunnya saat muda berwarna keunguan, dan daun tua berwarna ungu kecokelatan. Buahnya hampir mirip dengan pohon jarak pagar hanya saja lebih kecil. Biji buah jarak wulung banyak mengandung minyak, sama seperti biji buah jarak pagar. Daunnya mengandung tannin, sulfur dan kalsium oksalat. Lihat Gambar Manfaat daun dan biji Jarak Wulung bisa untuk mengobati penyakit seperti demam, sembelit, mengobati memar, radang telinga anak dan lepra. Tanaman ini sering ditanam sebagai pagar dan pembatas lahan di daerah perdesaan. Daun Jarak wulung juga dapat dipakai untuk ecoprint dengan hasil seperti pada Gambar Gambar 2. 10 Pohon Jarak Wulung 16 Gambar 2. 11 Daun Jarak Wulung Hasil Ecoprint Meyrinda, 2019 Jaran Pohon jaran merupakan salah satu pohon yang tumbuh tersebar hampir di seluruh Daerah Istimewa Yogyakarta, terutama di Kabupaten Bantul. Pohon Jaran memiliki nama Latin Lannea coromandelica Houtt. Merr., dan terdapat dalam satu famili Anacardiacae. Pohon jaran memiliki tinggi lebih dari 10 meter dan memiliki diameter batang 20 – 30 cm. Pohon Jaran memiliki akar tunggang dan daunnya berbentuk oval dengan ujung daun meruncing. Pohon jaran memiliki manfaat sebagai penawar racun dari gigitan ular dan beberapa jenis serangga. Pucuk batang muda dapat digunakan sebagai obat sakit mata. Kulit batang dapat digunakan sebagai obat luka sayat. Kayu jaran sangat disukai oleh pengrajin topeng, terutama di daerah Bantul, dikarenakan kayunya mudah diolah dan hasilnya sangat halus. 17 Berikut Gambar merupakan gambar daun jaran setelah ecoprint Gambar 2. 13 Daun Jaran hasil ecoprint Jati Jati dikenal dengan nama ilmiah Tectona grandis adalah sejenis pohon yang berdaun besar dengan bentuk elips yang luruh pada musim kemarau dan penghasil kayu bermutu tinggi. Pohonnya besar, berbatang lurus, ketinggiannya dapat mencapai 30-40 m Akram, 2007. Syarat tumbuh tanaman jati yaitu curah hujan – mm/tahun, suhu 27 – 36 °C, tumbuh di dataran rendah maupun dataran tinggi sampai ketinggian 800 m, tanah alluvial dengan pH – 7 dan banyak mengandung kapur, musim kering yang nyata, 3-5 bulan dan tidak dibanjiri dengan air. Gambar 2. 12 Daun dan Pohon Jaran 18 Persebaran hutan jati banyak terdapat di Pegunungan Kapur Utara, Pegunungan Kendeng dan Gunung Muria, mulai dari kabupaten Jepara hingga ke ujung timur Kabupaten Probolinggo. Namun, hutan jati paling banyak menyebar di Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur, yaitu sampai ketinggian 650 meter di atas permukaan laut. Hanya di daerah Besuki jati tumbuh tidak lebih daripada 200 meter di atas permukaan laut. Di kedua provinsi ini, hutan jati sering terbentuk secara alami akibat iklim muson. Hutan jati yang cukup luas di Jawa terpusat dan terbesar di daerah hutan Kabupaten Blora, Grobogan, dan Pati. Bahkan, jati Jawa dengan mutu terbaik dihasilkan di daerah tanah perkapuran Kabupaten Blora, Jawa Tengah. Selain di Jawa, jati juga menyebar di Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi Tenggara dan di P. Sumbawa. Gambar adalah tanaman Jati yang tumbuh di halaman Departemen Geografi FMIPA UI, Depok. Manfaat daun jati di Cirebon digunakan sebagai pembungkus makanan dan di Yogyakarta dan Jawa Timur digunakan sebagai pembungkus tempe. Saat ini daun jati digunakan sebagai bahan untuk pembuatan ecoprint karena corak dan warna yang khas. Daun jati akan mengeluarkan warna ungu dan merah. Daun jati hasil ecoprint akan menghasilkan warna yang berbeda Gambar 2. 14 Daun dan Pohon Jati di Kampus UI Depok Saraswati, 2019 19 tergantung dari daerah mana daun itu diperoleh. Hal ini kemungkinan disebabkan karena jenis tanah tempat tumbuh jatinya berbeda sehingga menghasilkan tannin yang berbeda. Selain itu tergantung juga pada pewarna alam yang digunakan. Corak dan warna daun jati setelah di proses akan terlihat seperti gambar di bawah ini, Gambar Lukas, 2019 Nandayani, 2019 Johar Johar berasal dari Asia Selatan dan Tenggara dikenal dengan nama Latin Senna Siamea Lamk. Johar merupakan pohon dengan tinggi antara 2 – 20 m dengan batang yang lurus dan pendek. Johar sering ditanam sebagai tanaman sela, tanaman tepi atau penghalang angin, juga sebagai penaung di perkebunan teh dan kopi. Johar kerap ditanam sebagai tanaman pelindung di tepi jalan. Tanaman ini tumbuh alami di Sumatera. Johar atau juar adalah nama sejenis pohon penghasil kayu keras yang termasuk suku Fabaceae Leguminosae, polong polongan. Daunnya menyirip genap, 10 - 35 cm panjangnya; dengan tangkai bulat torak sepanjang 1,5 - 3,5 cm yang beralur dangkal ditengah poros tanpa kelenjar. Johar juga sering ditanam dalam sistem pertamanan campuran agroforestri. Perakarannya yang luas mampu Gambar 2. 15 Daun Jati setelah di ecoprint 20 menahan air secara baik. Pohon ini juga dimanfaatkan sebagai obat cacingan, sawan, diabetes dan sebagainya. Johar merupakan pohon yang sangat umum ditanam di pinggir jalan sebagai tanaman peneduh. Johar ini sangat mudah dikenali dengan bunganya yang berwarna kuning dan daun majemuk menyiripnya ditambah untaian buah polongnya yang biasa kering di tangkainya. Johar termasuk tanaman yang cepat tumbuh dan mampu beradaptasi pada daerah kering, sehingga sering dimanfaatkan sebagai pohon pelindung atau sebagai tanaman perintis. Lihat Gambar Syarat tumbuh Johar dapat tumbuh paling cocok pada dataran rendah di daerah tropis dengan iklim muson, dengan curah hujan antara 500–2800 mm optimum sekitar 1000 mm pertahun, dan temperatur yang berkisar antara 20 – 31 °C. Johar menyukai tanah-tanah yang dalam, sarang, dan subur, dengan pH antara 5,5 - 7,5. Tanaman ini tidak tahan dingin dan pembekuan, tidak bagus tumbuhnya di atas ketinggian m dpl. Tanaman Johar bermanfaat sebagai obat. Akarnya bermanfaat untuk mengobati cacingan dan sawan pada anak. Kulit akar Johar diketahui mengandung lupeol, betalin dan diantrakinon. Kayu teras Pohon Johar dapat digunakan sebagai pencahar. Di Kamboja, rebusannya biasa digunakan sebagai obat kudis. Di Jawa, air rebusan daun Johar digunakan sebagai obat malaria. Daun johar diketahui mengandung antrakinona, antrona, flavona serta aneka triterpenoida dan alkaloid termasuk kasiadimina. Air rebusan daun johar juga diketahui dapat menurunkan kadar gula darah. Infus daun johar mempunyai pengaruh hepatoprotektif mencegah kerusakan hati serta antibakteri. Beberapa jenis bakteri yang dihambat adalah Staphylococcus aureus, Pseudeomonas aeruginosa dan Proteus vulgaris. Kandungan Flavonoid dalam daun johar bermanfaat untuk menangkal radikal bebas. Sebagaimana diketahui radikal bebas dapat menimbulkan berbagai gangguan 21 kesehatan seperti gangguan pernafasan dan kanker. Daun Johar juga dapat dipakai untuk ecoprint seperti terlihat pada Gambar Gambar 2. 17 Daun Johar hasil ecoprint Erwina, 2019 Kalpataru Pohon Kalpataru Kalpataru adalah jenis tanaman yang mempunyai nama Latin Ficus religiosa. Kalpataru merupakan tanaman asli Kawasan Asia Tenggara, yang menyebar di sepanjang pantai Samudera Hindia hingga Pasifik. Pohon ini tingginya berkisar lima hingga tujuh meter, menyimpan banyak air. Sering dijadikan tempat membuat sarang oleh satwa karena daunnya rimbun dan berdahan rindang. Lihat Gambar Gambar 2. 16 Tanaman Johar 22 Manfaat Kalpataru bijinya digunakan oleh para nelayan Papua untuk meracun ikan. Bijinya juga dijadikan obat kudis dan kejang perut dan juga sebagai obat tetes mata. Tanaman ini mengandung senyawa fitokimia yaitu flavonoid, saponin, tanin, steroid dan triterpenoid. Kadar flavonoid dan tanin paling tinggi ditemukan pada daun, yaitu sebesar dan sedangkan kadar saponin paling tinggi terdapat pada kulit kayu, yaitu sebesar Gambar 2. 19 Daun Kalpataru yang telah mengalami proses ecoprint pada kain Khanzaru, 2019 Gambar 2. 18 Pohon Kalpataru Saraswati, 2019 23 Kayu Afrika Kayu Afrika mempunyai nama Latin Maesopsis eminii, merupakan jenis pohon yang meranggas atau menggugurkan daun tingginya mencapai 45 meter. Kayu Afrika merupakan jenis kayu endemik dari Afrika, kayu ini tumbuh alami di antara 8° LU dan 6° LS. Tanaman ini ditemukan di hutan tinggi dalam ekoton antara hutan dan sabana. Merupakan jenis suksesi yang tumbuh pada areal hutan yang terganggu ekosistemnya. Pada sebaran alami jenis ini tumbuh di dataran rendah sampai hutan sub pegunungan sampai ke-tinggian m dpl. Pohon kayu Afrika di Indonesia diintroduksikan pertama kali di Jawa Barat. Jenis ini tumbuh baik pada ketinggian 100-1500 m dpl dengan curah hujan 1400-3600 mm/tahun. Tumbuh baik pada tanah yang subur dan bebas genangan air, toleran terhadap tanah yang tidak subur, tanah berpasir, dan keasaman. Manfaat Kayu Afrika Kayu adalah untuk bahan konstruksi ringan, peti kemas, kotak, dan sudah digunakan untuk bahan plywood. Daun kayu afrika digunakan untuk pakan ternak karena kandungan bahan keringnya mencapai 35% dan dapat dicerna dengan baik oleh ternak. Pada pola agroforestri kayu afrika ditanam sebagai penaung coklat, kopi, kapulaga dan teh, juga ditanam untuk pengendali erosi Departemen Kehutanan, 2002. Daun kayu Afrika dapat digunakan untuk bahan ecoprint. Lihat Gambar Gambar 2. 20 Pohon Kayu Afrika Sanjaya, 2012 24 Kenikir Kenikir atau yang bernama latin Cosmos caudatus adalah sebuah tanaman dengan bentuk daun membujur yang memiliki tangkai cukup panjang. Tanaman ini masuk ke dalam keluarga Asteraceae. C. caudatus yang awalnya berasal dari bagian Amerika Latin, hingga kemudian tubuh dan berkembang di Asia Tenggara. Tanaman ini dibudidayakan sebagai tanaman hias, kadang-kadang tumbuh liar. Tanaman ini tegak, tinggi bisa mencapai satu meter. Daunnya dimakan sebagai sayur, digunakan sebagai penyedap dan merangsang nafsu makan dan daunnya juga pernah disuling menjadi minyak atsiri oleh Laboratorium Kimia Pertanian, Bogor. Syarat tumbuhnya Iklim panas, tidak begitu lembab; Tanah berpasir dan subur; Tanah terbuka dengan penyinaran matahari yang penuh dan Tempat tumbuhnya di dataran rendah hingga pengunungan sampai ketinggian mdpl Tanaman kenikir atau ulam raja memiliki tinggi yang bisa mencapai tiga meter, dengan bunga berwarna merah muda atau ungu. Daun merupakan salah satu bagian dari tanaman ini yang biasanya diambil dan diolah sebagai makanan. Umumnya, sayuran ini lebih sering dijadikan santapan langsung bersama lalapan dan sambal alias dimakan mentah. Akan tetapi, beberapa orang juga menyukainya ketika direbus untuk dimakan sebagai sandingan sayuran lain dalam urap dan pecel. Tak mau kalah dengan jenis sayuran lainnya, daun kenikir akan memberikan sejumlah nutrisi baik bagi tubuh Anda asalkan berhasil dibersihkan dan diolah dengan tepat. Kegunaan lainnya secara tradisional untuk memperbaiki peredaran darah dan mencuci darah serta menguatkan tulang dan mengobati lemah lambung. Kenikir mempunyai kandungan antioksidan yang tinggi. Daun kenikir juga mencegah penyakit hipertensi, mencegah osteoporosis dan menurunkan resiko penyakit diabetes tipe 2, mengurangi bau mulut. Berikut merupakan gambar dari daun kenikir. 25 Gambar menunjukkan daun kenikir sedangkan Gambar menunjukkan daun kenikir yang digunakan dalam proses ecoprint. Kersen Kersen merupakan tanaman buah tropis yang mudah dijumpai di pinggir jalan. Tanaman ini memiliki nama yang beragam di beberapa daerah, antara lain Kerukup siam Malaysia, Jamaican cherry Inggris, Talok Jawa Ceri Kalimantan dan lain – lain. Tanaman ini memiliki nama Latin Muntingia calabura L. dan diketahui memiliki kandungan flavonoid, triterpenoid, saponin dan steroid. Tanaman kersen adalah tanaman non endemik di Indonesia. Tanaman ini berasal dari Amerika Tropis seperti Bolivia, Panama, Meksiko hingga Gambar 2. 21 PohonKenikir Saraswati, 2019 Gambar 2. 22 Daun Kenikir hasil ecoprint 26 kepulauan Karibia yang kemudian dibawa masuk ke Filipina abad ke 19 dan kemudian menyebar di Asia Tenggara. Tanaman ini memiliki tajuk yang rindang dan sifatnya yang mudah tumbuh dimana saja membuat tanaman ini dijadikan alternatif sebagai tanaman penghijauan. Tanaman kersen memiliki manfaat sebagai pengontrol fungsi otot jantung. Selain mengontrol fungsi otot jantung, konsumsi daun kersen ini juga dapat mencegah perkembangan tumor. Selain itu pula, daun kersen dapat menurunkan tekanan darah yang terjadi secara tiba – tiba. Selanjutnya daun kersen juga berfungsi sebagai oban antiseptik dan anti inflamasi. Selain itu, konsumsi Daun Kersen juga dapat membantu dalam permasalahan diet dan melancarkan sirkulasi darah didalam tubuh. Lihat Gambar Pada Gambar Daun Kersen yang sudah diproses ecoprint, Nampak jela sterlihat bentuk dan batang daunnya Gambar 2. 24 Coran daun Kersen di Kain Sibarani, 2019 Gambar 2. 23 Daun dan Pohon Kersen 27 Kesumba Kesumba mempunyai nama latin Bixa Orellana. Tumbuhan ini termasuk tumbuhan perdu yang berasal dari Amerika Selatan bagian Utara dan Mexico. Dikenal juga sebagai bahan dasar untuk pembuatan lipstick, karena warna yang dihasilkan yaitu merah atau kuning. Lihat Gambar Syarat tumbuhnya Daerah yang beriklim tropis dan sub tropis, bebas es dan terlindung dari angin dingin, daerah yang lembab sepanjang tahun, drainase baik, tumbuh hampir di semua jenis tanah, dengan preferensi tanah yang netral sampai sedikit basa, sinar matahari penuh atau sebagian teduh, suhu rata-rata tahunan 20-26º C. Suhu minimum absolut 0-5º C, curah hujan mm/tahun Orwa, et al, 2009. Manfaat daun dan batang pohon Kesumba untuk mengobati demam, diare, kurang nafsu makan, masuk angin, beri-beri, pendarahan dan dapat menetralkan racun, peluruh air seni dan perut kembung Hariana, 2008. Kulit biji ini bila direndam dalam air menghasilkan cairan warna merah yang bisa digunakan untuk mewarnai bahan anyaman, cat kuku, dan lipstik. Karenanya di daerah asalnya, ada yang menyebut tanaman ini lipstick tree atau tanaman lipstick Madrus, 2018. Daun Kesumba setelah melalui proses ecoprint menjadi berwarna coklat seperti terlihat pada Gambar Gambar 2. 25 Daun dan Pohon Kesumba 28 Gambar 2. 26 Daun Kesumba hasil ecoprint Khanzaru, 2019 Ketapang Mempunyai nama latin Terminalia catappa. Daun Ketapang mengandung tanin, flavonoid dan saponin. Tanaman ini merupakan tanaman asli Asia Tenggara dan penyebarannya hampir di seluruh Asia Tenggara. Warna yang dihasilkan oleh daunnya adalah warna hitam. Daunnya besar, Panjang 15-25 cm, lebar 10-14 cm bentuknya bulat telur, warna hijau tua mengkilap dan kasar. Daunnya gugur pada musim kemarau, sebelum jatuh berubah warna menjadi merah muda kemerahan atau kuning coklat. Hal ini disebabkan oleh pigmen violaxanthin, lutein dan zeaxanthin. Kayunya menghasilkan warna kuning kecoklatan hingga warna zaitun. Syarat tumbuh tumbuh subur di daerah pesisir dan dataran rendah, dapat tumbuh di dataran rendah hingga ketinggian sekitar 400 m dpl, curah hujan antara mm pertahun, dan bulan kering hingga 6 bulan. Ketapang menggugurkan daun hingga dua kali setahun, sehingga tumbuhan ini bisa tahan menghadapi bulan-bulan yang kering. 29 Pada Gambar hasil ecoprint daun Ketapang pada kain, terlihat berwarna kehitaman tanpa terlihat tulang-tulang daunnya. Ketepeng Ketepeng memiliki nama ilmiah Senna alata L.Roxb., dengan nama sinonim Cassia alata, L. Merupakan tanaman perdu yang berasal dari Amerika tropis. Di Jawa Barat dan Jawa Tengah tumbuh dibawah 800 mdpl. berdiri tegak, bercabang banyak, tingginya 0,5 sampai 2 meter. Pada ketinggian lebih kurang mdpl baik digunakan sebagai penutup tanah. Setelah tua sering diserang jamur upas dan jamur akar hitam. Syarat tumbuhnya tempat yang lembab di daerah tropis. Daun Ketepeng mempunyai manfaat untuk membasmi cacing kremi, mengobati herpes dan penyakit kulit lainnya, Di sebagian masyarakat Afrika rebusan daunnya untuk obat sakit tekanan darah tinggi, di Amerika Selatan Gambar 2. 27 Daun Ketapang Nisyawati, 2017 Gambar 2. 28 Daun Ketapang hasil ecoprint 30 daunnya untuk mengobati sakit perut, demam, asma, mengobati luka akibat gigitan ular hingga penyakit kelamin Sotyati,2016. Polong ketepeng memiliki khasiat sebagai pencahar dan mengusir parasit usus. Lihat Gambar Lanang Pohon Lanang dikenal dengan nama Latin Oroxylus Indicum, merupakan pohon bercabang kecil dengan tinggi 8 – 15 m. Tanaman ini tumbuh cepat, dapat dibudidayakan di daerah tropis dan subtropis, membutuhkan matahari penuh atau posisi semi teduh dan mudah beradaptasi dengan kondisi iklim yang berbeda, dari semi kering hingga lembab. Dapat tumbuh di berbagai jenis tanah. Lihat Gambar Sejak dulu, semua bagian tanaman digunakan dalam pengobatan tradisional. Kulit kayu, kaya akan tanin. Di India untuk pengobatan berbagai gangguan digunakan sebagai obat tonik. Ini mengandung flavonoid seperti chrysine, baicalein dan Oroxylin-A. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa tanaman memiliki sifat antikanker, antioksidan, hepatoprotektif dan imunomodula. Berbagai efek lain seperti sifat-sifat antibakteri, analgesik, dan pelindung-perut. Ini adalah pohon yang umumnya ditemukan di daerah basah. Tanaman ini berasal dari Kepulauan Andaman, Assam, Bhutan, Kamboja, Cina Anhui, Fujian, Guangdong, Guangxi, Henan, Hong Kong, Gambar 2. 29 Daun dan Pohon Ketepeng Saraswati, 2019 31 Hunan, Jiangsu, Jiangxi, Kin-Men, Makau, Ma-tsu-Pai-chúan, Shanghai dan Zhejiang, India, Jawa, Kepulauan Sunda Kecil, Myanmar, Nepal, Semenanjung Malaysia, Filipina, Sri Lanka, Sulawesi, Sumatra, Thailand, dan Vietnam, di mana ia tumbuh di hutan yang lembab, sering di sepanjang tepi aliran air atau di lereng gunung, di antara ketinggian 500 dan m. Biji dari tanaman ini dapat digunakan untuk meredakan infeksi tenggorokan dan hipertensi. Kulitnya digunakan untuk menyembuhkan demam, gastritis, gangguan hati, kanker, sakit kepala, epilepsy dan keseleo otot. Akarnya bermanfaat sebagai astringent, afrodisiak, bronchitis, cacingan, asma, disentri, diare dan reumatik. Daunnya dapat digunakan untuk menghilangkan kembung. Selain itu daunnya juga dimafaatkan utuk ecoprint, pada Gambar daun Lanang terlihat berwarna kemerahan dengan urat-urat daunnya yang terlihat jelas. Gambar 2. 31 Pohon Lanang Saraswati, 2019 Gambar 2. 30 Daun Lanang hasil ecoprint Saraswati, 2019 32 Lengkeng Pohon Lengkeng memiliki nama ilmiah Dimocarpus longan dan merupakan tanaman asli dari daratan Asia Tenggara. Pohon ini memiliki tinggi mencapai 40 m dan diameter batangnya bisa mencapai 1 m. Memiliki daun majemuk dengan 2 – 4 pasang anak daun. Tanaman ini memiliki bulu yang rapat pada bagian aksialnya. Tangkai daun tanaman ini memiliki panjang1 - 20 cm, sedangkan tangkai anak daunnya memiliki panjang 0,5 – 3,5 cm. Anak daun memiliki bentuk bulat memanjang, panjangnya lk. 1 – 5 kali lebarnya dan bervariasi 3 - 45 x 1,5 – 20 cm mengertas menjangat, dengan bulu-bulu kempa terutama di sebelah bawah didekat pertulangan daun. Perbungaannya secara umum berada di sebelah ujung flos terminalis, 4 – 80 cm panjangnya, lebat dengan bulu – bulu kempa dan berbentuk payung menggarpu. Memiliki mahkota bunga sebanyak 5 helai dan panjangnya hingga 6 mm. Tanaman ini memiliki buah berbentuk bulat dengan warna coklat kekuningan dengan tekstur kulit halus dan kadang berbintil kasar atau beronak tergantung pada jenisnya. Memiliki daging buah yang tipis berwarna putih dan agak bening serta pembungkus bijinya berwarna coklat kehitaman. Berikut merupakan gambar Tanaman Lengken yang ditunjukkan oleh Gambar dan hasil ecoprint menggunakan Tanaman Lengkeng pada Gambar Gambar 2. 32 Pohon dan Daun Lengkeng 33 Gambar 2. 33 Daun Lengkeng hasil ecoprint Nandayani, 2019 Matoa Matoa Pometia pinnata adalah buah asli khas papua, Matoa berasal dari keluarga family rambutan Sapindaceae. Matoa sebenarnya tumbuh liar di hutan-hutan Papua, sejenis tumbuhan pohon besar, tinggi pohon rata-rata 16 meter dengan diameter rata-rata maksimum 90 cm. Matoa berbuah sekali dalam setahun, berbunga pada bulan Juli hingga Oktober dan berbuah 3 atau 4 bulan kemudian. Penyebaran tanaman matoa di Papua hampir terdapat di seluruh wilayah dataran rendah hingga ketinggian ± 1200 m dpl. Tumbuh baik pada daerah yang kondisi tanahnya kering tidak tergenang dengan lapisan tanah yang tebal, curah hujan yang tinggi >1200 mm/tahun. Matoa juga terdapat di beberapa daerah di Sulawesi, Maluku, dan Papua New Guinea. Lihat Gambar 34 Buah matoa memiliki rasa yang manis, mengandung vitamin C dan E, kaya akan kandungan glukosa jenuh. Vitamin C dan E dalam buah matoa bermanfaat sebagai antioksidan yang dapat menangkal radikal bebas yang menyerang system kekebalan tubuh yang bisa merusak serta sel-sel tubuh. Vitamin C juga bermanfaat untuk meningkatkan daya tahan tubuh dari serangan berbagai macam penyakit. Vitamin E dalam buah matoa juga dapat membantu meringankan stress, meningkatkan daya tahan tubuh, meningkatkan kesuburan wanita serta meminimalkan resiko terserang penyakit kanker serta penyakit jantung koroner. Vitamin E dalam buah matoa juga memiliki peran penting dalam menjaga kesehatan kulit dengan cara menjaga serta meningkatkan kelembaban serta elastisitas kulit. Bersama-sama dengan beberapa senyawa fitokimia yang terkandung dalam buah matoa, vitamin E ini mampu meningkatkan regenerasi sel-sel kulit. Daun matoa menjadi salah satu daun yang dapat digunakan untuk ecoprint, hasilnya seperti pada gambar Gambar 2. 34 Daun dan Pohon Matoa 35 Gambar 2. 35 Daun Matoa hasil ecoprint Sibarani, 2019 Miana Daun miana memiliki nama ilmiah Coleus Scutellarioides merupakan jenis tanaman yang tumbuh pada ketinggian 1500 mdpl. Belakangan ini, tanaman tersebut dapat pula tumbuh di dataran rendah seperti daerah pesawahan dan pekarangan rumah. Daun Miana sering dikenal dengan nama Daun Iler, daun ini memiliki warna merah keunguan dan sering dimanfaatkan sebagai obat tanaman herbal. Daun miana berkhasiat sebagai obat wasir, obat bisul, obat demam nifas, obat radang telinga dan obat haid tidak teratur. Tanaman ini termasuk dalam tanaman semusim berbatang lunak dengan bentuk percabangan monopodial. Tanaman Miana memiliki bentuk daun tunggal berbentuk bulat telur dan dibagian ujung memiliki bentuk pangkal yang tumpul dan tepiannya rata. Memiliki bentuk tulang menyirip dengan panjang 7 – 11 cm dan lebar 5 – 7 cm. Panjang tangkainya kurang lebih 3 cm dan memiliki warna ungu. Tanaman ini memiliki kelopak yang berbentuk corong dengan warna hijau muda. Mahkota bunga berbentuk bibir berwarna ungu keputihan dan memiliki dua benang sari berwarna putih dan sebuah putik berwarna ungu. Berikut merupakan gambar Tanaman Miana yang ditunjukkan oleh Gambar dan hasil ecoprint dari Tanaman Miana yang ditunjukkan ileh Gambar 36 Gambar 2. 36 Pohon dan Daun Miana Gambar 2. 37 Daun Miana hasil ecoprint Vikha, 2019 Mindi Daun Mindi adalah tanaman pohon dari famili Meliaceae. Mindi juga dikenal sebagai renceh Sumatera dan gringging, mindi, cakra-cikri Jawa. Tanaman mindi memiliki banyak cabang dan kulit batang yang berwarna coklat tua. Batangnya silindris dan tidak berbanir. Kulit batangnya warnanya abu-abu coklat, beralur membentuk garis-garis dan bersisik. Daunnya majemuk menyirip ganda yang tumbuh berseling dengan panjang 20 – 80 cm. Sedangkan anak daunnya berbentuk bulat telur bergerigi dan berwarna hijau tua di bagian permukaan atas. Bunganya majemuk, dalam malai panjangnya 10 – 20 cm, yang keluar dari ketiak daun. panjang malai 10 – 22 cm, dan memiliki kelamin dua, yakni bunga jantan dan betina terletak di pohon yang sama. Daun mahkotanya berjumlah 5, panjangnya 1 cm, warnanya ungu pucat 37 dan berbau harum. Buahnya berjenis buah batu dan jika masak, warnanya coklat kekuningan. Lihat Gambar Tumbuhan ini cepat bertumbuh, dalam dua tahun tinggi tumbuhan ini mencapai 4 – 5 meter. Tanaman ini digunakan sebagai peneduh pada kebun kopi. Di Jawa Barat kayunya cocok untuk teh. Di Kediri batangnya digunakan untuk batang korek api. Banyak kegunaan dari pohon Mindi ini antara lain kulit batangnya dapat digunakan untuk obat cacing, daunnya bila diletakkan dalam buku dapat melindungi dari ngengat dan serangga lain. Ruellia Kencana atau bunga kencana Ruellia adalah bunga yang dapat ditemui di padang rumput atau pinggir jalan, memiliki bunga yang berwarna merah, putih, biru atau ungu dan beberapa jenis bunga kencana liar memiliki buah kering yang dapat meletup di dalam air. Bunga ini termasuk genus dari tanaman berbunga yang umumnya dikenal dalam bahasa Inggris sebagai Ruellias atau Wild Petunias. Tetapi mereka tidak berhubungan dekat dengan petunia Petunia walaupun keduanya termasuk klad yang sama, euasterid. Gambar 2. 38 Daun dan Pohon Mindi 38 Genus ini dinamai untuk menghormati Jean Ruelle, seorang herbalis dan fisikawan kepada Francois I dari Prancis dan penerjemahan terhadap beberapa karya Dioscorides. Beberapa genus yang dianggap berdiri sendiri, kini dianggap sebagai sinonim dari Ruellia, genus segregat Blechum, Eusiphon, Polylychnis dan Ulleria sering dimasukkan dalam genus Ruellia. Namun Acanthopale, kini dianggap sebagai genus yang berbeda. Ruellia populer dijadikan sebagai tanaman hias. Beberapa diantaranya sebagai tanaman obat, tetapi banyak di antaranya diketahui beracun. Daunnya dipergunakan sebagai makanan ulat dari beberapa Lepidoptera kupu-kupu. Salam Koja Salam Koja Murraya koenigii syn. Chalcas koenigi atau daun kari adalah tumbuhan yang daunnya dipakai sebagai penyedap kari. Dalam bahasa Inggris dikenal sebagai curry leaves dan biasanya di pakai sebagai bumbu di Aceh. Daun ini memiliki bentuk yang menyerupai daun salam, namun ukuran daunnya lebih kecil dan memiliki aroma yang lebih menyengat dibandingkan dengan daun salam. Bunga dari tanaman ini memiliki wangi yang harum dan buahnya berbentuk bulir berwarna ungu. Tumbuhan ini merupakan tumbuhan asli dari India da Srilanka. Tumbuhan ini tidak ditanam secara massal, namun tumbuhan ini biasanya ditanami di perkebunan bagian selatan di India dan Gambar 2. 39 Reullia, daun dan pohonnya 39 Malaysia. Ekstrak daun koja dilaporkan memiliki kandungan sebagai berikut air protein 1%, lemak 1%, karbohidrat 16%, serat dan mineral Kandungan mineral utama per 100 gr daun adalah kalsium 810 mg, fospor 600 mg dan besi mg. Kandungan vitaminnya adalah karoten 12,600 asam nikotinat mg dan vitamin C 4 mg. Berikut merupakan gambar tanaman Salam Koja Gambar dan Gambar merupakan hasil ecoprint menggunakan tanaman Salam Koja. Gambar 2. 40 Pohon Salam Koja Gambar 2. 41 Salam Koja setelah ecoprint 40 Tabebuya Tabebuya Handroanthus chrysotrichus, Tabebuya kuning atau Pohon terompet emas adalah sejenis tanaman yang berasal dari negara Brasil dan termasuk jenis pohon besar. Seringkali tanaman ini dikira sebagai tanaman Sakura oleh kebanyakan orang, karena bila berbunga bentuknya mirip seperti bunga sakura. Namun kedua tanaman ini sebenarnya tidak berkerabat. Pohon tabebuya memiliki kelebihan di antaranya daunnya tidak mudah rontok, disaat musim berbunga maka bunganya terlihat sangat indah dan lebat, akarnya tidak merusak rumah atau tembok walau berbatang keras. Tanaman Tabebuya memiliki bunga yang berbeda-beda warna. Ada warna kuning dan berbentuk terompet, ada juga yang berwarna pink, ungu, bahkan merah tua. Banyak sekali varian tabebuya dari berbagai negara dalam genus handroanthus dan Tabebuya dengan warna bunganya yang beraneka macam, tetapi varian yang sering dijumpai di Indonesia adalah yang bunganya berwarna kuning dengan panjang 3-11 cm, berbentuk terompet dan bergerombol. Setiap spesies pohon tabebuya memiliki warna yang berbeda-beda, saat ini warna yang banyak dikenal adalah putih, merah muda, kuning, kuning jingga, magenta, plum, dan ada yang merah. Terdapat motif garis warna ungu di dalam bunganya. Tabebuya pada musim berbunganya mampu menghasilkan jumlah bunga yang sangat banyak dan tidak putus sejak awal musim kemarau hingga menjelang musim hujan. Bahkan sekarang ini musim pembungaan tanaman ini dapat diatur melalui manipulasi pola pemupukan. Habitat asli Tabebuya di Brasil berada di daerah dengan iklim kering, sehingga tanaman ini memiliki ketahanan hidup yang tinggi dalam cuaca kering. Hal ini sangat sesuai karena tanaman penghijauan umumnya dihadapkan pada kurangnya penyiraman disaat musim kemarau. Pohon ini adalah pohon hias populer yang dapat tumbuh di berbagai jenis tanah di daerah 41 subtropis dan tropis. Tabebuya adalah pohon dengan pemeliharaan rendah, dimana pemangkasan dibutuhkan hanya untuk menghilangkan tangkai yang mati atau rusak. Jarang ada hama atau penyakit yang mengganggu tanaman ini. Ada dua jenis pohon Tabebuya yang populer sebagai tanaman hias pekarangan Tabebuya kuning Handroanthus chrysotrichus yang pohonnya besar mencapai tinggi 8 m, dan Tabebuya merah muda Handroanthus impetiginosus atau Handroanthus heptaphyllus. Yodium Pohon yodium ini merupakan tumbuhan tahunan, berbentuk semak dan memiliki akar tunggang. Pohon yodium memiliki nama Latin Jatropha multifida L., dan termasuk dalam famili Euphorbiaceae. Tinggi tanaman ini bisa mencapai 2 meter dan memiliki batang bulat, berkayu, dibagian pangkal batangnya membesar, memiliki getah dan tampak jelas bekas menempelnya daun. ketika masih muda batang memiliki warna hijau dan jika sudah tua batang berubah warna menjadi putih kehijauan. Jika masih muda bentuk gerigi diujung daun belum nampak. Pohon yodium memiliki daun tunggal berwarna hiaju dan tersebar, berbentuk hati dengan ujungnya runcing, pangkalnya membulat dan memiliki panjang 15 – 20 cm dan lebar 2,5 – 4 cm, memiliki cangap dan posisi pertulangan menjari dan tepi rata. Pohon yodium memiliki Gambar 2. 42 Daun dan Pohon Tabebuya Saraswati, 2019 42 bunga majemuk berbentuk malai, memiliki tangkai dan tumbuh diujung cabang. Jika masih usia muda, bunga berwarna hijau dan jika sudah tua berwarna coklat. Kelopak bunga bercangap dengan warna merah dan biji dari tanaman yodium ini berbentuk bulat. Jika masih muda biji tersebut berwarna putih dan setelah itu menjadi coklat. Pohon Yodium dapat tumbuh pada dataran rendah maupun datarang tinggi. Media tanah yang digunakan untuk tanaman ini adalah tanah humus. Pohon ini memerlukan penyinaran matahari sepanjang hari dan memerlukan penyiraman sebanyak satu kali perhari. Pertumbuhan tanaman ini dapat dikategorikan dalam waktu sedang, dimana dedaunan dapat tumbuh dalam beberapa minggu. Perbanyakan pohon yodium dapat dilakukan dengan cara stek batang. Berbagai kandungan yang terdapat dalam Getah pohon yodium Jatropha multifida L seperti flavonoid dapat digunakan sebagai antiinflamasi. Sementara lektin berfungsi menstimulasi pertumbuhan sel kulit. Dan saponin digunakan sebagai zat antibiotik yang dapat mempercepat penyembuhan luka karena menghambat pertumbuhan bakteri. Beberapa masyarakat pedesaan di Indonesia pohon yodium hanya dimanfaatkan sebagai tanaman obat untuk luka baru. Padahal penduduk Nigeria sudah menggunakan tanaman ini sebagai obat tradisional untuk mengobati berbagai jenis infeksi. Getah dan daunnya digunakan untuk menyembuhkan infeksi pada lidah bayi dan mengobati infeksi luka pada kulit. Buah, biji dan minyak dari biji Jatropha Multifida L digunakan sebagai obat pencahar. Selain itu, minyak bijinya juga dimanfaatkan untuk membuat sabun padat, minyak pelumas hingga lilin. 43 a. Teknik pounding b. Ecoprint Iswari, 2019 Gambar 2. 43 Daun dan Pohon Yodium Gambar 2. 44 Daun Yodum setelah proses ecoprint 44 BAB 3 RAGAM PEWARNA ALAM Zat Warna Alam zwa merupakan zat warna yang berasal dari bahan-bahan alam dimana pada umumnya dihasilkan dari ekstrak tumbuhan akar, batang, daun, buah, kulit dan bunga. Zat warna alam ini banyak digunakan karena memiliki kelebihan ramah lingkungan, warna yang khas dan memiliki intensitas warna terhadap mata manusia yang terasa menyejukkan. Tetapi kekurangan menggunakan pewarna alam ini yaitu ketersediaan variasi yang sangat terbatas, kurang praktis karena ketersediaan bahan yang memerlukan proses-proses khusus. Dalam teknik ecoprint ini, pewarna alami yang digunakan berasal dari Secang Caesalpinia sappan L yang menghasilkan warna merah, Kayu Tegeran Maclura conchichinensis Lous. menghasilkan warna hijau, Kulit Pohon Soga Tingi Ceriops tagal Perr. Rob menghasilkan warna coklat, Buah Jolawe Terminalia bellirica Gaertn Roxb menghasilkan warna abu-abu, dan Mahoni Switenia mahagoni L. Jacq. Isminingsih, 1978. Gambir Gambir dikenal dengan nama Latin Uncaria Gambir Hunter R, yang merupakan tanaman merambat. Cirinya adalah tanaman ini merambat, daun tunggal, saling berhadapan, berbentuk lonjong dengan pangkal membulat seperti jantung dengan ujung meruncing bertekstur agak licin, berwarna hijau dengan ukuran daun 5 sampai 15 cm. Bunga berbentuk bulat berkumpul berwarna merah muda dan hijau dengan ukura 3-5 cm. Buah tanaman gambir berupa bulat lonjong dengan dua ruang, dengan ukuran 14-18 mm, bersayap, dan bertangkai hingga 20 mm. Tanaman gambir bijinya berbentuk bulat lonjong berwarna coklat dan juga bijinya berjumlah banyak. 45 Tanaman gambir dapat ditemukan diladang dan hutan sekunder. Menurut sejarah tanaman gambir ini berasal dari Pulau Sumatra dan Kalimantan. Penyebaran tanaman gambir ini dari wilayah Semenanjung Malaya, Singapura, dan Indonesia Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan, dan Maluku. Syarat tumbuh tanaman gambir ini berada pada 200- 1000 mdpl, dengan topografi yang agak datar sampai lereng bukit, tanah podsolik merah kuning sampai merah kecoklatan dengan curah hujan yang cukup dan cahaya matahari yang cukup banyak. Manfaat Gambir bagi kesehatan adalah mengatasi plak gigi, sakit lambung, mengobati diare, luka, mencegah kanker kulit, meningkatkan system kekebalan tubuh, mencegah penyakit jantung, mengatasi jerawat, flek hitam dan keriput serta bahan untuk menyirih. Manfaat Gambir bagi pria antara lain mengatasi lemah syahwat, meningkatkan durasi hubungan intim, dan mengobati ejakulasi dini. Sedangkan manfaat Gambir bagi wanita adalah untuk mengatasi keputihan, mencegah penuaan dini. Gambir juga dipakai sebagai zat warna alam untuk kain. Kandungan zat yang ada pada Gambir adalah katekin dan tannin. Gambar 3. 1 Pohon dan Kayu Gambir 46 Jambal Pohon Jambal dikenal dengan nama Latin Pelttophorum Pterocarpum atau Peltophorum ferrugineum atau disebut juga Falmboyan Kuning. Tanaman ini merupakan tumbuhan berasal dari Asia Tenggara. Tanaman merupakan pohon gugur yang tingginya dapat mencapai 15-25 m dengan diameter batang mencapai satu meter. Daunnya mempunyai Panjang 30-60 cm. Bunganya berwarna kuning, diamtere 2,5-4 cm. Buahnya memiliki Panjang 5-10 cm dan lebar 2,5 cm, merah pada awalnya, matang menjadi hitam dan mempunyai satu hingga empat biji. Pohon mulai berbunga setelah sekitar empat tahun. Penyebaran tanaman ini menyebar secara luas mulai dari Srilangka, Asia Tenggara, Indonesia hingga ke Papua Nugini. Zat warna alam yang dihasilkan dari kulit kayu dengan cara direndam di dalam air mendidih. Jolawe Jolawe mempunyai nama Latin Terminalia bellirica Gaertn Roxb. Tumbuhan Jolawe menghasilkan warna pada kulit buah yaitu berwarna cokelat sampai hitam. Untuk menghasilkan warna tersebut dilakukan dengan cara merebus kulit buah ke dalam air panas hingga menghasilkan warna Gambar 3. 2 Pohon dan Kayu Jambal 47 kemudian kulit buah dikeringkan dan digunakan sebagai pewarna alami. Jolawe merupakan pohon yang tingginya mencapai 50 meter dimana di Indonesia khususnya di Pulau Jawa, tumbuhan ini tersebar di bawah ketinggian 300 mdpl. Buah Jolawe ini terkenal sebagai bahan obat-obatan dan juga digunakan sebagai pengolahan kulit dan bahan pewarna yang menghasilkan warna coklat, abu-abu hingga ke hitaman Heyne, 1987. Mahoni Mahoni mempunyai nama Latin Swietenia macrophylla. Mahoni termasuk pohon besar dengan tinggi pohon mencapai 35–40 m dan diameter mencapai 125 cm. Batang lurus berbentuk silindris dan tidak berbanir. Kulit Luar bewarna cokelat kehitaman, beralur dangkal seperti sisik, sedangkan kulit batang berwarna abu-abu dan halus ketika masih muda, berubah menjadi cokelat tua, beralur dan mengelupas setelah tua. Mahoni baru berbunga setelah berumur 7 tahun, memiliki bentuk mahkota bunga yang silindris dan memiliki warna kuning kecoklatan. Tanaman Mahoni memiliki buah dengan bentuk kotak, bulat telur, berlekuk lima dan warnanya coklat. Selain itu memiliki biji dengan bentuk pipih dengan warna hitam atau coklat. Mahoni dapat ditemukan tumbuh liar di hutan jati dan tempat-tempat lain yang dekat dengan pantai, atau ditanam di tepi jalan sebagai pohon pelindung. Tanaman yang asalnya dari Hindia Barat ini, dapat tumbuh subur Gambar 3. 3 Pohon dan Buah Jolawe 48 bila tumbuh di pasir payau dekat dengan pantai. Kayu mahoni memiliki warna cokelat, kuat dan awet serta memiliki kulit batang licin dan berwarna cokelat muda. Heyne, 1987. Mahoni dapat tumbuh dengan subur di pasir payau dekat dengan pantai dan menyukai tempat yang cukup sinar matahari langsung. Tanaman ini termasuk jenis tanaman yang mampu bertahan hidup di tanah gersang sekalipun. Walaupun tidak disirami selama berbulan-bulan, mahoni masih mampu untuk bertahan hidup. Syarat lokasi untuk budi daya mahoni diantaranya adalah ketinggian lahan maksimum m diatas permukaan laut, curah hujan mm/tahun, dan suhu udara 11-36º C. Manfaat buah Mahoni adalah adalah sebagai berikut meningkatkan kesuburan wanita, meningkatkan nafsu makan, mengontrol gula darah, suplemen bagi tubuh, meredakan demam, pilek, hidung tersumbat, meredakan nyeri haid, mengobati sembelit dan konstipasi, mengatasi eksim, rematik, menjaga kesehatan jantung, mengobati diabetes, mengurangi resiko penyakit alzhemeir, mengobati tekanan darah tinggi, antioksidan bagi tubuh, mengurangi lipid darah, meningkatkan system kekebalan tubuh, dan sebagai bubuk pengusir serangga. Selain itu buah Mahoni juga digunakan sebagai pewarna alam kain. Meskipun buah mahoni berwarna coklat tetapi warna yang akan dihasilkan dari tanaman mahoni berwarna kuning. Warna kuning ini diperoleh dengan merebus kain bersama buah Mahoni yang belum dikupas. Selain itu, buah Mahoni memiliki bagian yang disebut dengan getah. Getah buah mahoni bermanfaat untuk dijadikan sebagai lem atau perekat. Lihat Gambar 49 Mengkudu Mengkudu mempunyai nama Latin Morinda citrifolia, ditemukan di Australia, India dan Asia Tenggara termasuk Indonesia. Tinggi pohonnya mencapai delapan meter. Batang bengkok, berdahan kaku, kasar, dan memiliki akar tunggang yang tertancap dalam. Kulit batang cokelat keabu-abuan atau cokelat kekuning-kuningan, berbelah dangkal, tidak berbulu, anak cabangnya bersegi empat. Tajuknya selalu hijau sepanjang tahun. Berdaun tebal mengkilap, terletak berhadap-hadapan ukuran besar-besar, tebal, dan tunggal. Daun Mengkudu berukuran 15-50 x 5–17 cm. tepi daun rata, ujung lancip pendek. Pangkal daun berbentuk pasak. Urat daun menyirip. Warna hijau mengkilap, tidak berbulu. Pangkal daun pendek, berukuran 0,5-2,5 cm. Ukuran daun penumpu bervariasi, berbentuk segitiga lebar. Buahnya merupakan buah majemuk, yang masih muda berwrna hijau mengkilap dan memiliki totol-totol, buah yang tua berwarna putih bitnik hitam. Lihat Gambar Kayu mengkudu mudah sekali dibelah setelah dikeringkan. Bisa digunakan untuk penopang tanaman lada. Daun mudanya biasa digunakan untuk membuat nasi goreng Betawi. Masyarakat Aceh menggunakan buah Gambar 3. 4 Pohon dan Buah Mahoni 50 Mengkudu sebagai sayur dan rujak. Kegunaan lainnya juga sering untuk bahan obat-obatan. Buah Mengkudu berguna untuk meningkatkan stamina, mengurangi mual pasca operasi, menurunkan tekanan darah tinggi dan membantu meredakan osteoarthritis. Akar Mengkudu dapat dijadikan zat warna alam yang akan menghasilkan warna merah. Cara pemakaiannya adalah satu kilogram akar Mengkudu ditambah dengan dua liter air, direbus hingga airnya menjadi satu liter. Diamkan hingga dingin, kemudian kain direndam selama satu jam. Secang Secang dikenal dengan nama Latin Caesalpinia sappan L, yang merupakan tanaman perdu. Secang merupakan tumbuhan yang kayunya digunakan sebagai pewarna berwarna merah. Kulit kayunya mengandung Brazilin yang menghasilkan warna merah alami. Tumbuhan ini umumnya tumbuh pada pegunungan yang berbatu tetapi beriklim tidak terlalu dingin. Tanaman secang tidak toleran terhadap kondisi tanah yang basah, lebih menyukai daerah dengan curah hujan tahunan 700-4300 mm dan dengan suhu serta pH tanah Tanaman ini juga mampu tumbuh di daerah yang sangat kering, oleh karena itu disarankan Gambar 3. 5 Pohon, daun dan buah Mengkudu 51 untuk dikembangkan di kawasan Indonesia bagian Timur, seperti Nusa Tenggara Timur Zerrudo 1991. Akar tanaman secang berserabut dan berwarna gelap. Bagian batangnya dapat mencapai diameter 14 cm berwarna coklat keabuan, daunnya bertumpu, dan bersirip ganda. Bunganya berwarna kuning, dan berbuah polong yang merekah setelah matang, berbentuk lonjong sampai bulat telur sungsang, pipih mendatar, permukaannya licin serta ujungnya berparuh, berukuran 7-9 cm x 3-4 cm, masih muda berwarna hijau kekuningan, semakin tua berubah menjadi berwarna coklat kemerahan, berisi 2-5 butir biji yang berbentuk jorong, memipih, berwarna coklat Heyne 1987. Kayu secang ditanam sebagai tanaman pagar dan dapat tumbuh pada berbagai macam tanah pada ketinggian 1000 m di atas permukaan laut. Tanaman ini diperbanyak dengan biji dan tersebar di India, Malaysia dan Indonesia. Rasa kayu Secang cukup menyegarkan sehingga rempah ini disukai orang Kraton. Manfaat lainnya adalah kayu Secang memiliki efek anti radang dan memicu system imun, anti tumor, anti bakteri, mengobati batuk, mencret, luka, malaria, tetanus, menurunkan kadar lemak, merelaksasi pembuluh darah, melindungi hati, anti jerawat. Cara menggunakannya sebagai obat adalah kayu secang yang sudah dibersihkan durinya dikeringkan lalu dipotong kecil-kecil kemudian direbus hingga mendidih kurang lebih 15-20 menit, saring dan siap diminum. Disamping itu juga digunakan sebagai zat warna tekstil dan juga Gambar 3. 6 Pohon dan Kayu Secang 52 pewarna makanan. Pembuatan zat warna tekstil adalah dengan merebus satu kilogram kayu Secang kering dengan lima liter air, direbus hingga air tinggal setengahnya setelah dingin barulah digunakan sebagai pewarna. Tegeran Tegeran mempunyai nama Latin Maclura conchichinensis Lous., merupakan tumbuhan yang kayunya menghasilkan warna kuning kemerahan Hijau. Warna tersebut dihasilkan dari rebusan air kayu tegeran. Tegeran tumbuh di hutan-hutan dataran rendah tropika pada ketinggian ± 100 m dpl. Tegeran merupakan tumbuhan liana dengan panjang batang dapat mencapai 10 m, menggantung pada tumbuhan lain tapi tidak merambat. Permukaan batang kasar dan berduri. Percabangan tidak teratur, menggantung, melingkar pada tumbuhan lain atau pada tumbuhannya sendiri, merupakan semak-semak yang berduri. Daun tunggal letaknya di atas duri-duri dari cabang. Helaian daun bundar telur sampai bundar telur terbalik, ujung tumpul, pangkal runcing, tepi rata. Bunga tunggal kecil terdapat di ketiak daun atau di ujung batang. Buah berbentuk buah batu. Tumbuhan ini terdapat di Jawa Barat, Tengah, Timur, Madura, di hutan-hutan Kalimantan dan Sulawesi. Prosea, 2007. Tegeran juga tersebar luas di Asia Selatan Pegunungan Himalaya Nepal dan India, Asia Timur Jepang dan Asia Tenggara di Semenanjung Malaya, Pulau Papua, Pulau Bismark, Kaledonia Baru hingga Australia Timur Atika, 2017. Senyawa yang ditemukan di kulit kayu dan kayu Tegeran termasuk golongan flavonoid, alkaloid, steroid, saponin serta tanin Swargiary & Ronghang, 2013. Flavonoid utama dalam kayu Tegeran adalah morin yang memberi warna kuning pada sutera Kongkiatpaiboon, et al., 2016; Septhum, et al., 2007. 53 Ekstrak kayu Tegeran digunakan sebagai sumber warna kuning untuk soga batik. Penggunaanya sebagai pewarna tunggal batik sangat jarang karena menurut perajin batik mudah luntur dan warna kurang cerah. Arah warna batik hasil pewarnaan dengan kayu Tegeran yaitu kuning hingga cokelat tua. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ekstrak kayu Tegeran dapat digunakan sebagai pewarna batik dengan warna cerah dan ketahanan luntur baik. Tingi Tingi dikenal dengan nama Latin Ceriops tagal Perr. Rob yang merupakan tumbuhan dengan kulit kayunya menghasilkan warna merah hingga cokelat. Tumbuhan ini memiliki tinggi pohon mencapai 20 meter. Batangnya berkayu dengan permukaan pepagannya licin warna coklat agak jingga tua. Bagian bawah batang terdapat banyak akar tunjang dan umumnya tumbuh berpencar-pencar membentuk hutan. Tumbuhan ini banyak digunakan perusahan-perusahaan batik sebagai bahan pewarna dan sebagai bahan penyamak. Heyne, 2987. Gambar 3. 7 Pohon dan Kayu Tageran Gambar 3. 8 Pohon dan Kayu Tinggi 55 BAB 4 MACAM JENIS KAIN Teknik ecoprint menggunakan proses percetakan pada kain yang menggunakan daun sebagai pola dan pemberi warna pada kain berasal dari alam, oleh karena itu kain yang digunakan tidak boleh sembarangan Adapun bahan kain yang digunakan harus terbuat dari bahan serat alam, hal itu dikarenakan untuk memudahkan penyerapan warna yang dihasilkan dari dedaunan ke serat benang. Berdasarkan hal diatas serat adalah suatu material yang menjadi bahan baku pembuatan benang dan kain. Sifat yang dimiliki oleh tiap serat tersebut biasanya akan mempengaruhi cara pengolahan benang atau kain. Disisi lain, sifat-sifat dari tiap serat tersebut juga akan mempengaruhi kualitas kain atau benang yang dihasilkan. Berdasarkan bahan bakunya, serat tekstil dapat diklasifikasikan kedalam dua kategori yakni serat alami dan serat buatan manusia. Pada buku ini serat yang akan dibahas adalah serat alami dikarenakan kain berbahan serat alami dapat dijadikan sebagai bahan untuk proses ecoprint. Berikut merupakan berbagai macam serat alami Serat Kapas Kapas merupakan serat alami yang digunakan dalam pembuatan kain katun yang selanjutnya diproses menjadi produksi bahan pakaian, perabut rumah tangga, dan produk industri lainnya. Bahkan, berdasarkan data pada tahun 2004, 40 persen serat yang digunakan dalam proses produksi adalah serat kapas. Serat kapas adalah biji dari tanaman ordo Malvales, suku Gossupieae dan Genus Gossypium. Secara botani, ada empat jenis spesies kapas utama yang dijadikan komersialisasi, yaitu Hirsutum, Barbadense, Aboreum, dan Herbaceum, bahkan hingga saat ini selain empat jenis spesies ini tanaman kapas dianggap sebagai semak liar yang tidak mempunyai nilai komersil. Hal ini dikarenakan jenis spesies diluar keempat jenis tanaman kapas yang disebutkan 56 diatas memiliki varietas yang berbeda yang dikembangkan melalui program pemberdayaan untuk menghasilkan kapas dengan sifat-sifat yang terus meningkat. Pengembangan itu misalnya dalam hal cepat matang, peningkatan hasil, peningkatan resistensi serangga dan penyakit, dan serat-serat kapas yang memiliki panjang, kekuatan, dan keseragaman yang lebih besar. Serat kapas yang saat ini digunakan dalam industri atau perdagangan tekstil berasal dari bagian dinding sel kering dari sel kapas tersebut. Secara botani, serat kapas adalah trikoma atau bulu pembungkus biji yang membedakan dari sel epidermis biji kapas yang sedang berkembang. Biasanya, bunga kapas hanya mekar dalam satu hari, dan pada saat mekar kelopak bunga akan berwarna putih. Pada hari selanjutnya, kelopak berubah menjadi merah muda cerah dan setelah bunga mekar kelopan akan jatuh dari karpelnya boll. Kapas yang akan dijual mempunyai klasifikasi tersendiri untuk bisa dipasarkan dan digunakan dengan baik. Bahkan dalam penentuannya terdapat nilai standar tersendiri untuk kapas – kapas terebut. Standarisasi tersebut dilihat dari segi kebersihan, tingkat putih, panjang serat, dan kekuatan serat kapas. Serat kapas merupakan pilihan terbaik untuk dijadikan sebagai bahan dalam pembentuk pakaian karena kenyamanan dan perawatannya yang mudah. Serat kapas diproses untuk diolah menjadi benang, lalu benang – benang tersebut diolah kembali untuk dijadikan kain yang nyaman dan mudah dicuci tetapi mudah kusut. Selama penggunaannya kain katun akan mengalami penyusutan sebanyak tiga persen. Kain katun yang berasal dari serat kapas sangat dijunjung tinggi akan kelebihannya dalam hal kenyamanan, selain itu perawatan kain yang berasal dari serat kapas juga sangat mudah dan harga kain yang berasal dari serat kapas juga cenderung ekonomis. Kain yang berasal dari serat kapas dapat menyerap air dengan baik namun prosesnya sangat lambat untuk menjadi kering kembali. Serat kapas juga memiliki sifat menjadi lebih kuat hingga 20 persen dalam 57 keadaan basah. Kelemahan dari kain yang berasal dari serat kapas adalah kain mudah diserang oleh jamur, sehingga sangat dianjurkan untuk menyimpan kain dalam keadaan kering dan saat menjemur kain yang berasal dari serat kapas ini harus terkena paparan sinar matahari. Gambar 4. 1 Serat Kapas Serat Linen Kain linen merupakan kain yang terbuat dari serat alami yaitu dari serat tumbuhan rami. Saat ini pamor kain linen sedang naik dikarenakan kain ini memiliki sifat yang tahan terhadap bakteri dan jamur. Jika dilihat dari sejarahnya, kain linen memiliki sejarah yang sangat panjang. Kain yang berasal dari serat linen ini merupakan barang bukti pada mulanya manusia membuat kain. Selain itu serat linen juga merupakan serat kain tertua, dibuat setidaknya tahun yang lalu di Mesir Kuno dan Mesopotamia. Kain linen memiliki ciri – ciri terlihat kaku dan cenderung kainnya tebal. Meskipun terlihat kaku, jika digunakan kain linen ini terasa halus. Kain linen tidak memiliki sifat elastis jadi mesti direntangkan tetap saja tidak akan melar. Kain linen sering digunakan sebagai pakaian, kain seprai, serbet, tirai, taplak meja, handuk, kertas, perisai, dan lain sebagainya. Bahan pakaian yang terbuat dari bahan serat linen memiliki perawatan yang sangat rumit, jika tidak mengetahui cara merawat kain yang berasal dari serat linen maka akan cepat rusak. Hal ini dikarenakan pakaian dengan bahan 58 serat linen mudah sekali rusak. Kain dengan bahan serat linen juga akan cepat rusak jika dididihkan, selain itu mencuci dengan menggunakan pemutih dan bahan oksidasi lainnya akan mempermudah kerusakan pada kain yang berbahan serat linen. Sifat dari kain berbahan serat linen yang lain adalah jika sering dicuci kain akan semakin lembut, tetapi harus diingat jangan pernah lipas secara kuat dan berkali-kali pada tempat yang sama, karena dapat mengakibatkan benang putus. Kasus benang putus banyak sekali ditemukan pada bagian lipatan kerah. Kain linen mempunyai gaya tenunan yang berbeda yang terbuat dari benang katun, rami, dan serat non-rami lainnya. Kain linen juga memiliki nama yang berbeda-beda sesuai serat benangnya. Adapun kelebihan dari kain berbahan serat linen yakni, bahan kainnya kuat, memiliki daya serap yang tinggi, sangat nyaman dalam keadaan panas. Sedangkan kekurangan kain berbahan serat linen yakni, mudah mengalami penyusutan, susah kembali ke bentuk aslinya dan memiliki tingkat elastisitas yang buruk. Contohnya linen yang dibuat dengan benang katun halus disebut Madapolam. Gambar 4. 2 Kain Serat Linen Serat Sutra Sutra atau sutera merupakan serat protein alami yang dapat ditenun menjadi tekstil. Jenis sutra yang paling umum adalah sutra dari kepompong yang dihasilkan oleh larva ulat sutra murbei Bombyx Mori yang diternak para peternak ulat. Disisi lain, terdapat jenis sutra liar yang dihasilkan oleh ulat selain 59 ulat sutra murbei dan dapat pula pula diolah, namun jenis sutra ini hanya memproduksi dengan skala yang kecil. Sutra liar berbeda dengan sutra ternakan dari segi warna dan tekstur, serta kepompong yang dikumpulkan biasanya sudah rusak oleh engat yang keluar sebelum kepompong tersebut diambil, sehingga menyebabkan benang sutra yang membenuk kepompong tersebut terputus dan menjadi pendek. Sutra bisa juga dihasilkan oleh jenis serangga lain, namun hanya jenis sutra dari ulta sutra saja yang digunakan dalam pembuatan kain. Serat sutra selain digunakan untuk bahan pakain yang berkualitas tinggi, biasa digunakan juga dalam pembuatan alat-alat rumah tangga seperti gorden, sprei, untuk benang jahit, benang sulam, isolasi listrik, kain parasut, senar alat-alat musik, dan bahkan dalam. Kain sutra sudah menjadi ikon kain dengan keindahan dan kehalusannya. Dilihat dari proses pembuatan kain sutra, terbagi menjadi 2 kelompok. Kain sutra yang dibuat dengan alat tenun mesin ATM serta kain sutra yang dibuat dengan alat tenun bukan mesin ATBM. Keduanya mempunya kelemahan dan kelebihannya sendiri-sendiri. Kain sutra yang dihasilkan dari ATBM mempunyai tekstur lebih agak kasar, tidak tipis, cepat kusut, meskipun teknik pewarnaannya alami. Dari sisi harga pun, kain sutra ATBM ini relatif lebih mahal karena hanya diproduksi dalam jumlah terbatas. Dan ukuran untuk kain sutra ATBM relatif lebih kecil. Untuk kain sutra ATM, teksturnya terasa lebih halus, lembut seerta rapat. Karena diproduksi dengan masal, coraknya juga relatif banyak yang sama sehingga harga yang dipasarkan lebih murah daripada kain sutra ATBM. Berbeda dengan bahan kain biasanya, kain sutra keseluruhannya mempunyai kepadatan lebih rendah dari katun, nilon dan wol. Namun, kain sutra mempunyai kekuatan untuk menyerap kelembapan sekitaran sepertiga dari beratnya sendiri tanpa ada meninggalkan dampak berat serta basah. Untuk mempermudah para Sahabat BahanKain dalam memilih kain sutra yang 60 berkualitas dan dijamin keasliannnya, mari kita bahas secara detail mengenai karakter dan ciri kain sutra tersebut. Gambar 4. 3 Serat Sutra Berdasarkan pembahasan serat diatas, merupakan salah satu contoh dari bahan pembuat kain yang dapat digunakan sebagai bahan untuk proses ecoprint. Berikut merupakan jenis kain yang dapat digunakan sebagai bahan ecoprint, 1. Kain Katun Mori Kain katun merupakan salah satu kain yang memiliki tingkat kenyamanan yang tinggi dan daya serap yang baik. Kain katun memiliki bahan mentah tanaman kapas kapuk, kapas mmeiliki serbuk sari yang kemudian dipanen setelah berubah menjadi bola-bola kapas. Bola kapas inilah yang selanjutnya diolah menjadi benang dan kemudian akan diproses tenun menjadi kain. Serat kapas merupakan serat yang sangat halus yang menyelubungi biji tanaman kapas, serat inilah yang memiliki nilai yang sangat tinggi karena dalam prosesnya serat ini hanya akan menyisakan 10% dari berat kotornya. Dalam proses selanjutnya serat ini dibersihkan untuk dipisahkan dari unsur lemak, lilin dan protein sehingga akan mendapatkan kapas murni. Setiap kain memiliki bahan mentah yang berbeda dan prosesnya pun berbeda pula sehingga membentuk suatu karakteristik dari masing – masing kain tersebut. Kain katun memiliki karakteristik diantaranya, Tidak 61 menimbulkan alergi, kain katun berasal dari serat alami dan tidak mengandung bahan kimia yang memiliki sifat hypo allergenic sehingga tidak menggangu kulit sensitif baik pada anak-anak maupun orang dewasa. Karakteristik selanjutnya adalah Lembut, Kuat dan Tahan Lama, kapas memiliki sifat absurb yang tinggi dan titik jenuh yang tinggi pula, sehingga dapat menyimpan cairan 2x dari berat aslinya didalam air. Berat kapas juga akan meningkat berkali lipat ketika dalam kondisi basa, hal tersebut yang menyebabkan kain katun mempunyai karakteristik lembut, kuat dan awet. Karakteristik berikutnya adalah memiliki tingkat kenyamanan yang tinggi dan memiliki daya serap yang tinggi, serat kapas merupakan serat yang berongga seperti ventilasi sehingga membuat kulit mampu bernafas dengan baik. Kapas juga merupakan salah satu konduktor yang baik, sehingga dapat mendinginkan saat kondisi panas dan menghangatkan saat kondisi dingin. Selain itu kapas juga dapat menyerap kelembaban tubuh sehingga tidak panas saat digunakan. Karakteristik yang terakhir dapat dikatakan sebagai kekurangannya, yakni Mudah Susut dan Rentan Terkena Jamur, dikarenakan memiliki daya serap yang tinggi sehingga tingkat elastisitas dari kain katun sangat minim sehingga kain akan mudah menyusut dan kain katun juga rentan terkena jamur karena terbuat dari serat alami sehingga rentan untuk disinggahi jamur, sehingga ada baiknya menyimpan pakaian ditempat yang kering dan jangan dalam keadaan basah lembab. Berdasarkan jenisnya, kain katun terbagi dalam 4 jenis yakni a. Kain Mori Paris Kain Mori Paris merupakan jenis katun yang diidentikkan dengan katun biasa, hal tersebut dikarenakan kedua bahan sepintas terlihat mirip. Meskipun demikian kualitas katun paris berada diatas jenis katun biasa. Kain katun paris memiliki karakteristik yang lebih ringan dan tipis dibandingkan dengan katun biasa. 62 Gambar 4. 4 Kain Mori Primisima b. Kain Mori Primisima Kain Mori Primisima merupakan jenis katun yang biasa dijadikan sebagai bahan pembuatan batik. Katun primisima memiliki kualitas lebih baik dari katun prima, dan kain polisima merupakan kain yang kualitasnya lebih baik dari katun prima dan katun primisima. Masing – masing dari katun tersebut memiliki perbedaan tingkatan. Ada yang kasar dan tipis, lebih halus dan tebal dan paling tebal serta halus. Semua perbedaan tersebut tergantung dari campuran serat kapas yang digunakan dalam pembuatan kain. Bahan Primisima, menggunakan benang yang teksturnya lebih halus dan volume benangnya lebih kecil dibandingkan bahan prima, hal ini yang membuat bahan primis menjadi lebih halus dan kelihatan lebih tebal. Bahan ini lebih mahal dari prima karena pintalan benang yang kecil mengharuskan lebih banyak benang yang diperlukan untuk membuat lembaran bahan selain benang yang digunakan juga lebih bagus kualitasnya dibanding bahan prima. 63 c. Kain Mori Prima Kain Mori Prima adalah kain yang kualitasnya menengah yang biasanya digunakan untuk batik tulis atau batik cap. Jenis kain ini dibuat menggunakan benang katun 40s dan memiliki lebar kain 106 cm dan 115 cm. Biasanya bahan kain ini dijadikan sebagai bahan kain seragam batik. Bahan kain ini memiliki sifat agak kasar dan tetap terasa nyaman saat dikenakan. Gambar 4. 5 Kain Mori Prima 2. Kain Doby Kain doby merupakan kain bermotif yang dihasilkan dari proses tenun dan teknik ini dikembangkan pertama kali pada tahun 1840. Motif pada kain doby memiliki pola geometris, beberapa motif yang terkanal adalah Herringbone, doby baron, doby crystal dan doby kotak-kotak. Untuk menghasilkan kain doby, memerlukan mesin tenun khusus yang menarik/mengangkat benang lusi tertentu. Mesin otomatis secara selektif mengangkat beberapa benang lusi dan menurunkan yang lain dengan bantuan kartu doby. Benang lusi yang timbul ini menghasilkan pola geometris yang mengulang pada seluruh kain. Pada tahun 1840 pertama kali tenun doby dikembangkan, proses pembuatan tenun doby menggunakan alat tenun tangan, untuk mmebuat motif dibutuhkan satu orang yang duduk diatas alat tenun yang 64 bertugas untuk mengatur benang lusi agar tercipta motif yang diinginkan. Bahan baku untuk membuat kain doby bisa menggunakan bahan dari serat kapas, nilon maupun sutera. Bahkan banyak kain doby dihasilkan dari kombinasi ketiganya, Salah satu contoh adalah campuran antara katun dengan viscose sehingga akan menghasilkan kain doby yang sangat cantik, pada bagian motif akan mengkilap seperti sutra karena efek benang viscose. Gambar 4. 6 Kain Doby 3. Katun Silk Sutra Katun silk sutra merupakan kain perpaduan antara benang katun dan benang sutra. Perpaduan kedua bahan yang dikenal memiliki banyak kelebihan ini menghasilkan kain dengan kualitas bagus namun memiliki harga yang lebih murah dibanding dengan kain yang terbuat dari 100% sutra. Benang sutra yang dihasilkan dari kepombong ulat sutra memang dikenal memiliki berbagai kelebihan yang membuat kain dari benang sutra menjadi produk premium dan unggulan. Salah satu kelebihan dari benang sutra adalah memiliki permukaan yang mengkilap. Sedangkan serat katun dikenal memiliki tingkat kenyamanan yang maksimal ketika digunakan. Bahan serat alami ini memang memiliki sifat nyaman dan tidak terasa panas jika digunakan. Kain ini juga memiliki sifat 65 menyerap air yang bagus, sehingga ketika kita berkeringat kita tetap nyaman menggunaan pakaian yang berbahan katun. Gambar 4. 7 Kain Kartun Silk Sutra 66 BAB 5 PROSES PEMBUATAN ECOPRINT Ecoprint merupakan teknik percetakan kain yang saat ini sedang di gandrungi. Hal ini dikarenakan ecoprint memanfaatkan bahan yang berasal dari sumber daya alam sehingga pengolahannya dapat lebih ramah terhadap lingkungan dan juga sangat ekonomis dikarenakan bahannya yang mudah didapat. Berikut merupakan bahan-bahan yang dibutuhkan dalam proses pengolahan ecoprint 1. Kain dengan bahan serat alami 2. Dua lembar plastik yang memiliki lebar sama dengan kain 3. Sampah Dedaunan jenis daun dijelaskan pada bab 4. Penggunaan sampah dedaunan ini nantinya akan dijadikan sebagai pencetak pada kain polos yang digunakan. Jika ingin terlihat lebih artistik bisa juga menggunakan bunga sebagai pencetak pada kain. 4. Bahan pewarna alami Tunjung, Jolawe, Tingi, tegeran dan Secang yang berasal dari kulit kayu. 5. Palu kayu 6. Paralon / Bambu untuk menggulung 7. Tali 8. Bahan kimia TRO Turkey Red Oil kadar 2%, tawas dan soda ash 9. Panci untuk mengukus 10. Kompor gas Sebelum memasuki proses pengolahan ecoprint, sebelumnya dilakukan treatment pada kain, proses yang dilakukan dalam treatment tersebut adalah proses mordanting, proses mordanting menjadi penting dikarenakan untuk menyiapkan bahan kain agar dapat menerima zat warna dengan baik. Untuk melakukan proses mordanting pada prinsipnya diperlukan 67 sejumlah zat kimia sebagai bahan modern. Beberapa zat yang biasa digunakan sebagai bahan mordanting adalah TRO, Soda Ash dan Tawas. Adapun fungsi dari bahan kimia TRO sebagai zat pembasah untuk memudahkan penyerapan zat warna pada serat kain. Fungsi tawas sebagai penguat pada pewarnaan kain dan meningkatkan ketahanan pada api. Fungsi dari soda ash soda abu digunakan sebagai pengendapan kotoran didalam air agak kain bersih dari kotoran. Selanjutnya adalah pewarna alam yang digunakan sebagai bahan pewarnaan pada kain sehingga kain terlihat lebih menarik. Untuk mendapatkan pewarna alami dari masing – masing kulit kayu tersebut dilakukan proses perebusan. Bahan kulit kayu yang digunakan seberat 1 kg di rendam terlebih dahulu di dalam air selama 24 jam, kemudian direbus dengan menggunakan air sebanyak 6 liter, setelah rebus hingga suhu 100°C kemudian tunggu sekitar 1 jam hingga air tersisa 2 liter. Kemudian air rebusan di saring. Proses tersebut dilakukan pada bahan pewarna alam yang berbeda – beda sehingga didapatkan jenis pewarna kain yang beragam. Beraneka ragam tumbuhan yang memiliki warna alami yang dapat di eksplorasi dan dapat diekstrak pada bahan sutera antara lain - Bunga Kesumba Cartahamus tinctoria menghasilkan warna merah dan kuning untuk warna sutera - Kesumba keling Bixa orellana L dapat memberikan warna merah jingga pada kain sutera - Kayu cempedak Artocarpus champeden dapat memberikan warna kuning pada kain sutera - Kulit akar jati Tectona grandis dapat memberikan warna kuning coklat pada kain sutera - Rimpang kunyit Curcuma domestica Val. dapat memberikan warna kuning pada kain sutera 68 - Urang aring Eclipta alba dapat memberikan warna kuning pada kain sutera - Akar Pohon Mengkudu Morinda citrifolia dapat memberikan warna merah darah pada kain sutera - Kulit buah manggis Garcinia mangostana L. dapat memberikan warna coklat hitam pada kain sutera - Daun tembakau Nicotiana tabacum dapat memberikan warna coklat pada kain sutera - Kayu sapan Caesalpinia dan tawas dapat memberikan warna kuning keemasan pada kain sutera Selanjutnya adalah proses blanket. Blanket merupakan proses pewarnaan pada bahan kain yang digunakan. Proses ini dilakukan dengan cara merendam bahan kain didalam pewarna alami yang sudah disiapkan dalam proses sebelumnya. Adapun untuk membuat ecoprint, dapat menggunakan dua teknik yaitu teknik iron blanket dan teknik pounding, terlebih dahulu akan dijelaskan proses ecoprint menggunakan teknik iron blanket yaitu 1. Sebelum kain di proses pewarnaan, sebelumnya dilakukan proses mordanting, yaitu proses pembersihan kain dari kotoran. Proses ini dapat dilakukan seperti proses mencuci pakaian. Dimana kain yang akan digunakan direndam dalam larutan TRO detergen selama 1 hari. Kemudian kain dibilas dengan air bersih dan ditiriskan sambil diangin-anginkan atau dijemur ditempat yang teduh, maka prose mordanting selesai. 2. Mempersiapkan pewarna dari bahan alam. Pewarna yang telah diambil sarinya. Untuk mendapatkan warna abu-abu pada kain menggunakan sari buah jolawe, untuk mendapatkan warna orange atau coklat 69 menggunakan sari kayu tingi, untuk mendapatkan warna merah menggunakan sari kayu secang, untuk mendapatkan warna ungu menggunakan sari kayu tunjung, untuk mendapatkan warna hijau menggunakan sari kayu tegeran dan tunjung. Untuk mendapatkan warna kuning menggunakan sari kayu tegeran dicampurkan dengan tawas, dan untuk menghasilkan warna pink, menggunakan campuran sari kayu secang dan dicampur dengan tawas. Setelah menemukan warna kain yang diinginkan, kemudian rendam 1 sisi kain kedalam pewarna alam yang telah disediakan, perendaman dilakukan kurang lebih 10 menit hingga kain menyerap semua cairan yang ada. 3. Proses selanjutnya adalah peletakan daun. Sampah dedaunan yang sebelumnya telah dikumpulkan, dipisahkan berdasarkan jenis daunnya. Kemudian bentuk susunan diawali dengan plastik, kemudian kain yang sudah di mordanting namun tidak diberi pewarna, kemudian letakkan daun sesuai dengan keinginan. daun yang diletakkan jika memiliki jenis daun jati, jenitri, bixa dan lanang dilakukan tanpa treatment terlebih dahulu. Sedangkan untuk daun lainnya direndam terlebih dahulu dalam larutan tunjung yang sebelumnya sudah dilarutkan dalam air panas selama 5 – 10 menit. Usahakan daun yang diletakkan tidak keluar dari kain yang sudah dibentangkan sebelumnya. Kemudian daun tersebut di lapisi dengan kain yang dijadikan medium blanket kain yang direndam dalam pewarna alam. 4. Proses selanjutnya adalah melapisi kain blanket tadi dengan plastik yang ada, kemudian gulung kain dengan menggunakan alat bantu bambu atau paralon dan usahakan saat menggulung kain rata dan agak sedikit ditarik sehingga hasil proses penggulungan kain akan kencang dan tidak kendur. Kemudian ikat kain tersebut dengan menggunakan tali agar dapat tertahan dalam bentuk gulungan. 70 5. Selanjutnya kain dimasukkan kedalam panci kemudian dilakukan proses pengukusan. Proses ini memakan waktu selama 2 jam. Setelah kain dikukus kemudian gulungan kain dibuka dan diangin-anginkan supaya kering selama 3 – 7 hari. Setelah itu kain dilakukan proses fiksasi. 6. Proses fiksasi adalah proses yang dilakukan untuk mengikat warna pada kain. Proses ini dilakukan dengan cara merendam kain pada air tawas dengan perbandingan 1 liter air hangat dengan 14 gram tawas. Setelah itu kain dibilas dan dikeringkan. Setelah kain kering, kain siap dijadikan sebagai bahan ekonomis seperti baju, kerudung, kain bantal, dan sebagainya. Selain teknik iron blanket, dalam proses ecoprint juga dikenal proses pounding. Proses pounding dapat dikatakan lebih simple karena tanpa melakukan proses pewarnaan pada kain dan proses pengukusan. prosesnya adalah sebagai berikut 1. Siapkan dua lembar bahan kain yang sudah dilakukan treatment mordanting, kemudian kain dibentangkan. 2. Selanjutnya tempelkan dedaunak yang diinginkan untuk membentuk pola diatas kain 3. Selanjutnya, pukul dengan menggunakan palu kayu hingga warna daun menempel di kain 4. Selanjutnya daun diangkat secara perlahan, kemudian jemur kain yang sebelumnya dijadikan alas di bawah daun hingga kering. 5. Proses selanjutnya adalah kain direndam dalam air campuran tawas. Proses ini berguna untuk melekatkan zat pewarna pada bahan kain 6. Selanjutnya jemur kembali kain yang sebelumnya direndam dalam air campuran tawas hingga kering 7. Setelah kering, kain hasil ecoprint sudah siap digunakan 71 Perbedaan dari kedua teknik dalam proses tersebut adalah, pada teknik iron blanket dibutuhkan pengukusan kain agar warna menyerap didalam kain, sedangkan pada teknik pounding pengukusan langsung digantikan dengan pengeringan secara langsung dibawah terik matahari. Dalam teknik pounding pengeluaran zat pewarna alami dari daun dilakukan dengan cara memukul daun menggunakan palu kayu, sedangkan dalam teknik iron blanket menggunakan medium paralon dan pengukusan untuk mengeluarkan warna dari daun tersebut. Berikut merupakan perbedaan hasil dari kedua teknik tersebut Gambar 5. 1Hasil Teknik Pounding Hasil Teknik Pounding, pewarna alami dari daun tercetak pada bahan kain 72 Gambar 5. 2 Hasil Teknik Iron Blanket Hasil Teknik Iron Blanket, dimana kain di treatment dengan warna kemudian daun di treatmen pula untuk mengeluarkan pewarna alami Gambar 5. 3 Hasil Daun Jati menjadi Warna Abu-abu Vikha,2019 Kain inti direndam tunjung dan selimutnya direndam secang. Daun jati menjadi warna abu-abu Vikha, 2019 73 BAB 6 SITU PEDONGKELAN SEBAGAI LOKASI WISATA Lokasi wisata merupakan suatu tempat yang sering dikunjungi oleh wisatawan karena menawarkan keindahan alam. Secara empiris pariwisata telah menunjukkan pertumbuhan yang terus meningkat dengan ditandai oleh peningkatan frekuensi orang yang melakukan perjalanan. Bagi wisatawan, bentang alam merupakan unsur penting dan manusia hanya sebagai unsur pendukungnya saja Isdaryono, 1997. Undang – Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan dalam pasal 1 secara khusus disebutkan bahwasannya daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan. Berdasarkan Undang – Undang tersebut, sebuah tempat dapat dikatakan sebagai lokasi wisata jika memiliki salah satu dari ketiga unsur tersebut yakni kekayaan bentang alam, budaya dan hasil buatan manusia. Kekayaan alam yang dimaksud oleh Undang – Undang tersebut adalah sumberdaya yang terbentuk oleh proses alamian yang memiliki suatu nilai sehingga keberadaannya patut dijaga dan dilestarikan, dalam hal ini bentukan bentang alam juga termasuk sebagai kekayaan alam dikarenakan bentang alam terbentuk akibat proses alamiah. Selanjutnya budaya, budaya merupakan suatu tingkah laku atau pola-pola yang memiliki cirikhas dan bertahan di suatu lokasi dan telah berlangsung cukup lama. Berdasarkan hal tersebut, tingkah laku atau pola – pola yang sering terjadi di sebuah lokasi dan terus berulang dapat dikatakan sebagai budaya. Terakhir adalah hasil buatan manusia, hal ini berkaitan dengan produk yang diciptakan yang menjadikan lokasi tersebut menjadi cirikhas dan biasanya diperjual belikan sebagai oleh – oleh. Berdasarkan hal diatas, penulis ingin mengungkap lokasi wisata yang berada 74 di Depok, Jawa Barat tepatnya di RW 05 Kel. Tugu Kec. Cimanggis, yakni Situ Pedongkelan. Situ Pedongkelan merupakan salah satu situ yang ada di wilayah Depok Jawa Barat. Situ ini berbatasan langsung dengan wilayah Kota Jakarta Timur, namun sebagian besar wilayah situ berada di Depok Jawa Barat. Situ ini memiliki luas 5,6 ha dengan 1/3 bagian berada di wilayah Jakarta dan 2/3 bagian berada di wilayah Depok. Situ ini merupakan salah satu tempat penampung air hujan di wilayah depok. Alasan Situ Pedongkelan dijadikan tempat wisata dikarenakan situ ini merupakan hasil bentukan alami. Selain itu, berkat campur tangan manusia, situ mendapatkan perawatan betonisasi sehingga kawasan situ lebih tertata rapi. Selain betonisasi, wilayah situ mendapatkan bantuan wahana rekreasi berupa perahu bebek untuk menunjang rekreasi di wilayah setu. Berdasarkan Undang – Undang diatas, terdapat 3 unsur untuk menjadikan sebuah tempat menjadi lokasi wisata yakni, keberadaan bentang alam, budaya dan hasil buatan manusia. Situ pedongkelan telah memiliki ketiga unsur diatas, namun dalam unsur budaya dan hasil buatan manusia masih perlu digali lebih dalam lagi. Unsur budaya yang perlu digali kembali yakni budaya betawi seperti pencak silat dan lenong yang pernah singgah di lingkungan budaya betawi di sekitar Situ Pedongkelan. Selain itu hasil buatan manusia yang perlu digali lagi yakni kerajinan tangan yang dihasilkan oleh warga sekitar Situ Pedongkelan. Kerajinan tangan yang dimaksud adalah kerajinan souvenir yang memiliki ciri khas dari tempat suatu tempat wisata tesebut. 75 DAFTAR PUSTAKA Akram, M. Aftab, F. 2007. In vitromicropropagation and rhizogenesis of teak Tectona grandis L. Pak J Biochem Mol Biol 403 Alvanila. 2019. DIY Teknik Mewarnai Kain Dengan Ecoprint, Mudah dan Ramah Lingkungan Ayaran, I. Dari A ke Z. Tas Handmade. Step by Step & Pola. 2017. Indie Publishing. Depok Bahan Kain. 2018. Kenali Jenis Bahan Kain untuk Ecoprint. Darajat, A. S, & Susilowati. 2018. Physical and Facilities Factors Influencing Tourist Distribution in Bantul Regency, Special Region of Yogyakarta. E3S Web of Conference. EDP Series. Darmawan, 2019. Asyiknya Belajar Dendrologi Melalui Ecoprint Basic Sutra. Feldberg, W. 2014. Eco Printing with Native Plants. Turkey Red Journal. Vol. 18. Issue 2. Fithriah, F. F., Susilowati., N. Rizqihandari. 2018. Tourist Movement Patterns between Tourism Site in DKI Jakarta. IOP Conference Series Earth and Environmental Science. Vol 145/1. IOP Publ. Fitinline. 2018. Kenali Lebih Dalam 8 Jenis Serat Kain Alami dan Buatan di Baju yang Anda Akan Pakai. Flint, India, 2008. Eco Colour. Botanical Dyes for Beautiful Textiles. Interweave Press, Colorado, USA. Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia, Jilid II. 2. Yay. Sarana Wana Jaya, Jakarta 76 Hidayatullah, Alhabsyi,.2014. Ketapang Terminalia catappa. Jurnal Biodiversity Warrior by Kehati. Isminingsih, dkk. 1978. Kimia Zat Warna. Bandung Institut Teknologi Tekstil. D. C. Dekal, Vimal Kumar, Chandan Prasad, Kamal Kumar, B. J. Gogoi, Lokendra Singh, R. B. Srivastava. 2013. Oroxylum indicum– a medicinal plant of North East India An overview of its nutritional, remedial, and prophylactic Journal of Applied Pharmaceutical Science Vol. 3 Suppl 1, Available online at DOI S 19 ISSN 2231-3354 Kongkiatpaiboon, S., Tungsukruthai, P., Sriyakool, K., Pansuksan, K., Tunsirikongkon, A., & Pandith, H. 2016. Determination of Morin in Maclura cochinchinensis Heartwood by HPLC. Journal of Chromatographic Science, 553. Mulherin J. Spices and natural flavourings A complete guide to the identification and uses of common and exotic spices and natural flavourings. Chennai India Tiger Books; 1996 Mulyana, Dadan; Ceng, Asmarahman, 7 Jenis Kayu Penghasil Rupiah, Jakarta Agromedia Pustaka, ISBN 979-006-308-3 Nandayani, S. Tas Multifungsi. 3 in 1 Bag. Kriya Pustaka. Depok. Nisyawati & Mustaqim. 2017. A Guide to The Urban Plants of Universitas Indonesia. Spermatophytes. Penerbit Universitas Indonesia UI Press. Nisyawati & Mustaqim. 2017. A Guide to The Urban Plants of Universitas Indonesia. Spermatophytes. Penerbit Universitas Indonesia UI Press. Orwa C, Mutua A, Kindt R, Jamnadass R, Simons A, 2009. Database Agroforestree referensi pohon dan panduan seleksi versi World Agroforestry Centre. Parthasarathy VA, Chempakam B, Zachariah TJ, editors. Chemistry of Spices. Oxfordshire CABI; 2008 Rosiyanti, & Susilowati. 2017. Perkembangan Obyek Wisata di Kabupaten Bogor. Prosiding Industrial Research Workshop and National Seminar Jilid 8. Polban, Bandung 77 Safira, A & Susilowati. 2018. Pola Keruangan Wisata Belanja di Kawasan Batik Trusmi, Kabupaten Cirebon. Prosiding Industrial Research Workshop and National Seminar Jilid 9. Polban, Bandung Salsabila, H & Susilowati, 2017. Hubungan Karakteristik Lokasi dengan Pengunjung Taman Kota di Kota Depok. Prosiding Industrial Research Workshop and National Seminar Jilid 8. Polban. Bandung Saraswati R, C. Bahaudin, F. Sitanala., D. Sukanta, S. Haryoto. 2004. Pemanfaatan citra untuk pemantauan wilayah terbangun di Kawasan Situ serta Pengaruhnya terhadap Fungsi Situ di Depok. Jurnal Geografi. Vol 8. Penerbit Departemen Geografi FMIPA UI Saraswati, R., Susilowati., TL. Indra. 2013. Peta Interaktif untuk Peraga pembelajaran Geografi SMA. Jurnal Geomatika. Vol 19/2 Sofi, C. & Susilowati. 2017. Factor Pengaruh Pola Pergerakan Wisatawandi Kota dan Kabupaten Tegal. Prosiding Industrial Research Workshop and National Seminar Jilid 8/3 Susilowati, R. Saraswati, TL. Indra. 2012. Pemberdayaan Staf Pemerintah Kota Bogor dalam Pemanfaatan SIG untuk Perencanaan Pemanfaatan Lahan. Jurnal Dharmakarya Swargiary, A., & Ronghang, B. 2013. Screening of Phytochemical Constituents, Antioxidant and Antibacterial Properties of Methanolic Bark Extracts of Maclura cochinchinensis Lour. Corner. International Journal of Pharma and Bio Sciences IJPBS,44 THOMSON, AND B. EVANS. 2006. Terminalia catappa tropical almond ver. In Elevitch, ed.. Species Profles for Pacifc Island Agroforestry. Permanent Agriculture Resources PAR, Hōlualoa, Hawaii. Tiana, A. 2015. Vivin Atika, Irfa'ina Rohana Salma. Majalah Ilmiah Dinamika Kerajinan Batik. Vol 34 No 1. 2017. 78 Zerrudo, 1991. Caesalpinia sappan L. In Lemmens, and Wulijarni Soetjipto, N. eds. Plant Resources of Southeast Asia No. 3. Dye and Tannin Producing Plants. Pudoc Wageningen. 2019. Jati kultur jaringan. 79 Orwa C, Mutua A, Kindt R, Jamnadass R, Simons A, 2009. Database Agroforestree referensi pohon dan panduan seleksi versi World Agroforestry Centre. THOMSON, AND B. EVANS. 2006. Terminalia catappa tropical almond ver. In Elevitch, ed.. Species Profles for Pacifc Island Agroforestry. Permanent Agriculture Resources PAR, Hōlualoa, Hawaii. Hidayatullah, Alhabsyi,.2014. Ketapang Terminalia catappa. Jurnal Biodiversity Warrior by Kehati. Sumber asli Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia, Jilid II. 2. Yay. Sarana Wana Jaya, Jakarta Tiana, A. 2015. 80 LAMPIRAN Proses Kegiatan Rangkaian Acara Proses Pemaparan materi oleh fasilitator dilengkapi dengan penunjukan bahan dan alat. Dalam hal ini kain yang digunakan sudah dilakukan proses mordanting untuk pembersihan kain dari kotoran Pengenalan jenis daun yang dilakukan oleh fasilitator. Dalam hal ini fasilitator menjelaskan daun yang dipakai harus dilakukan treatment terlebih daulu atau tidak 81 Pengenalan alat dan bahan pewarna alami oleh fasilitator kepada Ibu – Ibu PKK RW 05 Kelurahan Tugu Peletakkan bahan kain yang akan di lakukan proses ecoprint 82 Bahan kain yang sebagian dilakukan proses blanket untuk memberikan warna pada kain Setelah beberapa menit direndam dalam cairan pewarna alami, kain berubah warna sesuai dengan warna yang diinginkan 83 Selanjutnya adalah melakukan treatment pada daun yang memerlukan treatment. Treatment daun dilakukan dengan merendam Setelah dilakukan treatment, daun diletakkan pada kain yang sebelumnya telah dibentangkan 84 Susunan peletakkan daun tidak memiliki aturan yang terlalu mengikat, peletakan daun dibebaskan kepada kreasi dari si pembuat ecoprint. Namun dalam peletakkan daun usahakan tidak ada helaian daun yang keluar dari kain. Selanjutnya adalah peletakan kain yang sudah dilakukan proses blanket, proses diatas merupakan pilihan dimana daun yang sudah diletakkan di atas kan kemudian diinjak agar warna dari daun dapat keluar lebih terang 85 Selain diinjak, bisa juga dilakukan penekanan daun menggunakan bambu sebagai alat bantu penggulung Selanjutnya kain digulung menggunakan bambu atau paralon yang sudah disiapkan, pada saat menggulung, usahakan agak sedikit ditarik segingga daun dan kain merekat erat dan kain tidak kendur 86 Setelah digulung, kemudian diikat menggunakan tali. Pengikatan diperlukan untuk mencegah kain terurai dan warna lebih mencolok Selanjutnya, kain yang sudah digulung dan diikat, kemudian diletakkan kedalam kukusan yang sudah disiapkan sebelumnya. 87 Setelah gulungan kain yang sudah diikat, kemudian disusun dalam kukusan panci. Kukus kain selama 2 jam dengan api kecil Sembari menunggu proses kukusan kain selesai, ibu – ibu bertanya kepada fasilitator mengenai kejadian kejadian yang mungkin terjadi dalam proses pengerjaan, semisal warna yang kurang terang, jenis kain apa saja yang bisa di gunakan dsb. 88 Selain bertanya kepada fasilitator, ibu – ibu mengisi kuesioner yang sudah disediakan oleh panitia. Pengisian kuesioner tersebut bertujuan untuk melihat antusiasme dari ibu – ibu yang hadir terhadap program yang telah dilakukan Setelah proses pengukusan selesai, selajutnya gulungan kain tersebut dikeluarkan satu persatu, kemudian ikatan gulungan dilepas dan kain di angin anginkan. 89 Berikut merupakan proses hasil pengukusan kain, kain yang digulung sebelumnya yang telah melalui proses blanket, kemudian tercetak guratan-guratan daun yang digunakan sebelumnya. Berikut ini merupakan proses penganginan kain setelah keluar dari kukusan. Penganginan ini dilakukan hanya sementara, namun selanjutnya dilakukan penganginan dirumah selama kurang lebih 3 – 7 hari. 90 Berikut merupakan hasil penganginan sementara yang dilakukan. Warna kuning yang dihasilkan berasal dari sari pewarna alam tegeran dicampurkan dengan tawas Berikut ini merupakan hasil dengan warna abu – abu menggunakan sari pewarna alam jolawe 91 Gambar diatas merupakan hasil pengolahan dari ibu – ibu pkk yang mengubah kain hasil ecoprint menjadi Taplak Meja 92 Gambar diatas merupakan hasil pengolahan dari ibu – ibu pkk yang mengubah kain hasil ecoprint menjadi Baju Anak Gaun Gambar diatas merupakan hasil pengolahan dari ibu – ibu pkk yang mengubah kain hasil ecoprint menjadi Sarung Bantal 93 Gambar diatas merupakan hasil pengolahan dari ibu – ibu pkk yang mengubah kain hasil ecoprint menjadi Taplak Meja Gambar diatas merupakan hasil pengolahan dari ibu – ibu pkk yang mengubah kain hasil ecoprint menjadi Sarung Bantal ... Proses ini bertujuan untuk memberikan motif dan warna pada kain menggunakan bahan-bahan dari alam. Hasil motif dan warna yang dihasilkan oleh teknik ecoprint ini unik dan tidak dapat diproduksi ulang dengan motif yang sama, sehingga dapat menghasilkan produk dengan nilai jual yang tinggi [3]. Bahan-bahan yang digunakan dalam teknik ecoprint berupa tumbuhan seperti daun, bunga, batang, kulit yang mempunyai zat warna yang akan terserap oleh kain [4]. ...... Teknik yang dikenalkan oleh Indiana Flint sejak tahun 2006 ini [3], sedang populer dan banyak diminati oleh pasar lokal maupun internasional [5]. Oleh karena itu, banyak pelaku usaha fashion yang melihat peluang ini, salah satunya adalah Usaha Mikro, Kecil dan Menengah UMKM Ecoprint Girly Lestari yang berasal dari Jambangan Surabaya. ...... Tabebuya merupakan tumbuhan yang berasal dari Brasil. Tabebuya termasuk dalam jenis pohon besar dan digunakan sebagai pohon peneduh yang dapat tumbuh di daerah tropis [3]. Akar dari tabebuya tidak merusak jalan sehingga perawatannya mudah sering ditanam di pinggir jalan kota-kota besar di Indonesia salah satunya di Surabaya. ...Nabilah Charisma Azelia Asidigisianti Surya PatriaMicro, Small, and Medium Enterprises MSME Ecoprint Girly Lestari is a small business that sells fashion and accessories products with ecoprint patterns. This MSME is one of the MSMEs that sells its products at the Surabaya Kriya Gallery. Established in 2019, Ecoprint Girly Lestari does not have a conceptual and consistent visual identity. It can be seen through the differences in logo usage in each media. This condition makes consumers difficult to recognize their products. Therefore, this study aims to describe the visual identity design process for Ecoprint Girly Lestari MSMEs. This research is qualitative with interview, observation, documentation, and literature study data collection techniques and uses the STP and the SWOT analysis methods. The result of visual identity design is a logo with a design concept that has been adapted to the uniqueness and target audience of MSMEs. The logo is applied to several media such as hang tags, clothing labels, paper sleeves, paper bags, business cards, neon box and stationary. There are also supporting media such as brochures and x-banners. Guidelines for logo usage are written in Graphic Standard Manual GSM.... Yeap et al., 2010 One of the plants used as a folk remedy is the African leaf plant Vernonia amygdalina Del. African leaf or also known as bitter leaf Fatimah & Sundu, 2020, is a plant that contains nutrients and chemical compounds that are used in traditional medicine and can be used for various diseases, such as cancer drugs, heart disease treatment, lowering cholesterol, preventing stroke, regulating blood sugar, lowering fever, malaria, hepatitis, coughing, anti-inflammatory, antioxidants and others Saraswati et al., 2019;Solikhah et al., 2021;Yeap et al., 2010. African leaves contain flavonoid compounds, alkaloids, tannins, saponins, terpenoids, and lactones sesquiterpenes Saraswati et al., 2019;Solikhah et al., 2021. ...... African leaf or also known as bitter leaf Fatimah & Sundu, 2020, is a plant that contains nutrients and chemical compounds that are used in traditional medicine and can be used for various diseases, such as cancer drugs, heart disease treatment, lowering cholesterol, preventing stroke, regulating blood sugar, lowering fever, malaria, hepatitis, coughing, anti-inflammatory, antioxidants and others Saraswati et al., 2019;Solikhah et al., 2021;Yeap et al., 2010. African leaves contain flavonoid compounds, alkaloids, tannins, saponins, terpenoids, and lactones sesquiterpenes Saraswati et al., 2019;Solikhah et al., 2021. So far African leaf extract has been formulated in the dosage form of direct felt tablets Wahyudi & Sari, 2021, nanoparticle suspension Wirasti et al., 2020, burn ointment Lahagina et al., 2019, lotion Zamzam & Indawati, 2020, cream Nainggolan et al., 2018, gel Meilani & Kusumastuti, 2019, and others. ...Yeni Novita Sari Maria Dona OctaviaIntan Putri UtamiiMuthia FadhilaAfrican leaf plants Vernonia amygdalina Del. contain many secondary metabolites, one of which is flavonoids. African leaves are commonly used in traditional medicine. This study aims to determine the extract of African leaf plants can be formulated in the preparation of effervescent granules and is suitable for the criteria for good granules. African leaves were macerated using 96% ethanol as solvent and evaporated to obtain a thick extract. Then, the African leaf extract obtained was formulated into effervescent granules with a concentration of 10%. The production of effervescent granules is based on the principle of the wet granulation method. The results showed that the evaluation of the effervescent granules of African leaf extract was only suitable for the requirements of the haussner factor, porosity, particle size distribution, moisture content, angle of repose, dispersion, and pH but did not suitable for the requirements of compressibility and flowability. The flavonoid content in the African leaf extract is 96,2276% while the effervescent granule is 94,634%.94,634%.... Setiap tumbuhan akan menghasilkan warna dan motif yang berbeda-beda sesuai dengan warna, morfologi daun dan senyawa yang terkandung didalamnya. Pada proses ecoprint jenis daun yang digunakan adalah yang mengandung tanin misalnya daun kalpataru, afrika, jarak, eucalyptus, jati, kenikir, ketepeng, lanang, kelengkeng, matoa yang menghasilkan jejak warna merah kecoklatan, hitam, hijau, dan kuning kemerahan Saraswati et al., 2019. ...... 2019, scouring adalah proses untuk menghilangkan bagian dari komponen penyusun serat berupa minyak-minyak, lemak, lilin, kotoran-kotoran yang tidak larut dan kotoran-kotoran lain yang menempel pada permukaan serat dapat dihilangkan sehingga proses selanjutnya dapat berhasil dengan baik. Selain untuk membersihkan kain, menurut Saraswati et al., 2019 proses scouring menggunakan TRO berfungsi sebagai pembasah untuk memudahkan penyerapan zat warna pada serat kain. Widodo et al., 2011. ...Inri Nur Kumala Dewi Br SinulinggaMuflihati MuflihatiSiti Masitoh KartikawatiPenelitian ini bertujuan untuk mendapatkan jejak warna daun truja berdasarkan suhu pada proses ecoprint. Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimen dengan data kualitatif yang didapatkan dari pengukuran dan pengamatan pada kain yang menggunakan perlakuan suhu 60°C, 80°C dan 100°C. Pengamatan jejak warna menggunakan Munsell Soil Color Chart dan penentuan ruang warna berdasarkan nilai L*a*b* dan diolah menggunakan software Adobe Photoshop. Hasil penelitian diketahui bahwa jejak warna daun truja pada proses ecoprint menghasilkan warna weak red, red dan dark red. Suhu pengukusan 60°C menghasilkan warna weak read dan motif daun terlihat jelas dengan tingkat kecerahan nilai L rata-rata 64,09. Suhu pengukusan 80°C menghasilkan jejak warna red dan motif daun terlihat, dengan nilai L rata-rata 66,73. Sedangkan pada suhu pengukusan 100°C, menghasilkan jejak warna paling gelap dark red namun motif daun tidak terlihat jelas, dengan nilai L sebesar 63,10.... Motif yang tercipta dari bahan print yang berasal dari alam menunjukkan bentuk dan tekstur yang sangat mirip dengan aslinya dengan hasil warna yang sesuai dengan kandungan bahan alam itu sendiri. Teknik pewarnaan yang tergolong unik perlu bantuan panas yang mudah dalam pengerjaannya serta ramah lingkungan dengan sifat warnanya yang natural dan lembut, semakin menambah daya tarik pewarnaan ecoprint Saraswati, Susilowati, Restuti, & Fajar Dwi, 2019. Pelestarian budaya melalui teknik ecoprint menjadi potensi untuk meningaktan keterampilan masyarakat khususnya perempuan sehingga bisa memberikan nilai jual . ...... Teknik ecoprint digunakan untuk menghias pada permukaan kain dengan macam warna dan bentuk yang di hasilkan dari bahan alam. Proses ecoprint merupakan suatu proses yang unik yaitu melalui pengukusan untuk memunculkan bentuk daun dan warna dari bahan alam tumbuhan motif yang tercipta dari alam menunjukkan bentuk dan tekstur yang sangat mirip dengan aslinya dengan hasil warna yang sesuai dengan kandungan bahan alam itu sendiri Saraswati & Restuti, 2019. ...Robiul Fitri MasithohIndri SetiyoriniYohana Dian MaharaniImam SatriaIt is everyone's job and obligation to promote a clean and healthy environment. The Adiwiyata school program instills the school community's passion for the environment, as well as caring behavior and environmental culture. The goal of this community service is to raise awareness about the importance of Adiwiyata schools being built with environment care and a waste-free environment. Participatory community empowerment utilizing the Participatory Rural Appraisal PRA methodology will be used to carry out this community service activity through multiple stages, including socialization, training, and mentorship. The outcomes of this program demonstrate an increase in the number of schools that are concerned about maintaining a healthy, clean, and comfortable segala puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat, taufik, dan hidayah, serta segala karuniaNya sehingga penulis mampu menyelesaikan buku berjudul "Pemanfaatan Tumbuhan sebagai Motif pada Ecoprint" akhirnya dapat diselesaikan dengan baik. Buku ini adalah koleksi catatan perjalanan yang dilakukan mulai dari tugas akhir pada tahun 2022 yang lalu. Penulis terinspirasi dari banyak jenis-jenis tumbuhan yang ada di sekitar lingkungan kehidupan kita tentunya memberikan ide pada pembuatan motif ecoprint. Ecoprint hanya menggunakan bahan alam dalam pembuatan motifnya dan memiliki kesan yang menarik dan unik untuk pecinta fashion dengan beragam jenis motif yang dihasilkannya. Motif yanng ditimbulkan pada ecoprint ini berasal dari beberapa bagian tumbuhan seperti daun, tangkai, bunga, buah, dan kulit batang sehingga tidak menimbulkan limbah yang dapat mencemari lingkungan dan saat ini pelestariannya juga terus meningkat seiring bertambahnya peminat. Penulis menyadari bahwa tulisan buku ini memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan ke arah yang lebih baik bagi penulis. Buku ini diharapkan dapat memberikan gambaran terkait ecoprint sebagai produk ramah lingkungan. Semoga buku ini dapat bermanfaat, menambah wawasan dan ilmu ecoprint pada saat sekarang mengalami masa populer dan memiliki harga ekonomis yang tinggi, bahkan sampai menembus pasar internasional. Pembuatan kain ecoprint dengan mengembangkan keterampilan kain kreatif yang melibatkan pewarna alami dari alam seperti daun, ranting dan bunga merupakan salah satu produk yang mencerminkan karya yang kreatif dan berkarakter cinta lingkungan ecofriendly. Kegiatan pengabdian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan dan wawasan Ibu-Ibu PKK kampung wisata Bukit Nobita, Kelurahan Kampung Jua, Padang, dalam memanfaatkan potensi lingkungan yang ada disekitarnya untuk menghasilkan suatu produk/barang yang memiliki potensi ekonomis dan dijadikan salah satu produk kreatif dari kampung wisata bukit nobita nantinya. Metode pelaksanaan pengabdian meliputi beberapa tahap yaitu tahap observasi dan koordinasi, tahap persiapan, tahap pelaksanaan yang terdiri dari empat kegiatan dan tahap evaluasi. Hasil yang didapatkan dari pelatihan, Mitra telah bisa membuat kain batik ecoprint dan sudah memahami tahapan-tahapan pembuatan kain ecoprint. Kegiatan pengabdian ini meningkatkan keberdayaan mitra pada pengetahuan dan keterampilan, kreatifitas yang nantinya bisa digunakan untuk menjadi salah satu usaha atau kegiatan Ibu-Ibu PKK di kampung wisata Bukit Wulan Ayu InsyiahTiwi Bina AffantiPemanfaatan tanaman di sekitar hunian sebagai inovasi penggabungan teknik batik dan eco print ke dalam karya seni tekstil. mengangkat potensi tumbuhan selain sebagai pewarna alami juga sebagai motif batik, dengan menambahkan objek lain agar motif batik terlihat indah. Pengembangan ini memungkinkan hasil garapan baru dalam visual tekstil yang unik. Perancangan ini menggunakan teknik batik dan eco print dengan pewarna alam dan motif dari daun jati, jarak wulung, dan marenggo. Jeruk nipis dan kapur adalah jenis fiksator yang akan digunakan, karena fiksator tersebut membuat warna dai tanaman-tanaman ini menjadi pekat dan unik. Bahan katun sutera dipilih karena daya serap pewarnanya cukup bagus untuk pewarnaan alam. Teknik batik yang digunakan adalah deformasi dan teknik eco print yang digunakan adalah teknik eco print pounding yang nantinya akan diwujudkan dalam bentuk selendang ukuran 200x75 cm. Andin Vita AmaliaAbdul JabbarParmin ParminDaffa Pramoda Budi UtamaTim pengabdian dari Jurusan IPA Terpadu telah melaksanakan pengabdian kepada masyarakat di kawasan mangrove Tambakrejo, Semarang. Kegiatan ini bertujuan untuk menawarkan alternatif diversifikasi produk jasa wisata Edu-park Tambakrejo yang selama ini belum masif. Pengabdian yang dilakukan berupa pelatihan eco-print metode pounding dengan bahan dasar daun mangrove dan daun lainnya yang ada di sekitar Tambakrejo pada tanggal 2 Juli 2022. Proses pengabdian dilakukan dalam 3 tahap yaitu 1 persiapan, 2 pelatihan, dan 3 evaluasi. Kegiatan tersebut telah diikuti oleh warga PKK Merah delima sebanyaknya 15 orang. Hasil dari kegiatan pengabdian ini adalah peserta mampu melakukan teknik eco-print berbahan dasar daun dan daun dari tumbuhan lain di kawasan mangrove Tambakrejo. Produk eco-print yang dihasilkan berpotensi menjadi produk diversifikasi dari jasa wisata yang sudah ada saat ini. Diperlukan pendampingan lebih lanjut untuk peningkatan kualitas produk eco-print, serta pelatihan promosi dan pemasaran produk. The Integrated Science Department service team has conducted community service in the Tambakrejo mangrove area, Semarang. This activity aims to offer an alternative diversification of Tambakrejo Edu-park tourism products, which have not been massive so far. The service carried out is in the form of eco-print training on the pounding method with the basic ingredients of mangrove leaves and other leaves around Tambakrejo in July 2022. The service process is carried out in 3 stages, namely 1 preparation, 2 training, and 3 evaluation. Fifteen people of PKK Merah Delima attended this activity. This service activity results in participants carrying out eco-print techniques made from leaves and leaves from other plants in the Tambakrejo mangrove area. The resulting eco-print products have the potential to become diversified products from existing tourism services. Further assistance to improve the quality of eco-print products and promotion and product marketing merupakan sebuah desa yang terletak di Kecamatan Weru, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah. Desa Ngreco dikenal sebagai Desa Inklusi karena warga berkebutuhan khusus di dalamnya menjadi bagian yang diakui di masyarakat dan tidak dipandang sebelah mata. Tujuan diadakannya pelatihan pembuatan produk Ecoprint dan Tie Dye ini adalah untuk meningkatkan produktivitas dan memberikan bekal keahlian bagi warga berkebutuhan khusus. Metode pelaksanaan kegiatan ini dimulai dari mengidentifikasi potensi desa, pelibatan masyarakat khususnya Self Help Group SHG Ngudi Mandiri selaku pengelola kegiatan bagi warga difabel, pelaksanaan pelatihan, dan evaluasi kegiatan. Hasil dari kegiatan ini adalah warga berkebutuhan khusus memperoleh keterampilan mengenai pembuatan produk Ecoprint dan Tie Dye sehingga diharapkan nantinya menambah produktivitas dalam kegiatan sehari- F FithriahM H D Susilowati Nurrokhmah RizqihandariJakarta as the capital city of Indonesia is one of tourist destinations in Indonesia. Various attractions in this city is triggering tourists to visit, even when their movement is limited. This movement limitation is caused by traffic jam and the lack of supply from public transportation provided. This study aims to analyze the difference of tourist movement patterns based on distance, mode of transportation, and tourist typology in DKI Jakarta. The method used in this research is direct interview and observation which analyzed with spatial descriptive analysis. The result of the research shows that the majority of tourists in Jakarta only visit one tourist attraction or move in single point pattern with the type of individual mass tourist according to the distance among tourist attractions, time to pass by traffic jam point, and selected transportation mode. Ananta SwargiaryBhabesh RonghangMaclura cochinchinensis is a traditionally used medicinal plant, aqueous bark extract of which is consumed by the Karbi tribe of Assam, India to treat jaundice. In view of its medical significance, the study was designed to see its phytochemicals, antioxidant and antimicrobial property. All the phytochemical constituents under study were tested positive. The total phenolic content and flavonoids were found to be mg gallic acid equivalent/g and mg Quercetin/g dry extract. The extract showed excellent DPPH antioxidant activity with IC50 value Similarly, the IC50 of hydroxy radical, nitric oxide radical scavenging activity and lipid peroxidation inhibition were μg/ml, μg/ml, 164± μg/ml and μg/ml, μg/ml, for plant extract and ascorbic acid, respectively. Antibacterial study of the plant extract showed positive test to Bacillus cereus and Staphylococcus aureus with minimum inhibition concentration ranging from 125 to 500 μg/ml. Our experiments suggest that the bark-extract the M. cochinchinensis could be a potential source of natural antioxidant and antimicrobial agent and may be a good candidate for plant based pharmaceutical products. Lex ThomsonBarry EvansCombretaceae combretum family alite Solomon Islands pidgin; 'autara'a, 'aua, 'auari'i, 'auari'iroa Societies; kamani haole, kamani 'ula, false kamani Hawai'i; kauariki, kaukauariki, taraire Cooks Mangaia; ma'i'i, koa'i'i, koua'i'i, ta'ie Marquesas; natapoa Vanu-atu Bislama; tropical, beach, or Indian almond English; talie Samoa; talise Papua New Guinea Tok Pisin; tavola, tivi Fiji; telie Tonga, 'Uvea, Futuna, Tokelau, Tuvalu IN BRIEF Distribution Naturally widespread in sub­ tropical and tropical zones of Indian and Pacific Oceans and planted extensively throughout the tropics. Size Large tree 25–40 m 82–130 ft tall. Habitat Subtropical and tropical maritime climates with annual rainfall generally 1000– 3500 mm 40–140 in; elevations below 300–400 m 1000–1300 ft. Vegetation Associated with coastal vegetation, especially strandline communities and beach forests including rocky shores and edges of man­ grove swamps. Soils Adapted to a wide range of lighter tex­ tured soil types. Growth rate Fast in early years, about 2 m/yr ft/yr. Main agroforestry uses Soil stabilization, coas­ tal protection. Main products Nuts, timber. Yields Kernel yield is estimated to be about 5 kg 11 lb per tree per year; timber yields can reach 15–20 m 3 /ha/yr 215–286 ft 3 /ac/yr estimate. Intercropping Short term crops can be interplanted during the first 2–3 years after es­ HPLC-DAD method was developed to determine morin content in Maclura cochinchinensis Corner heartwood extract. The chromatographic separation was performed using a Hypersil BDS C18 column, isocratic solvent system of acetic acid in wateracetonitrile 8020 with mL/min flow rate and detected at 355 nm. The standard curve of morin was linear in the range of 7-905 μg/mL. The method was precise with intra-day relative standard deviation RSD of lower than 1% and for inter-day RSD. The method accuracy represented by percent recover was The highly efficient HPLC system developed from this study could detect morin contents in M. cochinchinensis heartwood samples collected from various locations in Thailand in the range of w/w. This developed method provided a useful standardization procedure of M. cochincihinesis materials for further application in pharmacy and other commercial vitromicropropagation and rhizogenesis of teak Tectona grandis L. PakM AkramF AftabAkram, M. Aftab, F. 2007. In vitromicropropagation and rhizogenesis of teak Tectona grandis L. Pak J Biochem Mol Biol 403Kenali Jenis Bahan Kain untuk EcoprintBahan KainBahan Kain. 2018. Kenali Jenis Bahan Kain untuk Ecoprint. Belajar Dendrologi Melalui Ecoprint Basic SutraO W DarmawanDarmawan, 2019. Asyiknya Belajar Dendrologi Melalui Ecoprint Basic Sutra. Printing with Native PlantsW FeldbergFeldberg, W. 2014. Eco Printing with Native Plants. Turkey Red Journal. Vol. 18. Issue Colour. Botanical Dyes for Beautiful TextilesIndia FlintFlint, India, 2008. Eco Colour. Botanical Dyes for Beautiful Textiles. Interweave Press, Colorado, USA.

Prosespengerjaan kain ecoprint dengan teknik pounding ini sangat sederhana sehingga banyak yang menggunakan cara ini untuk membuat kain ecoprint. Teknik pounding printing dilakukan dengan meletakkan beberapa bunga atau daun di atas kain, kemudian memukulnya menggunakan palu.

Ecoprint menjadi alternatif membuat pola atau corak batik selain dengan teknik cetak atau tulis. Sesuai namanya, ecoprint merupakan gabungan dari dua kata yaitu eco alam dan print mencetak. Jadi, ecoprint memiliki arti mencetak, membuat warna atau corak menggunakan bahan-bahan alami seperti dari bunga, daun, atau bagian tanaman lain yang memiliki ciri khas. Sobat Folderbesa dapat memanfaatkan tanaman sekitar rumah untuk membuat kerajinan warna atau membetuk dengan teknik ecoprinct populer pada tahun 2006 oleh seorang perancang busana bernama Indiana Flint. Saat itu Flint menempelkan dedaunan yang memiliki pigmen warna pada serat kain. Kemudian kain tersebut akan melalui beberapa proses dengan cara dikukus atau direbus sehingga menghasilkan warna yang berbagia jenis tanaman sekitar rumah untuk ecoprint menjadi kegiatan menarik bagi masyarakat luas. Peluang ini tak boleh terlewatkan karena sangat mendukung kreativitas masyarakat juga terdapat nilai ekonomi di Juga Ingin Berbisnis Seafood Kaki Lima? Ini Jenis Ikan Laut Yang Banyak PenggemarnyaAlat Dan Bahan Membuat EcoprintCorak dari teknik ecoprint memiliki bentuk yang unik dan beraneka ragam. Saat mengaplikasikan daun ke kain bisa saja hanya daunnya yang tercetak tanpa tulang daunnya. Terkadang, seluruh bagian daunnya ikut tercetak hingga kelopak masuk pada teknik pembuatan kita memerlukan beberapa alat dan bahan sebagai berikut1. Siapkan selembar kain polos sebagai bahan utama. Sobat Folderdesa dapat menggunakan beberapa jenis kain sebagai bahanKatunKanvasSutraSerat NanasMoriRayonDobyLinen2. Daun, bunga atau bagian tumbuhan lain yang dapat mengeluarkan warna3. Air cuka, untuk menghasilkan warna lebih terang4. Kertas koran sebagai alas saat membuat corak5. Tawas, untuk mengikat warna dan corak6. Palu untuk memukul-mukul kain dan mengeluarkan zat warna tanaman7. Panci, untuk mengukus EcoprintSetalah alat dan bahan, selanjutnya memasuki tahapan membuat kain batik ecoprint. Setidaknya ada dua teknik dalam proses ecoprint, yaitu sebagai berikutTeknik Pukul atau PoundingTeknik memukul atau pounding menjadi salah satu teknik paling sederhana dalam membuat ecoprint. Caranya, dengan meletakan daun atau bunga di atas kain kemudian memukulnya sampai membentuk corak. Nah, untuk membuat corak tersebut bertahan lama yuk perhatikan langkah-langkah dibawah Letakan koran sebagai alas dengan bentangan kain berada pada bagian atas2. Taruh bunga atau daun yang sudah sobat Folderdesa siapkan sebagai acuan untuk membuat corak di atas kain. Setelah itu, Memposisikan tulang daun berada pada bagian bawah menghadap kain untuk menciptakan guratakan indah3. Kemudian, masuk ke tahap memukul-mukul daun sampai mengeluarkan getah dan mencipkatan corak serupa daun. Pukul-pukul daun secara rata agar menghasulkan warna indah secara Diamkan kain yang sudah melewati teknik pounding selama 15 menit agar zat warna pada daun keluar Setelah menggangkat daun dari kain, diamkan lagi kain selama satu hingga tiga hari agar warna daun menyatu Rendam kain menggunakan campuran tawas agar warna kain tetap awet .Teknik SteamingSelain teknik pounding, sobat Folderdesa juga dapat memilih teknik steaming untuk ecoprint. Yuk, siapkan alat dan bahan seperti di bawah Siapkan satu ember campuran air dan cuka dengan perbandingan 31 lalu masukan kain polos kedalamnya2. Setelah itu, bentangkan kain tersebut di atas meja dengan meletakan beberapa daun atau bunga sesuai keinginan. Lipat kain menjadi dua bagian sama besar3. Letakan potongan pipa pada bagian bawah kain dan gulung secara perlahan. Agar gulungan tidak lepas, lilitkan potongan kain pada bagian luar gulungan4. Kukus atau steam gulungan tersebut selama kurang lebih 2 jam agar menghasikan pigmentasi warna menarik5. Bagian akhir, lepas lilitan pada gulungan kain dan selasai. Kain putih milik sobat Folderdesa sudah terisi corak Juga Tips Menanam Anggur Tabulampot Agar Berbuah LebatTanaman Yang Dapat di Gunakan Untuk EcoprintEcoprint menjadi tren ramah lingkungan, karena dalam proses pembuatannya tidak sedikitpun menggunakan zat kimia atau sintetis. Sehingga tidak menimbulkan pencemaran baik udara, air atau Folderdesa dapat memanfaatkan jenis tanaman berikut untuk menciptkan bentuk dan warna dengan teknik KersenMemanfaatkan tanaman kersen untuk ecoprint menjadi hal yang baru bagi masyarakat. Karena, ternyata tanaman tropis yang mudah tumbuh di pinggir jalan atau pada retakan tembok mampu menghasilkan corak ecoprint yang kersen merupakan daun majemuk dengan tepi bergerigi dan runcing. Bentuk daunnya bulat hingga lanset. Sisi bawah daun kersen terasa lembut karena terdapat bulu JatiBanyak orang menggunakan jati sebagai pembungkus makanan ramah ligkungan. Namun siapa sangka jati dapat menjadi bahan utama untuk membuat ecoprint karena memiliki ciri khas pada warna dan jati berbentu elips yang melebar. Pada proses ecoprint, jati akan mengeluarkan warna merah atau ungu tergantung dari daerah asal jati MengkuduMengkudu memiliki banyak sekali manfaat kesehatan tubuh. Tak jarang masyarakat mengkonsumsi mengkudu sebagai sayuran. Tanaman ini mampu menurunkan tekanan darah tinggi dan sisi lain tanaman menggudu memiliki manfaat sebagai pewarna alami untuk ecoprint. Akar mengkudu mampu menghasilkan warna merah setelah melalui peroses perebusan sampai akar mengkudu memunculkan SecangSejak dulu banyak orang kraton menyukai rempah secang karena menyegarkan dan mampu mengatasi peradangan. Manfaat dari secang adalah menjaga sistem imun, mengatasi masalah pencernaan dan sebagai anti secang banyak memberi manfaat terutama untuk pembuatan ecoprint. Caranya, dengan merebus satu kilo kayu secang dengan air sampai air berubah Jambu BijiMudah sekali menemukan daun jambu biji di sekitar rumah. Bahkan sering kali daun jambu biji berserakan dan menjadi sampah. Bagaimana jika kita mengolah daun jambu biji tanaman ecoprin bernilai ekonomi?Daun jambu biji memiliki bentuk oval memanjang dan sedikit runcing pada bagian ujungnya. Setelah melalui proses ecoprint, daun jambu biji akan menghasilkan warna hijau tuam KenikirKenikir memiliki bentuk daun membujur, tangkai cukup panjang dan bunga berwarna merah muda atau ungu. Bisanya masyarakat mengolah kenikir sebagai santapan langsung atau proses ecoprint daun kenikir akan menghasilkan bentuk runcing memanjang seperti talang dengan warna khas kuning MahoniSelanjutanya, sobat Folderdesa dapat memanfaatkan tanaman mahoni sebagai pewarna untuk ecoprint. Mahoni memiliki batang dan buah berwarna kecoklatan. Tanaman ini dapat hidup subur pada tempat gersang meski tidak disirami air dalam kurun waktu warna coklat mendominiasi tanaman mahoni tetapi saat melakukan proses ecoprint tanaman ini akan mengeluarkan warna kuning. Warna kuning ini berasal dari buah mahoni yang belum dikupas kemudian direbus bersama Jarak KepyarSekilas daun jarak kepyar mirip seperti daun singkong tetapi berwarna lebih terang mulai dari batang hingga bunganya. Buah jarak kepyar sendiri berbentuk seperti buah rambutan namun lebih daun jarak kepyar bergerigi dan menghasilkan corak yang unik pada kain. Proses membuat ecoprint dengan jarak kepyar tidak jauh berbeda dari daun tadi bagaimana mamanfaatkan tanaman sekitar rumah untuk membuat ecoprint. Sederhana namun memerlukan perhatian Bagaimana, apakah tertarik untuk mulai mencobanya? Yuk, Share ceritamu pada kolom komentar, ya?

AfiatunNisa, Universitas Negeri Semarang, Biology Education Department, Undergraduate. Studies Teknik, Business, and Philosophy. Universitas Negeri Semarang

Hi Creative Mamas! A lot of my students come to me to learn how to eco print but I feel that the most important step in the eco printing process is to know which are the best plants to use. You can create beautiful eco prints that are bright, long lasting and defined. You can also use plant printing to create splashes of color and subtle effects. Eco printing is a form of natural dyeing and a very experimental one. You can combine eco dyeing using natural dyes with botanical printing. You can use blankets, different mordants and techniques to create all sorts of innovative and amazing botanical printing on paper and fabric. But in order to get best results in a consistent fashion you really need to know which plant material to use. These are plant dyes which inherently have the ability to provide bright and long lasting natural color and therefore beautiful prints. In this post I will list my favorite eco printing leaves and flowers. This list will save you lots of frustration and will avoid you choosing plants that won’t deliver beautiful results. Depending on the area where you are and the season, you will be able to access different types of flowers and leaves to incorporate in your printing. These plants have great dyeing qualities and will yield good results by themselves without the help of an iron solution, iron dip, assists or blankets. One important thing to note is that eco printing does require to work with mordanted fabrics. There are a lot of mordants to choose from some are toxic chemicals. I only use Alum since its a non toxic alternative and its safe for us and for the environment. Soy milk is a very popular alternative as well. Download your plant list Download the FREE Eco printing plant list by completing the form below! Best leaves for eco printing All of these leaves can be used for eco printing on linen and cotton cellulose fibers as well as for eco printing on silk and wool protein fibers. Birch Birch leaves produce beautiful leaf prints. They are smaller leaves and a great complement to use when eco printing with a variety of leaves and flowers. I have two birch trees in my neighborhood and it’s a constant source of inspiration for my printing! Black alder I like using black alder for eco printing on wool because its a textured leaf. This ensures that the print is transferred even when using thicker materials such as woolen fabrics. Eucalyptus Eco printing with Eucalyptus leaves is my favorite. Eucalyptus has high tannin content which makes it a great plant for botanical printing. In the image below you can see its natural brown reddish printing color as well as the black color produced by enhancing the leaves with ferrous sulfate. As far as I know there are over 700 hundred different varieties of Eucalyptus trees. You can easily identify this tree by the unique identifiable smell that you get from the eucalyptus leaves. So if in doubt, break a leaf and smell it. Maple Eco printing on linen using maple leaves is very satisfying. The shape of these leaves will create beautiful and well defined prints all year round! I have one maple tree 5 minutes away and it gives me different prints depending on the time of year in which I am collecting the leaves 🙂 Gum tree Eco prints from gum trees are also very nice. Gum trees are closely related to eucalyptus and depending where you are in the world you will find different varieties available to you. Silver Dollar Silver dollar is a variety of eucalyptus and to be honest it’s my favorite leaf for eco printing. The photo below shows the golden brown print produced on cotton fabric. This fabric was mordanted and treated with an iron blanket. You can learn how to make these techniques in the Eco Printing on fabric course. Pomegranate & St John’s Wort Both pomegranate and St john’s wort are great options for printing. They are nice to grow in your own dye garden and produce beautiful flowers as well. Woad Woad leaves are great and can be used as a substitute to indigo leaves in natural dyeing. They have good dyeing properties and are fun to experiment with! Avocado I have an avocado tree at home. I use these leaves as natural dyes as well as for botanical printing. The photo below shows an print on paper using avocado leaves and iron dips. Fennel & Crepe Myrtle I haven’t used these leaves much because they are not available in my area. However, I have colleagues who have achieved lovely prints from the outline of these leaves so I recommend to experiment with them if you have them nearby. Sweetgum or Liquidambar Liquidambar is very prolific in many areas and if you look for them you will probably find them! The leaf outline is similar to the maple leaf and its so high in tannin content that it creates very versatile results depending on the type of technique you use. Hydrangea Hydrangea leaves are my go to all year round. I grow them in my garden and they are textured and thick leaves. They produce a nice green natural print and enhanced with iron solution will provide you with a rich brown color. Peony & Rose Peony and rose leaves are great to use for printing when you have a bouquet or a flower arrangement. I don’t like to waste anything and I have printed silk scarves using left over rose leaves many times 🙂 Oak I just love the outline of oak leaves. Oak tree produces acorns which are a fantastic natural dye and a great way to create natural black color. I use them all year round and they seem to work nicely with all sorts of different techniques! Sage, Elderberry & Coreopsis These three leaves are all great! My favorite is the coreopsis which grow in my dye garden area. They grow abundantly and I always have fresh coreopsis leaves all year round. Best flowers for eco printing There are many flowers that I regularly use for natural dyeing but this list is specific to eco printing on fabric and paper. Rose Rose petals are super easy to use in any eco printing project. You can use them fresh or dried. Never throw away an old bunch of roses, keep them for your future prints! Goldenrod I have just planted 4 goldenrods in my dye garden. They grow abundantly in most types of soils and will deliver great botanical prints in both paper and fabric. Coreopsis I grow coreopsis at home and I have yellow flowers all year round. This plant seems to grow and grow and you need to keep it trimmed but you can get amazing vibrant yellow prints from it. Coreopsis are great to use in combination with iron blankets and an iron dip. Marigold Marigolds are great to print and dye with. The bad thing about them is that you need to re plant them every spring, they don’t seem to last through the winter at least here in New Zealand. I use marigolds a lot in my natural dyeing practice both in immersion dyeing and in solar power dyeing. Chrysanthemum These little flowers are great to add interest and use in combination with other flowers. I like the yellow petal variety but they come in all sorts of colors. Pansies Pansies are great to get big splashes of color. I have the purple ones growing in my dye garden but I am now experimenting with other kinds of petal colors. They react nicely to eco print assists such as iron solution. Geranium & St John’s wort Geraniums are great for hapazome method flower bashing which is super fun to do with the kids! Hibiscus Hibiscus or China Rose grows really well all year round. They are hardy plants and they come in different colors such as red, pink, yellow and orange. The photo below shows the purple print that you can get from the red flower variety. Petunia & Dyer’s chamomile Petunias come in different colors as well. The photo below shows a simple straight forward print from the purple flower variety. If enhanced with different techniques this humble flowers will deliver amazing and surprising color. Dyer’s chamomiles are great flowers to use in both natural dyeing for good solid color and in botanical printing. The middle photo shows the dyer’s chamomiles enhanced with ferrous sulfate over a cochineal dyed silk fabric. The photo below that shows the same flowers on a white silk fabric. Download the plant list here! Eco printing techniques There are different ways for getting great results in eco printing. Check out these tutorials about making beautiful fabrics and papers by using botanical printing and eco dyeing. This is a great beginners guide on eco printing on fabric and will allow you to create your own DIY fashion items such as this great eco printed drawstring bag, a tote bag and a cross shoulder bag. You can also have lots of fun by eco printing on paper. Check out how to mix eco printing and tea dyeing on paper as well as enhancing the prints by using food coloring as well. Bundle dyeing is also a way to print on silk fabric and to create botanical prints. Check out this eco printed silk scarf using iron water and sunflowers. Using fresh and dried plants You can use fresh leaves and flowers as well as died ones. I like to use fresh plant materials when possible but I have always achieved great results using both dried and fresh plants. Eco printing process safety measures Always check to make sure that whatever plant you use it’s not toxic and it won’t create any allergies once you’re steaming them. You can do a quick google search by typing the name of the plant + toxicity “coreopsis toxicity inhalation” or “eucalyptus toxicity inhalation” .
  • v6bqtancqy.pages.dev/320
  • v6bqtancqy.pages.dev/173
  • v6bqtancqy.pages.dev/358
  • v6bqtancqy.pages.dev/427
  • v6bqtancqy.pages.dev/352
  • v6bqtancqy.pages.dev/436
  • v6bqtancqy.pages.dev/102
  • v6bqtancqy.pages.dev/581
  • v6bqtancqy.pages.dev/688
  • v6bqtancqy.pages.dev/798
  • v6bqtancqy.pages.dev/594
  • v6bqtancqy.pages.dev/86
  • v6bqtancqy.pages.dev/693
  • v6bqtancqy.pages.dev/101
  • v6bqtancqy.pages.dev/735
  • jenis bunga untuk ecoprint